Ingin didengarkan merupakan kebutuhan dasar manusia. Sedari kecil, kita selalu ingin mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan pada orang sekitar. Mungkin ini juga bagian dari ego dalam diri manusia yang selalu ingin didengarkan untuk dimengerti. Adalah wajar jika kita pernah merasa tidak ada orang yang mengerti. Ini pun terjadi padaku ketika masa puber. Namun, yang aku pelajari adalah ternyata aku sendiri tidak mengerti apa yang diinginkan. Seringkali aku merasa kesulitan mengurai pikiran sendiri hingga bingung bagaimana cara mengungkapkannya pada orang lain. Biasanya kalau sudah begini, aku butuh waktu untuk diri sendiri, refleksi, dan mempertanyakan apa yang sebenarnya diinginkan.
Agar dapat bisa lebih mudah dimengerti oleh orang lain, kita harus tahu dulu apa yang diinginkan. Tapi lebih dari itu, sebenarnya kita harus mau mendengarkan orang lain juga. Ketika kita tidak tahu apa yang diinginkan tapi tetap ingin mau didengarkan, akhirnya kita tetap mempersulit keadaan. Tidak akan ada yang lebih mengerti apa yang diinginkan dari diri kita sendiri. Jadi, jika ingin dimengerti, kita harus mencoba mendengarkan dan mengerti orang lain juga supaya terjadi jalinan komunikasi yang baik. Tidak bisa instan, memang. Apalagi jika sebelumnya kita belum menyadari bahwa sudah menjadi pendengar yang baik atau belum. Tapi, kita bisa terus berusaha untuk membangun kebiasaan mendengar orang lain itu.
Agar dapat bisa lebih mudah dimengerti oleh orang lain, kita harus tahu dulu apa yang diinginkan.
Aku adalah salah satu orang yang beruntung karena di rumah mendapatkan ruang untuk bicara. Orang tuaku mengajarkan bahwa komunikasi merupakan hal paling utama untuk menjaga hubungan dalam keluarga. Sesederhana memilih jurusan kuliah atau saat ayah membicarakan pekerjaannya, itu sudah dapat dikatakan latihan berkomunikasi. Sudah pasti adanya lima kepala memiliki lima pikiran yang berbeda, tapi untungnya kami bisa selalu punya ruang untuk mengungkapkan apa yang dirasa.
Dalam berargumentasi pun kami melatih diri untuk memiliki pola pikir bahwa pendapat tiap-tiap dari kami bisa saja berbeda. Yang terpenting adalah bagaimana cara menerimanya, mencari jalan tengah, dan mencari solusi yang terbaik untuk semua. Selain itu, cara mengurakan pendapat juga menjadi sangat penting demi melancarkan komunikasi. Pesan akan sampai hanya jika diutarakan dengan cara yang baik. Jika ada perdebatan, itu amat wajar dan bukan dijadikan masalah. Sebaliknya, perdebatan dijadikan pelajaran untuk di masa depan.
Pesan akan sampai hanya jika diutarakan dengan cara yang baik.
Berkata begini, bukan berarti aku tidak pernah mengutarakan pendapat dengan tidak baik. Dulu aku pernah merasa menjadi seseorang yang sangat vokal, tidak peduli orang lain paham atau tidak dengan pendapatku. Namun, akhirnya aku menyadari sikapku tersebut tidak bermanfaat. Tidak ada orang yang bisa mendengarkan jika aku terus mengutarakan pendapat dengan cara seperti dulu. Lambat laun, aku memperbaiki diri. Setelah berdiskusi dengan ayah dan bunda, aku menyadari bahwa cara komunikasiku sering salah. Kehadiran adik-adik juga cukup membantuku untuk menjadi pribadi yang lebih sabar dan untuk belajar mengerti orang lain, mengerti bahwa tidak semua hal perlu diperdebatkan. Terkadang kita cuma perlu setuju dan memahami saja.
Komunikasi juga menjadi kunci saat lagu “Utuh” dipublikasikan. Faktanya, lagu ini lahir berkat adanya diskusi antara aku dan orang tua. Khususnya dengan ayah yang membuat lirik lagu tersebut bersama Om Ario Bayu. Aliran musik aku dan ayah cukup berbeda. Beliau lebih suka musik rock sedangkan aku lebih suka musik pop. Kemudian ayah banyak bertanya aku ingin dan nyamannya membawakan lagu tersebut seperti apa. Bersyukurnya, ayah dan ibu sangat mendukung apapun yang aku lakukan selama itu positif dan tidak merugikan orang lain. Akhirnya, aku pun bisa berkarya dengan caraku sendiri.
Meskipun lirik lagu tersebut seputar hubungan percintaan, tapi aku dan ayah sepakat bahwa lagu ini tidak hanya sekadar hubungan asmara melainkan membicarakan masalah komunikasi di semua jenis hubungan. Mendengarkan, didengarkan, mengerti, dan dimengerti itu adalah bagian dari komunikasi. Jika tidak menjaga komunikasi dengan baik, akan sulit untuk kita bisa merasa utuh sebagai manusia. Kita mempersulit orang lain untuk mengerti kita, dan pada saat yang sama kita sebenarnya tidak tahu keinginan dan perasaan sendiri sebab tidak tahu bagaimana cara yang produktif untuk menyampaikannya. Ini berarti kita belum bisa membangun komunikasi yang baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.