Cinta yang sehat adalah cinta yang berkembang. Bukan cinta yang hanya bertahan sesaat saja. Hanya saja ketika kita jatuh cinta luput dari perhatian kita untuk melakukan evaluasi. Biasanya kita mau menikmati masa-masa bahagia fase bulan madu saja tanpa harus menyadari suatu saat pasti akan ada perilaku yang kurang cocok dengan kita. Tanpa mengingat bagian apa saja di fase itu yang membuat kita jatuh cinta padanya. Inilah yang kemudian kita lupakan saat sedang merasa bosan dengan pasangan. Apalagi dalam pikiran kita selalu berekspektasi hal-hal besar saja yang bisa membuat kita bahagia. Diajak liburan ke luar negeri atau menghabiskan momen pergantian tahun di Bali sering menjadi tolak ukur keharmonisan hubungan. Padahal nyatanya tidaklah demikian.
Menurut John Gottman, seorang psikolog asal Amerika yang membuat riset panjang tentang pernikahan selama 40 tahun, cinta bisa berkembang justru dari hal-hal kecil yang kita lakukan untuk dan bersama pasangan. Seperti di awal hubungan dulu sekecil diucapkan selamat pagi lewat teks. Kesadaran akan hal-hal kecil tersebutlah yang bisa menumbuhkan kembali perasaan yang hilang. Bahkan bisa menghindarkan hubungan dari orang ketiga. Penting sekali untuk memelihara kesadaran akan apa yang membuat hubungan berjalan dengan baik dari awal hubungan. Mengingat kembali di awal hubungan tentang apa yang telah dilewati bersama. Apa yang membuat kita tertarik pada pasangan. Apa yang membuat kita jatuh cinta padanya. Kita harus bisa mengulanginya di masa-masa hubungan diuji dengan kebosanan atau permasalahan lainnya.
Yang saya pelajari dari pernikahan-pernikahan di sekitar dan dari perceraian saya sendiri, kurangnya hal-hal kecil yang penting dalam hubungan bisa menjadi masalah besar yang menuntun pada perselingkuhan dan masalah lainnya. Ketika ada kerja sama da kesadaran menghadirkan hal-hal kecil tersebut, kita justru akan merasa lebih terpenuhi ketimbang dimanjakan dengan uang atau materi.
Kurangnya hal-hal kecil yang penting dalam hubungan bisa menjadi masalah besar yang menuntun pada perselingkuhan dan masalah lainnya.
Perlu juga diketahui perbedaan tanda cinta yang dibutuhkan antara pria dan wanita. Pria membutuhkan penghargaan yang berasal dari apresiasi wanita memperlakukannya selayak kodrat pria. Misalnya membiarkan dia membuat keputusan dan menghargai keputusannya, serta menghargai kerja kerasnya membuat kita bahagia. Sesederhana berkata terima kasih setelah dia memberikan uang belanja. Bilang saja, “Terima kasih ya sayang sudah bekerja keras untuk aku dan anak-anak.” Inilah yang membuat mereka merasa dihargai. Sedangkan wanita butuh afirmasi. Itulah tanda cinta untuk wanita. Ucapan selamat pagi berkata, “Terima kasih ya sudah membangunkan aku dan anak-anak,” membuat wanita merasa disayangi dan dibutuhkan. Tanda cinta yang semacam ini kalau dihadirkan dalam rumah tangga tampaknya akan membuat keduanya bahagia. Sekalipun mereka tidak kaya raya.
Komunikasi dua arah adalah hal utama dalam menumbuhkan kembali chemistry di antara keduanya. Menanyakan apa yang diinginkan pasangan, menanyakan pendapat mereka, menjadi hal yang membuat pasangan merasa dimanusiakan. Ingatlah pasangan bukan cenayang yang bisa tahu apa yang kita pikirkan hanya karena sudah lama berhubungan. Selama tidak ada komunikasi dua arah pasti akan ada friksi. Begitu pula kalau memang sedang merasa bosan. Berkatalah sejujurnya apa yang dirasakan. Jangan dipendam atau terpaksa menerima saja perasaan bosan tanpa mendiskusikan pada pasangan. Harus dicari solusinya bersama. Bisa jadi kalau wanita merasa bosan karena kurang waktu untuk sendiri dan bersama teman-teman wanitanya. Hidupnya hanyalah soal pasangan dan anak-anak. Kalau pria mungkin karena kurangnya hubungan intim dengan sang istri karena kelelahan setelah bekerja lalu istri juga letih mengurus rumah tangga.
Komunikasi dua arah adalah hal utama dalam menumbuhkan kembali chemistry di antara keduanya.
Rasa bosan sebenarnya tidak akan menjadi masalah kalau kedua pasangan mengerti bahwa rasa bosan itu wajar. Dalam satu fase hubungan pasti ada perasaan “datar”. Namun yang salah adalah mereka seringkali merasa ada yang salah kalau mulai merasa bosan. Kemudian melebih-lebihkan dan menjadi masalah besar. Padahal mungkin hanya sedang lelah saja. Bukan masalah besar. Untuk mengatasinya kembali pada poin pertama tadi: membina hubungan dengan hal-hal kecil. Janganlah membuat resolusi baru sebelum bisa menyelesaikan resolusi terdahulu. Lakukan evaluasi hubungan. Apa yang belum bisa kita lakukan sebelumnya, perbaiki di masa kini. Jangan dulu memikirkan mimpi-mimpi besar di kemudian hari tapi kemudian lupa mencari solusi masalah di masa sekarang.
Rasa bosan sebenarnya tidak akan menjadi masalah kalau kedua pasangan mengerti bahwa rasa bosan itu wajar.