Ada banyak kebimbangan yang aku rasakan saat menjalin hubungan dengan seseorang. Sering kali aku berandai-andai tentang bagaimana rasanya berada dalam sebuah hubungan yang terpaksa dijalani karena pasangan kita mendapat penerimaan oleh orang-orang terdekat kita, tapi ternyata kita tidak merasa bahagia.
Di beberapa kesempatan aku juga mendengar curhatan teman-temanku tentang perbedaan dalam hubungan yang dijalani. Mulai dari perbedaan kultur, agama, hingga prinsip hidup yang membuat sebuah hubungan tidak berjalan semulus yang dibayangkan oleh kedua individu. Menjalin hubungan di tengah berbagai perbedaan mungkin masih bisa terasa nyaman di beberapa bulan pertama, tapi setelah dijalani dengan durasi yang lebih panjang terjadi ini menghasilkan situasi-situasi tak terduga, dari sinilah muncul sebuah istilah baru yaitu situationship.
Momen ini kemudian aku ceritakan dalam lagu terbaru yang aku rilis berjudul “Situationship”. Berada dalam sebuah hubungan jangka panjang dengan komitmen, tentu penerimaan dan persetujuan dari orang-orang yang aku sayangi juga akan memberikan pengaruh. Sudut pandang ini aku ceritakan dengan nuansa melodi era 80-an dan 2000-an.
Lagu ini merepresentasikan kepelikan dalam sebuah hubungan yang tidak mendapat restu dari banyak orang yang memang sudah aku kenal baik. Menghadirkan dua sisi yang pro dan kontra terhadap hubungan yang aku jalani dan imajinasiku bagaimana kalau seandainya aku berakhir dengan orang yang aku cintai tanpa penerimaan dari lingkungan sekitar. Kebimbangan ini yang kemudian ingin aku ceritakan dalam lagu terbaruku.
Sebenarnya, aku tidak terlalu peduli terhadap apa yang orang katakana tentang pasanganku dulu. Meski begitu, respon yang aku dapat memang terasa sangat jujur karena datang dari orang-orang yang sangat mengenalku sedari aku kecil. Mereka biasanya bisa memberikan perspektif terbaik tentang hubungan yang sedang aku jalani.
Orang tuaku selalu mengajarkan bahwa aku harus mempertimbangkan baik-baik semua hal yang ada dalam sebuah hubungan, meliputi masukan dari orang-orang sekitar. Daripada nantinya malah terburu-buru memutuskan sesuatu hanya karena ego semata. Meski begitu pada akhirnya kita yang akan menjalani hubungan tersebut.
Menurutku, kalau kita masih bisa menerima opini orang lain dalam mengambil sebuah keputusan dalam hidup, mungkin kita sebenarnya melihat pertanda yang sama tapi masih berusaha menghindar. Karena kalau kamu sudah benar-benar yakin, kamu tidak akan goyah.
Mengingat momen Ramadan dan lebaran yang sebentar lagi akan hadir, jujur aku juga agak khawatir, terlebih di usiaku yang tahun ini menginjak 27 tahun. Untungnya nenek dan ibuku adalah dua orang paling luar biasa yang aku jadikan panutan hidup, mereka selalu mengingatkanku untuk tidak terburu-buru dan memutuskan sesuatu hanya karena pendapat orang lain.
Biar bagaimanapun, ada banyak orang lain yang akan aku temui, itu kenapa aku mencoba bercerita lewat sudut pandang di lagu “Situationship”. Lewat lagu ini aku mencoba untuk memanifestasikan apa yang terjadi kalau seandainya aku terburu-buru dalam mengambil keputusann karena usia atau standar yang dibuat masyarakat terhadap hidup ideal seorang wanita.
Bagiku, menikah adalah sebuah hubungan kolaboratif dan aku juga ingin menyampaikan bahwa kita punya hak untuk memilih dengan siapa kita ingin menjalin hubungan di masa mendatang. Di bulan puasa kali ini aku juga ingin beristirahat sebentar untuk mulai mempersiapkan karya-karya lainnya dalam waktu dekat.