Lahir di keluarga seniman membuat saya sudah familiar dengan karya dan kegiatan kesenian sedari kecil, khususnya terhadap seni lukis dan musik. Bapak saya, S. Sudjojono adalah seorang pelukis dan ibu saya, Rose Pandanwangi adalah seorang penyanyi seriosa Indonesia. Saat ini saya dan kakak saya mengelola S.Sudjojono Center, sebuah pusat data untuk karya dari pelukis S.Sudjojono dan penyanyi Rose Pandanwangi.
Sedari kecil kami memang tau bahwa bapak dan ibu itu berkarya di rumah. Karena kami tumbuh dan besar di sanggar Pandanwangi, jadi kami melihat lukisan bapak dan juga sudah terbiasa dengan lagu seriosa dan klasik Indonesia. Setelah bapak berpulang, kami meneruskan S.Sudjojono Center untuk terus memperkenalkan karya Pak Djon kepada genarasi-generasi muda. Saat ini banyak juga baik dari dalam maupun dari luar negeri yang menghubungi untuk keperluan data penelitian atau tesis. Kami juga akhirnya meluncurkan buku hasil kerja sama dengan Tumurun Museum, dimana Tumurun Museum juga berkolaborasi dengan Art Jakarta yang digelar pada bulan Agustus ini.
Kami juga beberapa kali membuat pameran di dalam maupun luar negeri. Di era digital sekarang memang cakupan seni menjadi lebih luas. Para penikmat seni tidak harus datang secara fisik tetapi juga bisa menikmati karya seni secara digital. Saya rasa ini merupakan hal yang positif, di sisi lain para seniman juga harus terus beradaptasi untuk mengikuti perkembangan zaman. Maka saya juga senang sekali dengan adanya acara Art Jakarta, anak muda memiliki wadah untuk bisa lebih mengenali dan mengapresiasi seni.
Di era digital sekarang memang cakupan seni menjadi lebih luas. Para penikmat seni tidak harus datang secara fisik tetapi juga bisa menikmati karya seni secara digital. Saya rasa ini merupakan hal yang positif, di sisi lain para seniman juga harus terus beradaptasi untuk mengikuti perkembangan zaman.
Saat kami bekerjasama dengan Tumurun Museum, kita memiliki visi misi yang kurang lebih sama yaitu untuk mengedukasi anak muda terhadap karya seni asal Indonesia. Acara kami di Solo tahun lalu juga dihadiri oleh 5000 orang, bahkan di saat pandemi. Kami meluncurkan buku tentang lukisan Sultan Agung, dalam bukunya kami menjelaskan sejarah dan proses pembuatan lukisan tersebut.
Kalau berbicara mengenai cara mengapresiasi karya seni sebenarnya saat ini subah cukup baik, tapi berkaca dari negara-negara lain sebenarnya kita masih bisa lebih baik lagi. Terakhir kami mengikuti Europalia, sebuah festival seni dan budaya internasional, di Belgia bersama Departemen Kebudayaan, memang anak muda di sana senang membaca. Sedari kecil mereka sudah terbiasa untuk berkunjung ke museum atau galeri seni, saya berharap generasi muda di Indonesia juga bisa diperkenalkan dengan kesenian sedini mungkin.
Ke depannya, saya harap anak-anak kecil di pelosok Indonesia pun bisa tau siapa saja maestro dan master kesenian di Tanah Air. Hal ini bertujuan agar mereka bisa lebih mengapresiasi kesenian yang kita miliki. Upaya ini bisa dimulai dari rumah dan juga sekolah, jangan sampai anak-anak kita nantinya lebih tau apa seni dari luar negeri tapi tidak familiar dengan seniman, seniwati, perupa, dan sejarah kesenian Indonesia.
Kini, karya seni tidak hanya hadir untuk dinikmati tapi beberapa juga sudah menjadi investasi bagi sebagian orang. Ini sebenarnya juga sebuah kemajuan, tapi saya harap hal ini tidak lantas membuat karya seni hanya menjadi sebuah komoditas. Bapak saya selalu mengajarkan bahwa seorang seniman itu jiwanya harus ketok di dalam karya seni yang dibuat. Di situ lah jiwa, kemampuan, dan pengalaman seorang seniman tertumpah sehingga pada saat seseorang melihat karya seni, jiwa dari seniman tersebut bisa tertangkap oleh yang melihat.
Pada gelaran event Art Jakarta kali ini, saya harap teman-eman bisa mengunjungi semua program yang dihadirkan. Akan ada 62 galeri yang ikut meramaikan acara ini, saya harap dari sana kamu bisa terispirasi, bertambah pengetahuannya. Setelah melihat pameran Djon and Rose, mereka bisa mendapat inspirasi bahwa ternyata suatu karya seni bisa menjadi inspirasi bagi karya seni lainnya seperti menjadi produk fashion maupun merchandise lainnya. Dengan datang ke Art Jakarta kamu bisa memanjakan mata dan telinga juga mendapat sesuatu untuk dibawa pulang. Kamu juga bisa membeli buku tentang kesenian dan membawanya ke rumah. Jangan lupa membaca buku, baca, baca.