Self Lifehacks

Bosan Bisa Jadi Baik

Emilia T.S

@emiliats

Fasilitator Cara Berpikir Kritis

Siapa yang tidak pernah berkata atau merasakan bosan? Apalagi belakangan kita dipertemukan pada masa-masa harus di rumah saja, tidak banyak mobilitas seperti biasanya. Seringkali kita seperti ingin teriak dan berkata, “Saya bosan di rumah saja!”. Benar tidak? Tapi kalau kita mau berhenti sejenak untuk berpikir, apakah memang rasa bosan itu selalu menjadi hal yang tidak menyenangkan? Atau apakah rasa bosan benar-benar tidak ada gunanya bagi hidup kita? Apabila ia tidak berguna, lalu mengapa sampai sekarang kita masih menggunakan kata bosan dalam keseharian? 

Berawal dari berbagai pertanyaan tersebut, saya akhirnya memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang kebosanan. Dari setumpuk buku, jurnal serta artikel yang saya baca kini saya punya persepsi lain tentang kebosanan. Selama ini ternyata kita sering salah sangka dengan si bosan. Kerapkali kita mengaitkan rasa bosan dengan tidak ada kerjaan. Padahal sebenarnya bisa saja kita punya segudang pekerjaan tapi tetap bisa merasa bosan. Hingga akhirnya kita merasa bosan tidak memiliki kutub positif sama sekali dan kita tidak akan mendapatkan apapun dari kebosanan. 

Secara singkat, bosan adalah sebuah kondisi yang berasal dari dua sumber. Pertama, kita bisa merasakan bosan karena kegiatan yang sedang dilakukan kurang stimulus. Misalnya dalam tiga jam, kita mengotak-atik pekerjaan yang sama. Lama-lama kita merasa bosan karena pekerjaan tersebut mengurangi stimulus otak. Kedua, rasa bosan bisa timbul karena tujuan akan kegiatan yang dilakukan mulai kabur. Contohnya ketika kita diminta untuk ikut pelatihan kantor yang bukan kemauan sendiri. Bisa jadi selama pelatihan kita hanya mendengarkan, kurang terlibat di dalamnya. Kemudian bosan pun muncul dari pertanyaan dalam benak, “Apa tujuan saya ikut pelatihan ini ya?”. Lalu perasaan bosan menggiring pada pemahaman bahwa ia adalah hal yang negatif dan kita tidak bisa dapat apa-apa dari kebosanan.

Faktanya, bosan adalah sebuah emosi setara dengan emosi bahagia, marah, kesal, dan lain-lain, yang berguna untuk mengingatkan kita kekurangan stimulus atau kita sedang melakukan sesuatu yang tidak ingin dikerjakan. Memahami ini, bosan punya peran untuk mendorong kita melakukan eksplorasi. Seolah seperti sebuah alarm, rasa bosan bisa menuntun kita mencari kesempatan untuk mencari inspirasi, berinteraksi, refleksi dan inovasi. Akan tetapi, kita harus sadari betul bahwa kebosanan tetapi bisa jadi tidak sehat. Bisa jadi risiko untuk kita terjebak dalam hal yang kurang membangun. Contohnya mengonsumsi media sosial sebagai penghilang rasa bosan.

Seolah seperti sebuah alarm, rasa bosan bisa menuntun kita mencari kesempatan untuk mencari inspirasi, berinteraksi, refleksi dan inovasi.

Para peneliti menemukan bahwa ternyata media sosial memberikan sedikit sekali reward untuk kita menyembuhkan “bosan”. Bahkan sebenarnya media sosial berpotensi dapat mengurangi kemampuan kita untuk bisa “bosan”. Kita hanya menggeser layar, melihat-lihat foto dan video, selesai. Kegiatan di media sosial seringnya tidak memberikan solusi dari rasa bosan. Apalagi kalau kita tidak menemukan ruang untuk berinteraksi, berinovasi, mencari inspirasi dan refleksi. Pada dasarnya bermain media sosial untuk dijadikan pengusir bosan bukanlah masalah. Asalkan tidak menjadikannya satu-satunya cara untuk menghalau kebosanan.

Pada dasarnya bermain media sosial untuk dijadikan pengusir bosan bukanlah masalah. Asalkan tidak menjadikannya satu-satunya cara untuk menghalau kebosanan.

Dengan memahami fungsi bosan dalam hidup, kita bisa belajar untuk mengatasi rasa bosan. Alangkah baiknya ketika hendak menyatakan rasa bosan, kita bisa merespon emosi tersebut. Misalnya dengan menanyakan pada diri sendiri: “Apakah saya butuh relaks dulu ya?” “Apakah saya butuh ngobol dengan teman?”, “Kenapa saya melakukan kegiatan ini ya, tujuannya apa?”. Berikan waktu untuk diri sendiri berpikir sejenak. Tapi kalau memang mau menyatakan bosan karena benar-benar menganggur sebab tidak ada aktivitas, tidak apa-apa juga. Sudah merupakan sebuah validasi yang baik jika mau mengakui rasa bosan. Jangan sampai menyangkal lalu justru memaksakan diri mencari kegiatan yang memiliki keempat unsur tadi (inspirasi, interaksi, refleksi dan inovasi). Diam saja dulu, istirahat, sambil mengumpulkan energi mengatasi rasa bosan nantinya. 





 

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024