Tak pernah ada yang tahu bagaimana cara semesta bekerja karena Tuhan tak memberikan kita cheat sheet atas apa yang akan terjadi selanjutnya. Hari ini tertawa, esok berduka. Yang kemarin masih bersama, lusa mungkin terpisah.
Kehidupan tak pernah dapat kita tebak. Segala sesuatu dapat dengan mudahnya berubah dalam sekejap mata – termasuk hubungan antar manusia. Ingatkah kamu dengan seseorang yang dulu pernah mewarnai hidup, namun kini semakin menjauh? Seperti teman-teman masa kecilmu, contohnya.
Dulu mungkin temanmu itu adalah orang yang selalu ada di sisi. Rekan yang setia tertawa dalam setiap canda dan menguatkan dalam keterpurukan. Dia adalah orang pertama yang tahu rahasia-rahasiamu. Dia yang berjanji untuk terus bersama hingga dewasa nanti.
Namun semua terkadang tak selalu berjalan sesuai rencana. Semakin kita beranjak dewasa, seringnya mereka akan terlupakan. Terkadang kita berjauhan bukan karena sebuah pertengkaran. Bisa saja tanpa ada alasan yang jelas, kita saling berlayar ke dua arah mata angin yang berbeda. Manusia berubah – penjelasan paling sederhana bagi sebuah perpisahan.
Faktanya, dalam hierarki hubungan antar manusia, pertemanan berada di tingkat terbawah. Pasangan, orangtua, anak – semuanya berada dalam prioritas teratas. Pertemanan merupakan hubungan yang unik karena tidak seperti keluarga, kita dapat memilih untuk menjadi bagian dari mereka. Pertemanan pun tidak seperti pernikahan karena kita tak terikat dalam struktur formal dengan mereka. Sifat hubungannya yang kita pilih atas kehendak sendiri ini menjadikan pertemanan sebagai ikatan yang rapuh.
Pada hakikatnya manusia adalah yang makhluk yang senantiasa berubah. Perubahannya pun kadang terjadi dalam waktu yang singkat. Bisa saja kita di esok hari bukan lah kita yang sama seperti hari ini. Mungkin nilai yang kita anut, pemikiran yang kita lahirkan, dan perasaan yang kita miliki akan berubah. Semakin dewasa, manusia pun akan semakin memikirkan kepentingan diri sendiri. Artinya, jalan hidup yang akan dilewati pun berbeda dan tak lagi berada di jalan yang sama dengan teman-teman kita.
Mungkin kita akan berusaha tetap menjaga pertemanan tersebut agar tidak menjauh. Salah satunya dengan bantuan teknologi. Di Facebook atau Instagram mungkin kita masih berteman, masih bertukar ucapan ulang tahun, atau saling menyukai foto anak-anak kita. Meski sifatnya ‘mekanis’, setidaknya langkah-langkah itu menjadi semacam life-support bagi keberlangsungan pertemanan.
Namun sesungguhnya tak ada yang salah dengan sebuah perpisahan – situasi yang lambat laun mengubah teman menjadi orang yang asing. Jalan hidup yang berbeda terkadang menjadikan beberapa orang tak lagi relevan. Konsep yang terdengar mengerikan memang. Tapi begitu lah hidup.