Kebiasaan membaca sebenarnya sudah mulai ditanamkan oleh kedua orang tuaku sedari aku kecil. Dulu, selepas maghrib di rumah kami dibiasakan untuk tidak menonton tv, jadi biasanya aku menghabiskan waktu dengan membaca buku. Paling tidak hingga pukul sembilan malam karena satu-satunya kanal berita yang ditonton orang tuaku waktu itu hanya TVRI. Sebagai anak dari kedua orang tua yang memang pembaca, setiap akhir pekan kami sering kali pergi ke toko buku.
Aku kebetulan dulu tinggal di Surabaya dan kota ini punya cukup banyak toko buku besar, jadi bisa dibilang kami bookstore hopping, dari satu toko buku ke toko buku lainnya. Meskipun konten buku yang ada di satu toko buku dan lainnya mirip, tapi karena diajak ayah akhirnya aku tetap ikut. Saat masih duduk di bangku sekolah dasar aku juga mulai membaca buku dari komik.
Pada masa itu aku sering mampir ke rental komik yang ada di dekat rumah, sampai akhirnya ibuku bertanya apa tidak sayang uangku dihabiskan untuk rental komik? Sembari memberikanku sebuah novel karya Agatha Christie berjudul “And There Were None”, buku ini sekaligus menjadi buku pertama yang sepenuhnya berisi tulisan yanga akhirnya bisa aku nikmati. Kebiasaan membaca ini akhirnya terus aku bawa hingga aku lulus kuliah dan mendapat pekerjaan di Jakarta.
Aku bertumbuh bersama bacaan, begitu pula sebaliknya, bacaanku juga bertumbuh seiring dengan perkembangan diriku. Belakangan aku menyadari bahwa mungkin aku bukan tipe orang yang bisa ditarget untuk menyelesaikan bacaan dengan tema tertentu. Pilihan buku yang aku baca juga menyesuaikan perasaan dan kondisiku saat itu. Sekarang aku juga sedang tertarik dengan buku-buku karya penulis Asia Tenggara, terutama Singapura. Dari buku tersebut aku bisa belajar pola pikir hingga stigma yang ada dalam sebuah masyarakat melalui cerita yang mereka sampaikan.
Aku bertumbuh bersama bacaan, begitu pula sebaliknya, bacaanku juga bertumbuh seiring dengan perkembangan diriku. Dari buku tersebut aku bisa belajar pola pikir hingga stigma yang ada dalam sebuah masyarakat melalui cerita yang mereka sampaikan.
Kegemaranku dalam membaca kini aku bagikan juga melalui media sosial, termasuk Twitter dan Instagram. Terkadang aku merasa kesulitan dalam mengartikulasikan ide-ide yang sudah ada di kepala selepas membaca sebuah buku, akhirnya gagasan ini aku keluarkan dalam bentuk tulisan, gambar, foto, atau bahkan ulasan sekaligus berharap nantinya bisa mendapat teman baru untuk berdiskusi soal buku dan bacaan. Ternyata aku tidak hanya mendapat teman diskusi tetapi juga followers yang justru menunggu-nunggu konten hasil bacaan atau rekomendasi buku.
Berdasarkan interaksi dengan teman-teman secara daring, menurutku generasi sekarang tetap masih punya minat dalam membaca hanya saja mungkin perlu diarahkah. Dalam artian untuk bisa memilih bacaan yang sesuai dengan kebutuhan dan selera mereka diantara banyaknya pilihan buku atau bacaan. Karena ada pula buku yang memang mungkin agak sulit dipahami bagi teman-teman yang belum terbiasa membaca.
Di era internet dan video singkat saat ini, menurutku setiap media informasi sebenarnya saling mendukung satu sama lain. Bisa saja dari sebuah video singkat di TikTok justru menjadi gerbang pertama bagi seseorang untuk tertarik dan mulai membaca. Aku selalu beranggapan kalau membaca tidak harus selalu melalui media cetak, bisa juga melalui perangkat digital. Proses seseorang untuk bisa gemar membaca bukan sebuah perjalanan singkat. Untuk aku bisa menjadi seseorang yang gemar membaca saat ini juga adalah hasil perjalanan sejak 30 tahun yang lalu, hasil dari kebiasaan yang diajarkan oleh keluarga.
Aku percaya bahwa adanya kecanggihan teknologi termasuk video atau media sosial sangat mungkin dimanfaatkan jadi pintu gerbang pertama untuk mengenalkan mengapa membaca bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan.
Ada banyak hal baik yang bisa kita dapatkan dari membaca. Selain meningkatkan literasi dan kemampuan untuk berpikir kritis, salah satu manfaat yang secara personal saya rasakan adalah melatih fokus dalam mengerjakan suatu hal. Sebuah penelitian bahkan mengatakan bahwa sacara rata-rata kini manusia bahkan sulit berkonsentrasi lebih dari 1 menit.
Di era serba cepat sekarang, aku rasa membaca bisa menjadi sarana kita untuk melatih mindfulness. Orang biasanya mungkin melihat mindfulness hanya dari meditasi, tapi kita juga bisa melatih fokus untuk benar-benar menyadari apa yang sedang kita lakukan dengan membaca, paling tidak 5-10 menit dalam sehari.
Untuk bisa mulai gemar membaca sebenarnya bisa dimulai dengan cara sederhana. Pertama, ubah pola pikir kita yang sebelumnya menjadikan membaca sebagai kegiatan saat punya waktu luang, menjadi kita yang berupaya meluangkan waktu untuk membaca. Kedua, coba ubah pemikiran yang selalu menghubungkan membaca dengan bekerja, belajar, dan ujian. Tidak ada yang salah dengan membaca hanya sebagai hiburan, sama halnya seperti menonton film atau mendengarkan musik. Ketiga, kamu juga bisa coba ikuti akun-aku yang secara rutin membahas soal buku. Bisa di Twitter, Instagram, atau juga TikTok. Terakhir, bisa juga dengan ikut serta dalam klub buku bersama orang-orang yang juga gemar membaca.
Aku juga menginisiasi sebuah komunitas yaitu Baca Bareng. Mulanya justru karena adikku mengalami bookshaming karena dianggap sok pintar, padahal bisa saja yang sedang dibaca adalah buku komik sebagai hiburan. Di Baca Bareng, aku mengajak teman-teman yang suka membaca untuk duduk bersama dan membaca tanpa rasa takut dihakimi oleh publik.
Siapapun boleh bergabung, kamu juga boleh ajak teman, anak, orang tua, atau juga datang sendiri. Kamu hanya perlu hadir di hari-H, duduk, dan membaca. Kami benar-benar tidak ada sesi perkenalan atau diskusi, hanya sebatas saling menemani membaca. Selama 1 jam kita duduk di Taman Literasi, Jakarta. Kalau teman-teman masih punya tenaga, kamu juga boleh berjejaring dan berkenalan dengan teman-teman yang lain.
Aku berharap Baca Bareng bisa jadi gerakan literasi yang tidak membebani atau mengikat siapapun. Tidak ada ketentuan genre ataupun media baca yang ingin digunakan, kamu boleh membaca melalui perangkat digital ataupun mendengarkannya melalui audiobook. Teman-teman juga boleh mengadakan kegiatan serupa di kota masing-masing tanpa perlu izin dari aku terlebih dahuku, aku harap gerakan ini bisa semakin banyak dilakukan dan menjadikan membaca sebagai kegiatan yang bisa membuat hatimu senang.