Kepercayaan diri pada dasarnya menjadi modal penting dalam setiap peran apa pun yang kita jalankan dalam keseharian. Di era di mana kita bisa dengan mudah mengakses banyak informasi dan opini dari media sosial, penting untuk bisa belajar memilah suara yang penting untuk didengar. Untuk itu Greatmind berbincang dengan Paula Verhoeven, Dominique Diyose, dan Laura Muljadi dari Supermodels Project untuk membahas cara yang bisa dilakukan untuk memupuk kepercayaan diri kita.
Greatmind (GM): Mungkin kita bisa mulai kenalan dulu, nih, sebenarnya apa itu Supermodels Project?
Paula Verhoeven (PV): Awalnya dari kita bertiga, aku, Laura dan Domi. Dari dulu kita memang dekat dan berteman, suka ngobrol. Waktu kita dipertemukan di suatu acara, di salah satu stasiun televisi kita jadi merasa punya visi misi yang sama. Aku mulai modeling juga dengan sekolah dan kayaknya modeling juga penting untuk punya ilmu dasar dari sekolah. Dari situ kita ingin sharing ke anak-anak muda sekarang. Karena dulu di usia kita masih belasan, kita juga sempat bingung dalam mencari jati diri. Mau apa, di dunia hiburan ini arahnya mau ke mana.
Dulu kita juga begitu, jadi kita merasakan apa yang mereka rasakan. Berjalannya waktu, dengan kesibukan masing-masing belum lagi urusan keluarga masing-masing setelah menikah, akhirnya sempat tertunda. Aku dan Kelly Tandiono ngobrol dan ternyata dia juga punya impian yang sama yaitu mau punya sekolah modeling, aku bilang kita juga sudah ada rencana dan akhirnya Kelly bergabung dan kita usahakan untuk merealisasikan project ini. Sebenarnya Supermodels Project bukan hanya sekolah modeling tapi lebih kepada sekolah kepribadian. Jadi siapapun bisa belajar, dari profesi apa pun, tidak terpaku hanya modeling.
Dominique Diyose (DD): Betul, setelah akhirnya kita berempat ketemu bersama akhirnya menggodok konsep dari Supermodels Project, termasuk silabus yang akan kita berikan pada murid-murid. Memang kita berempat dasarnya berasal dari dunia fashion, khususnya modeling dan runaway. Pelajaran dasar yang kita berikan sudah pasti adalah postur, pose, ekspresi, itu pelajaran dasarnya. Selain itu kita juga bilang bahwa sebetulnya karena Kelly sebenarnya mau punya sekolah modeling tapi kita bertiga lebih kepada pengembangan diri, akhirnya kita diskusikan bersama untuk mungkin baiknya tidak fokus pada satu profesi saja. Kalau kita memang mau membentuk individu menjadi sumber daya manusia yang berkualitas nanti pada saat mereka terjun ke lapangan pekerjaan, ya, jangan hanya satu sumber saja yang dipelajari. Akhirnya, sama seperti Paula dan Laura, saya juga jebolan dari sekolah modeling jadi sedikit banyak kita tau apa saja yang dibutuhkan untuk menjalankan sekolah modeling.
Kita merasa kita bisa mengaplikasikan ilmu dari sekolah modeling yang dulu kita jalankan tapi juga kita sempurnakan kembali. Lalu memang sepenting apa sekolah bagi orang-orang yang ingin masuk ke dunia hiburan? Kalau menurut kita, tidak semua yang kamu temukan di internet itu benar adanya. Karena ada pengalaman dari para ahli yang tidak bisa kamu dapatkan di internet atau mungkin ada beberapa pengaplikasian yang kamu temui di dunia hiburan yang mungkin sulit didapatkan. Melalui sekolah, kamu bisa belajar dengan benar mengenai dunia hiburan.
Laura Muljadi (LM): Sebenarnya ini adalah sebuah project kebersamaan. Sekolah modeling sebetulnya sangat ceruk, ya, dan benar kata Paula dan Domi, kenapa kita akhirnya bekerjasama dengan JIM Academy karena memang sebelum kami mulai, mereka sudah memiliki sekolah modeling. Kami datang dengan sesuatu yang baru. Sekarang ini banyak talent-talent baru yang lebih terbuka untuk dunia internasional. Jangan sampai bakat-bakat muda ini pergi tanpa kecukupan, baik secara teknik, etika, dan juga etos kerja karena bagaimanapun kita membawa nama Indonesia.
Visi kita adalah menjadi sekolah modeling, pengembangan bakat dan karakter yang terpercaya dan terdepan baik di mata siswa-siswi kami walaupun kalangan profesional di Indonesia. Pembeda kami dengan yang lain adalah karena kami selalu menekankan etika, etos kerja, kedisiplinan, dan sebagainya, jadi bukan hanya dari hardskill saja. Kita ada kelas public speaking, akting, ekspesi, dan Photoshoot. Di sisi lain, hal-hal yang kami berikan di kelas reguler bisa diaplikasikan di kehidupan nyata, jadi apa pun yang kalian tuju di masa depan, baik kalian mahasiswa ataupun pelajar SMP dan SMA, atau juga seorang profesional yang menjadi seseorang yang lebih baik, ilmu-ilmu ini bisa digunakan.
Awal dari kelas kami sebenarnya adalah kelas psikologi, untuk mengenal siapa dirimu. Untuk melihat apa mimpi kamu, apa kelebihan kamu, dan diberikan tes untuk bisa melihat hal-hal tersebut. Mungkin mimpi kamu adalah seorang model tapi dilihat dari bakat kamu mungkin akan lebih bersinar kalau kamu jadi seorang public speaker itu yang kami coba untuk tanamkan kepada murid-murid kami. Mulai tahun kemarin kami juga menambahkan satu lagi kelas softskill, diajarkan oleh fasilitator. Kadang bakat kamu sudah luar biasa, tapi softskill kurang, jadi kurang komplit. Sekarang ini masyarakat hanya melihat model yang penting hanya pose dan fisiknya oke, padahal tidak dibalik itu banyak pendidikan dan hal-hal yang bisa diserap oleh masyarakat luas untuk diaplikasikan di dunia nyata menjadi seseorang profesional yang lebih baik.
GM: Tahun ini juga katanya bekerjasama dengan ANT Charity, bagaimana cerita awal dari kerja sama ini?
LM: Sebenarnya dari anniversary tahun pertama kita sudah kerja dengan beberapa LSM, salah satunya adalah ANT Charaty, kebetulan salah satu foundernya adalah Agustin Ramli, dia adalah sahabat dan teman kami yang juga menjadi fasilitator di Supermodels Project mengajar public speaking. Kebetulan di tahun pertama ada sebuah yayasan, Sahabat Anak, yang lebih fokus kepada anak-anak jalanan. Di tahun pertama kita sudah melakukan workshop dengan materi yang lebih luas, mulai dari makeup, modeling, hingga public speaking. Di tahun ini kita hanya angkat satu topik yaitu social media and content creating. Kami kembali mengundang anak-anak ANT Charity, karena kami ingin lihat perkembangannya. Salah satu visi kita adalah untuk memfasilitasi anak-anak yang ingin belajar.
Kita sangat bangga dan bahagia melihat progres dan proses dari anak-anak kami. Walaupun tidak selalu bekerja sama dengan ANT Charity tapi paling tidak dari tahun pertama hingga tahun ini kebetulan ada seorang anak, Amel, yang masih remaja pada tahun pertama. Sekarang beranjak dewasa dan datang lagi kemarin. Kita ingin memberikan kesempatan untuk belajar dan berani bermimpi. Selama kita masih bisa berbagi kenapa tidak. Kebetulan ANT Charity sendiri jaringannya luas jadi mereka menaungi ratusan anak asuh di Jakarta, Jogjakarta, Bali, dan Toraja. Kita ingin meningkatkan pendidikan mengenai teknologi, khususnya media sosial. Untuk itu kami mengajak kembali ANT Charity dan salah satu fasilitator dari ANT Charity yang juga mengajar di Supermodels Project kebetulan dipanggil Tuhan, saat pandemi kemarin, namanya Kak Samudra. Beliau mengajarkan banyak hal, selain public speaking tapi juga ilmu pengembangan diri lainnya. Jadi ini adalah sesuatu yang ingin kami berikan untuk mereka.
GM: Oke, seperti yang sudah dijelaskan bahwa Supermodels Project ini juga ingin membantu individu untuk mengembangkan diri, terkadang kita telalu fokus melihat kekurangan kita. Bagaimana cara kita untuk bisa menemukan keunikan diri dan mengoptimalkannya?
LM: Sebenarnya menemukan keunikan diri itu bisa dari dua cara, dari luar, yang terlihat, dan dari dalam. Kita terlahir dengan karakter yang berbeda, kita terlahir dengan talenta yang berbeda. Bagaimana cara menemukannya? Evaluasi, jujur dengan diri sendiri dan ikut sesuatu yang memang sudah ada polanya. Jadi nggak bisa hanya memutuskannya karena kita bagus dalam melakukan suatu hal. Ada orang yang menemukan keunikannya secara otodidak. Karena kita kadang terlalu banyak melihat ke luar, terlalu membandingan diri jadi kita tidak menelaah apa yang kita punya di dalam. Punya idola itu baik dan juga bisa jadi penting tapi kalau salah itu bisa membunuh karakter kamu karena kamu ingin menjadi mereka bukan menunjukkan apa yang kamu miliki. Coba untuk lebih berani dan punya percaya diri yang pas. Tidak di bawah dan jadi rendah diri, tidak pula di atas dan jadi tinggi hati.
Karena kita kadang terlalu banyak melihat ke luar, terlalu membandingan diri jadi kita tidak menelaah apa yang kita punya di dalam. Punya idola itu baik dan juga bisa jadi penting tapi kalau salah itu bisa membunuh karakter kamu karena kamu ingin menjadi mereka bukan menunjukkan apa yang kamu miliki.
Menemukan keunikan dari luar itu lebih mudah karena itu sesuatu yang bisa kamu dan orang lain lihat. Contohnya warna kulit aku gelap dan ini adalah keunikan aku. Pernah nggak aku ingin punya kulit yang lebih terang? Pernah, karena pada saat itu aku belum memahami bahwa ini adalah keunikan aku dan bisa jadi kelebihan aku. Jadi, memahami apa yang kamu miliki baik di luar maupun di dalam itu kunci utama mengetahui apa keunikan yang kamu miliki. Bukan kekurangan, ya. Semua manusia pasti punya kekurangan dan harus diterima dengan baik tapi kalau masalah kulit gelap itu bukan kekurangan. Contoh kekurangan adalah mudah marah, itu kekurangan, tapi kalau misalnya kamu kulitnya gelap itu bukan kekurangan. Contoh lain dari luar, kulit gelap tapi bersih itu keunikan kamu, kulit terang tapi ada jerawat dimana-mana itu kekurangan. Harus dimengerti dengan jelas dan benar apa arti dari kelebihan dan kekurangan baru kamu bisa tau apa yang bisa kamu perbaiki dan menjadi keunikan yang bisa kamu tunjukkan.
DD: Satu lagi, jangan pernah berhenti mencoba, maksudnya belajar hal baru, karena itu akan membuka kesempatan bagi kita. Aku setuju 100% untuk fokus pada apa yang menjadi passion dan kesukaan kita. Buat aku tidak ada seseorang yang dilahirkan dengan kekurangan, maksudanya seperti mudah marah dan lain sebagainya karena itu banyak faktor yang memengaruhi, lingkungan salah satunya. Jadi jangan hanya fokus pada kekurangan kita saja.
Kalau dibandingkan dengan Laura atau Paula aku paling pendek, tapi di masa-masa sekolah aku termasuk yang paling tinggi jadi aku ada di area di bully karena tinggi tapi saat masuk ke dunia modeling tidak terlalu dilihat karena kecil. Tapi yang jadi fokus aku adalah bagaimana cara kita untuk selalu berdedikasi pada hal yang kita suka, setelah itu kita lihat kesempatan karena kalaupun satu pintu tertutup, pintu lain akan terbuka. Pembelajaran akan selalu ada, saat kita bisa melihat dengan benar dan cukup bahwa ada kesempatan yang pantas untuk dicoba. Kamu nggak akan pernah tau mungkin saja apa yang kamu pelajari sekarang bisa membukakan pintu menuju kesempatan berikutnya. Kami juga sempat kerja sama dengan beberapa seniman yang basisnya adalah di dunia fashion tapi ternyata mereka punya talenta lain, ada yang menulis, menggambar, melukis.
Mempertahankan itu lebih sulit daripada mempelajari hal-hal baru. Begitu kita sudah berada di satu posisi yang perlu kita ingat adalah bisa nggak ya kita mengingatkan diri sendiri bagaimana awal mula kita belajar itu apa aja. Kamu harus terus mengasah kemampuan kamu untuk bisa tetap bertahan dengan keunikan kamu dan terbuka juga kesempatan lain untuk pekerjaan lainnya yang memberikan keuntungan buat kamu.
PV: Kita nggak usah membandingkan diri dengan orang lain. Kadang-kadang yang bikin kita berkecil hati adalah karena kita sibuk membandingkan diri dengan orang lain. Lebih baik pikirkan apa yang menjadi kekuatan kita. Dulu aku merasa nggak bisa ngomong depan orang, kalau lihat kamera jadi gugup, ternyata hal yang kita percaya kita nggak bisa itu belum tentu. Saat kita terjun langsung dan ternyata aku harus menghadapi kondisi itu dan sekarang bisa menambah kemampuan menjadi seorang public speaker ternyata bisa. Aku pun tidak pernah menyangka.
Jangan buru-buru bilang tidak bisa, karena ternyata hal yang kita rasa tidak bisa kebanyakan bisa kita latih kok. Sebenarnya cara pandang ini yang harus kita latih dalam diri kita.
GM: Di era internet ini dengan mudahnya orang untuk bisa memberikan opini dan komentar pada kita. Bagaimana cara kita memiliah suara mana yang perlu kita dengan dan sebaiknya kita lupakan?
PV: Sebenarnya kalau kita selalu mengikuti omongan orang kita akan sulit untuk maju, tapi bukan berarti kita sama sekali tidak mendengarkan orang lain. Pertama kita harus tau nilai diri kita. Contoh kasus aku sendiri misalnya, dari seorang model hingga melihat diriku yang sekarang itu bukan sesuatu yang mudah. Kalau kalian lihat teman-teman aku sekarang itu mereka kaget melihat perkembanganku, aku pun juga kaget sama diri aku sendiri. Jadi sebenarnya memang kita harus ada kemauan, saat itu aku juga sudah belajar soal public speaking dan nggak kebayang jadi pusat perhatian dan sebagainya karena aku selalu gugup di depan kamera tapi harus kita ingat juga kalau kita sudah belajar tapi tidak berusaha dilakukan, ya sama aja. Jadi ungkapan practice makes better itu bener, maksudnya suatu kemampuan harus selalu kita latih. Kalau hanya berhenti di teori dan dengerin orang itu nggak bisa.
Kebetulan aku beruntungnya punya pasangan yang sejalan dan pada saat aku merasa kemampuanku belum cukup dia meyakinkan aku. Kadang kita butuh support system seperti itu tapi balik lagi itu semua harus datang dari diri kita sendiri. Kalau support system kita semua sudah lengkap, pembalajaran sudah dari sumber terbaik, tapi kalau kita tidak ada kemauan dan tidak dilatih ya sama saja, nggak akan bisa.
LM: Kalau aku nomor satu harus ada support system yang jujur. Seperti yang sudah Paula bilang, kalau buat aku evaluasi itu penting. Di zaman sekarang, kadang kita tinggal dalam sebuah kebudayaan yang menghentikan orang untuk mengutarakan apa yang sebenarnya atau ada juga orang yang memberikan opini atau kritik yang justru mau menjatuhkan. Intinya adalah intensinya mungkin tidak sama dengan kita. Menurutku kita butuh tiga jenis support system dalam lingkungan kita. Pertama, inner circle yang memang kamu percaya kritik dan sarannya. Kedua, circle di lapisan kedua dari lingkungan terdekat kamu seperti rekan kerja misalnya. Kadang circle terdekat kita suka bias terhadap opini mereka tentang kita, antara terlalu mengasihi atau terlalu membenci. Ketika, lingkungan yang tidak kenal kita secara personal, contohnya netizen.
Kadang apa yang circle satu dan dua utarakan, circle tiga bisa lihat lebih dalam tapi semua yang disampaikan pada dasarnya ada dari hati, budaya, atau kesehatan mental dari yang mengutarakan. Tujuannya beda-beda tergantung caramu menyaring. Jauhkan apa yang ada di kepala dan hati kamu, jadi lihat kembali komentar yang masuk, kalau benar dan bisa membuat kamu menjadi lebih baik oke dengarkan tapi kalau cuma kata-kata menyakitkan, hempaskan saja. Karena pada akhirnya itu adalah pilihanmu, apa yang kamu lakukan itu memengaruhi kesehatan mental kamu. Kalau mental kamu tidak sehat pasti untuk berkembang akan susah, Kepercayaan diri itu tidak muncul dalam satu hari, sampai napas terakhir kita akan terus belajar, itu yang harus dipupuk setiap hari. Kalau kamu sudah menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu berkarya dengan lebih baik, kamu akan melihat kesempatan baru yang bisa kamu dapat. Jujur dengan dirimu sendiri dan harus punya lingkungan yang jujur dan mau menerima masukan dari orang lain. Karena kalau hatinya tertutup, percuma.
Kepercayaan diri itu tidak muncul dalam satu hari, sampai napas terakhir kita akan terus belajar, itu yang harus dipupuk setiap hari. Kalau kamu sudah menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu berkarya dengan lebih baik, kamu akan melihat kesempatan baru yang bisa kamu dapat.
DD: Kalau dari aku sebetulnya persis sama, tapi perlu diingat bahwa kita tidak bisa menjadi atau melihat diri kita sebagai malaikat terus bagi orang lain. Karena kita bukan malaikat, kita masih manusia. Kita punya kekurangan dan keterbatasan, jadi yang namanya kritik dan saran akan selalu ada tetapi pada waktu kita menerima kritik saran dan opini, baik itu yang menjatuhkan maupun yang membangun, kita saring dulu dan telaah. Lihat dulu pada konteks awal pada waktu kita mengunggah konten, kalau berbicara dunia digital, atau diskusi yang kita buka, apakah sesuai dengan tujuan awal kita. Karena kita tidak bisa mendikte apa yang ada di pikiran orang lain. Cara orang lain menangkap suatu hal bisa jadi berbeda-beda. Saat kita menjelaskan kalimat A, orang lain bisa menangkapnya sebagai AB. Jadi, setelah kita saring, coba lihat masih bisa dibenarkan atau tidak, kalau memang kritik dan saran yang memang jelas sangat berbeda dengan konten yang kita berikan ya tidak usah diterima. Itu tidak akan membangun sama sekali. Kesehatan mental kita juga penting, kita harus sehat dulu secara mental karena dengan kesehatan mental yang baik kita akan bisa tau siapa diri kita dan apa niatan kita. Jadi, kalau sudah selesai menurutku kita tidak perlu memikirkan kritik yang tidak jelas.
GM: Berdasarkan pengalaman yang sudah dilalui, apa yang bisa dilakukan untuk bisa menemukan tingkat kepercayaan diri yang tepat?
DD: Kalau buat aku, buatlah dirimu seperti gelas kosong yang siap diisi. Jadi kamu belajar kelebihan dan kekurangan kamu, kalau aku dulu ditulis atau paling tidak kamu rekam di kepalamu. Nah, pupuklah si kelebihann itu. Salah satu caranya adalah dengan memberikan pujian, bukan narsisme, buat aku kita juga harus bisa memberi penghargaan terhadap diri kita sendiri. Tapi ya itu dia jangan ketinggian, jadilah gelas yang siap diisi karena pada saat proses menemukan tingkat kepercayaan diri yang pas itu di sanalah kita akan menemui banyak kritik, saran, dan opini. Tidak masalah untuk dicoba, kan posisi kita gelas kosong.
Buat aku, hidup kita itu benar-benar seperti gelas kosong yang akan diisi, kalau kurang penuh jadinya rendah diri kalau terlalu penuh jadi membludak dan jadi tinggi hati. Ingat juga bahwa sampai di manapun posisi kamu, ada teman-teman dan lingkungan sekitar yang selalu mendukung. Jadi, kita harus banyak-banyak melihat ke mereka juga tidak hanya diri sendiri, lihat orang lain yang selalu mendukung kita dari awal karena hubungannya timbal balik. Tidak hanya memuji diri sendiri tapi juga butuh pandangan dari orang lain. Kalau kita mendapatkan afirmasi kepercayaan diri kita juga terbangun.
PV: Kurang lebih sama, pokoknya terus belajar dan bersyukur. Kadang-kadang yang bikin kita terlalu percaya diri karena kita merasa kita lebih tinggi dari yang lain, padahal kita semua sama tidak ada yang lebih tinggi atau rendah. Di atas langit ada langit lagi, jadi tetap belajar tapi juga kontrol diri sendiri. Itu juga butuh latihan kemudian pengalaman dan tentu saja lingkungan. Kita harus memilih lingkungan yang positif, maksudnya yang bisa memberikan saran dan kritik yang membangun. Jadi menurut aku lingkungan kita juga harus dipilih dengan tepat karena di situlah kita bisa menjadi orang yang lebih empati terhadap sekitar.
LM: Oke, mungkin aku juga bagikan cara yang aku biasanya aku sampaikan di kelas Supermodels Project. Mulai dari hal-hal sederhana, saat bangun tidur bersyukur dan berdoa. Setelah itu semua orang tentu akan bersiap-siap memulai kegiatannya, di depan kaca coba lihat diri kamu, kita manusia selalu punya kelebihan dan kekurangan yang menjadikan kita spesial. Bilang pada dirimu sendiri tiga hal baik yang kamu syukuri hari ini dan tiga hal yang bisa kamu perbaiki. Saat baru mulai latihan, ucapkan dengan suara, jadi seluruh indra kamu bisa merasakannya. Kalau sudah terbiasa, kamu bisa ucapkan dalam hati sambil diimbangi dengan doa dan rasa syukur.
Di depan kaca coba lihat diri kamu, kita manusia selalu punya kelebihan dan kekurangan yang menjadikan kita spesial. Bilang pada dirimu sendiri tiga hal baik yang kamu syukuri hari ini dan tiga hal yang bisa kamu perbaiki. Saat baru mulai latihan, ucapkan dengan suara, jadi seluruh indra kamu bisa merasakannya. Kalau sudah terbiasa, kamu bisa ucapkan dalam hati sambil diimbangi dengan doa dan rasa syukur.
Apa hal baik yang kamu syukuri hari ini? Sesederhana kamu bersyukur hari ini tidak ada jerawat, misalnya. Kemudian, apa yang bisa diperbaiki? Oh, kemarin aku tidur dengan rasa marah, berarti yang bisa diperbaiki adalah mencoba mengubah energi negatif tersebut. Hal-hal yang sederhana saja, paling tidak tiga hal, lebih dari itu juga boleh. Itu adalah bentuk evaluasi diri yang sangat sederhana dan bisa dilakukan setiap hari. Jadi saat kamu melakukan sesuatu ke depan ada orang yang kasih kritik tajam, kamu tidak akan jatuh. Setiap hari lakukan sebagai rutinitas, ungkapkan hal baik yang kamu syukuri hari ini dan hal apa yang bisa kamu perbaiki. Jujur pada dirimu sendiri. Dengan melakukan hal itu kamu akan lebih kenal dengan dirimu sendiri, bukan meraba bagaimana dirimu, tentu dengan hasil tes bisa dibantu secara ilmiah, tapi kalaupun tidak kenali dirimu sendiri, jangan malas untuk memperbaiki dirimu sendiri. Kalau kamu tidak kenal dirimu sendiri, susah, karena kamu akan selalu ada dalam kebimbangan.
Ditambah juga memang harus terus dicoba, maksudnya trial and error. Contohnya untuk gaya penampilan, itu kan bisa kamu rasakan dengan mudah, apa yang cocok dan tidak cocok untuk kamu gunakan. Satu lagi, jangan bandingkan dirimu dengan orang lain seperti yang Paula katakan sebelumnya dan jadi gelas kosong seperti kata Domi. Buat aku, perbedaan kita sama orang lain itu bukan masalah.
Samua orang punya jalan hidupnya masing-masing, yang membedakan satu orang dengan orang lain hanya dedikasi, kerja keras, dan ketulusan yang dimiliki. Orang nggak perlu baik sama kita, dan kita tidak selalu harus baik sama orang. Kalau orang baik sama kita, itu karena mereka mau melakukan hal itu. Jadi saat kamu menghadapi orang yang mungkin tidak baik sama kamu, mereka sebenarnya tidak harus selalu baik sama kamu dan hal itu tidak akan merendahkan nilai dirimu. Kamu juga tidak harus baik sama orang, itu adalah nilai personal yang dimiliki individu, menjadi baik adalah cara untuk menghargai dirimu sendiri dan orang lain, jadi bukan keharusan. Jadi, saat orang baik sama aku maka harus disyukuri dan aku akan lakukan yang sama, tapi kalau ada orang yang tidak baik sama aku, ya sudah nggak masalah. Hargai diri sendiri dan orang lain.
Samua orang punya jalan hidupnya masing-masing, yang membedakan satu orang dengan orang lain hanya dedikasi, kerja keras, dan ketulusan yang dimiliki.