Jakarta. Sebuah kota metropolitan di mana berbagai macam hal yang terjadi di negara kita terpusat di sana. Kita bisa menikmati akses yang serba ada tapi di saat yang sama kehidupan kita juga berjalan dan berubah sangat cepat. Seolah-olah kita tertuntut untuk bisa terus mengikuti perubahan dan bertahan di dalamnya. Dengan kecepatan perubahan dan perjalanan di kota ini, keramaiannya pun bisa membuat kebisingan.
Jakarta bisa digambarkan sebagai sebuah kota yang beragam, dengan banyak kelas, pergaulan dan sifat yang beda-beda. Selama saya hidup di Jakarta, seringkali saya merasa orang Jakarta selalu bekerja dan bersaing. Kalau kita tidak mampu beradaptasi dan bertahan, kita akan sangat mudah digantikan. Baik dalam aspek pekerjaan, pertemanan, dan lainnya.
Kalau kita tidak mampu beradaptasi dan bertahan, kita akan sangat mudah digantikan.
Semua orang di sini adalah pekerja keras. Dan ini jadi hal yang baik juga buruk. Sisi baiknya adalah bahwa rasanya kita semua berjuang bersama, saling bantu satu sama lain karena memahami sulitnya bekerja dan bergaul di ibu kota. Tapi di satu sisi lain, sebagian dari kita sebagai pribadi yang kompetitif memberikan bantuan ketika ada unsur uang. Semua hal bisa jadi jasa yang ditawarkan. Menurut saya, alangkah baiknya jika kita tidak perlu bergantung pada orang lain tetapi selalu ingat untuk membantu satu sama lain.
Menurut saya, alangkah baiknya jika kita tidak perlu bergantung pada orang lain tetapi selalu ingat untuk membantu satu sama lain.
Kebisingan dan persaingan di Jakarta, menurut saya jadi alasan kuat mengapa orang kota adalah orang-orang yang mudah stres. Di tengah bergulat dengan biaya hidup yang serba mahal, kita harus banyak bersaing dengan beragam orang yang punya kepentingannya masing-masing. Biasanya kalau sudah merasakan stres itu, saya akan membiarkan diri untuk terlepas dari pekerjaan. Paling tidak 2-3 jam untuk hanya makan, tidur dan menonton. Walaupun setelah itu pasti akan kembali lagi ke rutinitas dan pekerjaan.
Memang, perjuangan terberat di Jakarta adalah soal mencari pekerjaan, yang sesuai dengan passion kita terutama. Mencari pekerjaannya saja sudah sulit, apalagi kalau harus lompat dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain sampai menemukan pekerjaan yang disukai. Tapi dari pengalaman saya, pelajarannya adalah bahwa bagaimana pun menyiksanya pekerjaan kita saat ini, ingatlah bahwa pekerjaan itu sulit didapatkan. Oleh sebab itu, kita harus mengerjakannya sepenuh hati dan secara maksimal. Percaya saja kalau bekerja dengan sepenuh hati itu akan membawa kita ke tempat yang akhirnya bermanfaat. Nantinya, tanpa kita harus menceritakan kepada orang banyak, hasil dari pekerjaan yang baik itulah yang akan jadi bukti.
Namun di luar segala ketidaknyamanan dan kekurangan Jakarta, ia tetap menjadi tempat saya lahir dan tinggal. Dengan segala perubahannya mampu membuat saya menjadi orang yang kuat untuk bisa bertahan dan beradaptasi. Jakarta memang berat, tapi kita jadi tertuntut untuk bisa jadi lebih hebat. Begitu banyak pengalaman yang tak mungkin terlupakan selama saya berada di Jakarta. Pengalaman pertama kali bisa menyetir, misalnya. Memang sulit sekali menyetir di kota yang padat dengan kemacetan di kanan, kiri. Tapi setelah sudah terbiasa, mengelilingi Jakarta jadi sesuatu yang amat menyenangkan dan meninggalkan memori yang indah. Ada perasaan puas dan senang saat pertama kali bisa nyetir keliling Jakarta sesuka hati.
Jakarta memang berat, tapi kita jadi tertuntut untuk bisa jadi lebih hebat.
Jakarta adalah sebuah kota yang terus harus berkembang dan maju. Mungkin saat nanti pusat pemerintahan dan berbagai kegiatan industri perdagangan, perbankan dan lain sebagainya sudah tidak lagi berpusat di Jakarta, ia akan menjadi sebuah kota yang lebih baik. Setidaknya segala aktivitas politis dan bisnis di dalamnya bisa disebar ke kota lain agar kehidupan di dalamnya pun bisa menjadi lebih seimbang.