Self Health & Wellness

Berhenti Untuk Bangkit

Dalam hidup, kita pasti akan diberikan ujian untuk satu pelajaran lebih dari satu kali. Ketika sedang mengalami ujian tersebut mungkin kita akan merasakan banyak sekali emosi negatif. Bisa saja kita gusar, kesal, hingga marah dengan keadaan. Akan tetapi, tanpa disadari ujian-ujian yang dialami sebenarnya yang mendewasakan kita dari waktu ke waktu. Semakin kita sering mendapatkan pelajaran serupa, kita bisa jadi lebih solutif dalam mencari penyelesaiannya. Dari dulu saya memang sudah beberapa kali mendapatkan ujian yang mengajarkan diri untuk merelakan. Meskipun begitu, bukan berarti saya sudah mahir dalam merelakan. Awal tahun ini pun saya kembali dipertemukan dengan kejadian yang mengingatkan untuk bisa merelakan. 

Akan tetapi, tanpa disadari ujian-ujian yang dialami sebenarnya yang mendewasakan kita dari waktu ke waktu. Semakin kita sering mendapatkan pelajaran serupa, kita bisa jadi lebih solutif dalam mencari penyelesaiannya.

Menjelang akhir tahun lalu, saya sudah memiliki begitu banyak rencana indah di tahun 2020 ini. Saya akan membuat album, bekerja di dua negara, dan sederetan rencana besar lainnya. Sayangnya, semesta sepertinya belum sejalan dengan rencana-rencana saya. Data-data yang saya miliki untuk membuat album ternyata mengalami kerusakan cukup parah hingga saya harus mengulang lagi semuanya. Dengan perasaan kecewa dan hampir menyerah, saya pun mengungkapkan pada istri (Vanessa Budiharja —red) kebingungan saya akan masalah ini. Melihat saya cukup “tertampar” dengan kondisi tersebut dia pun menganjurkan untuk saya menenangkan diri dulu sejenak. Akhirnya saya setuju dan pergi ke Bali, menyisihkan waktu untuk mengurangi pikiran-pikiran penat dengan meditasi dan yoga.

Tak berapa lama, di saat saya sudah ada semangat lagi berniat membuat ulang semua musik yang sudah diproses selama di Los Angeles, Amerika Serikat, merebaklah pandemi. Saya tidak bisa pulang ke Jakarta di mana semua peralatan bermusik berada. Setelahnya, informasi negatif terus terpapar berturut-turut. Di saat harus menyelesaikan album, saya juga harus memikirkan bagaimana caranya tetap mendapatkan penghasilan untuk mempertahankan bisnis. Kurang lebih seratus acara yang harusnya digelar tahun ini dibatalkan dan sampai 2021 sepertinya tidak akan ada acara live apapun. Ini berarti saya harus segera memikirkan alternatif model bisnis yang lain agar anggota tim saya bisa tetap bertahan. 

Dengan begitu banyak tekanan yang dirasakan, saya mengalami mental breakdown. Sebuah situasi yang membuat saya putus asa, tidak bisa berpikir jernih, hingga terucap keinginan untuk berhenti bermusik. Memahami betul bagaimana situasi menantang itu, istri saya mendorong untuk melakukan mental healing karena dia merasa banyak kejadian bertubi-tubi yang membuat saya trauma. Kemudian pergilah saya ke praktisi homeopati untuk berkonsultasi masalah kesehatan. Saya juga mengutarakan niat berhenti bermusik. Dia bilang, “Saya tidak yakin berhenti bermusik akan membantumu sembuh karena selama ini hidup kamu adalah untuk bermusik.” Lalu layaknya sebuah tanda, Mas Reza Gunawan, praktisi kesehatan holistik, tiba-tiba menghubungi saya untuk bergabung lagi dalam Tapas Acupressure Technique (TAT). Ini adalah salah satu metode penyembuhan mental akan trauma atau kejadian-kejadian buruk di masa lalu. 

Saya seperti diingatkan untuk move in sebelum move on. Sebelum merelakan (move on) saya harus bisa mendekat kembali dengan diri saya (move in). Akhirnya selama 40 hari, saya melakukan praktik Tapas Acupressure Tecnhnique (TAT), meditasi dan yoga kundalini. Setiap hari. Tidak lupa, saya juga mengatur pola makan, pola tidur dan tetap membuat musik semampu diri. Tanpa memikirkan tenggat waktu tertentu untuk menyelesaikannya. Proses ini layaknya tubuh sedang mengalami detoksifikasi. Beberapa hari pertama saya sulit tidur, sulit makan. Kemudian ada fase saya sehari banyak sekali makan tapi ketika olahraga tubuh saya amat lemas. Baru setelah rampung kurang lebih 40 hari kemudian, pikiran saya lebih jernih. Muncul beragam ide untuk mempertahankan bisnis. Musik saya juga mengalami kemajuan hingga akhirnya bisa rilis.

Dari pengalaman tersebut saya benar-benar belajar untuk merelakan sesuatu yang berada di luar kendali. Namun apa yang ada di dalam diri kita, seratus persen berada dalam kendali kita. Sehingga sesungguhnya kita tidak perlu menyangkal segala perasaan. Jika memang sedang sedih, gusar, akui saja. Tidak perlu berusaha jadi positif. Itu semua adalah proses untuk kita semakin dekat dengan diri sendiri. Hingga bisa menyadari bahwa kita tidak perlu berupaya jadi manusia super. Menjadi manusia itu sendiri saja sudah super. Selain itu saya juga belajar untuk bisa berkata cukup. Dulu saya sering sekali menaruh kata “harus” di setiap keinginan. Ternyata kini saya menyadari bahwa yang lebih esensial ada prosesnya. Sehingga saya bisa lebih bersyukur dengan apa yang dimiliki saat ini. Masih bisa melihat istri dalam kondisi sehat, masih bisa makan, berlindung di bawah atap rumah yang baik, dan masih bisa bernapas tanpa sesak. Ini sudah lebih dari tajir melintir.

Saya bisa lebih bersyukur dengan apa yang dimiliki saat ini. Masih bisa melihat istri dalam kondisi sehat, masih bisa makan, berlindung di bawah atap rumah yang baik, dan masih bisa bernapas tanpa sesak. Ini sudah lebih dari tajir melintir.

Mungkin sekarang saya sudah bisa bicara begini. Padahal di awal peristiwa buruk tersebut, saya sempat berpikir akan benci sekali dengan tahun 2020. Tapi setelah dipikirkan kembali, kalau tidak ada tahun 2020 saya tidak mungkin bisa lebih dekat dengan istri. Kami pasti akan berjarak karena saya akan bolak-balik Amerika. Saya tidak akan mungkin bisa terhubung kembali dengan diri, membiasakan meditasi dan yoga secara rutin. Lambat laun saya pun mengerti bahwa peristitwa ini jadi bagian hidup agar saya bisa bertumbuh. Sejatinya manusia bisa lebih berkembang dengan segala pengalaman yang pernah terjadi. Termasuk pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan agar ia dapat berproses menjadi manusia seutuhnya. 

Sejatinya manusia bisa lebih berkembang dengan segala pengalaman yang pernah terjadi. Termasuk pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan agar ia dapat berproses menjadi manusia seutuhnya. 

Related Articles

Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024
Card image
Self
Pendewasaan dalam Hubungan

Pendewasaan diri tidak hadir begitu saja seiring usia, melainkan hasil dari pengalaman dan kesediaan untuk belajar menjadi lebih baik. Hal yang sama juga berlaku saat membangun hubungan bersama pasangan.

By Melisa Putri
06 April 2024