Hi there? How are you?
Tulisanku kali ini adalah tentang krisis yang aku alami dalam hidup, butuh keberanian besar membuat tulisan ini karena ini adalah salah satu pengalaman perjalanan hidupku. Singkatnya, akhir tahun 2021 hingga awal tahun 2022 aku mengalami salah satu krisis terbesar yang rasanya sudah diluar logika, ironi bukan? Idealnya aku ingin menutup tahun dengan damai dan harapan baru. Sayangnya, aku malah harus menemui masalah terbesar dalam hidupku.
Mari kita mulai dari refleksi diriku. Ketika aku mendapat masalah yang cukup besar awalnya sangat kebingungan. Aku tidak tahu, bagaimana caranya aku bertindak, aku hanya ingin menolak dan membalikan keadaan dengan sekuat tenaga. Aku sangat lelah kala itu. Kendati pun begitu, aku terus berusaha sekuat tenaga karena setidaknya ini yang bisa kulakukan. Lalu aku mulai menceritakan ke beberapa orang, memasang story di WhatsApp, yang membuatku terharu ada banyak orang yang ingin membantu, bantuan yang kuharapkan kala itu adalah doa.
Ketika aku mendapat masalah yang cukup besar awalnya sangat kebingungan. Aku tidak tahu, bagaimana caranya aku bertindak, aku hanya ingin menolak dan membalikan keadaan dengan sekuat tenaga. Aku sangat lelah kala itu. Kendati pun begitu, aku terus berusaha sekuat tenaga karena setidaknya ini yang bisa kulakukan.
Aku bertemu banyak orang-orang baik yang juga turut mendoakanku serta keluarga yang benar-benar keluarga, ini adalah salah satu alasan utama yang membuatku bertahan. Aku menceritakan detil masalahku kepada orang-orang yang tepat. Mereka tidak hanya membantu tapi juga menemani. Ini kekuatan keduaku. Lalu aku mundur satu langkah, aku diingatkan mundur satu langkah bukan berarti kalah tapi memberi ruang dalam diri untuk melihat kembali masalahnya agar aku tahu bagaimana cara menghadapinya. Kemudian, pelan-pelan aku menerima masalahnya, lalu pasrah untuk hal-hal yang tidak bisa ku kendalikan dan berdoa.
Berdoa juga memberikan kekuatan dalam diriku. Ketika berdoa aku yakin, aku tidak sendirian Tuhan tidak pernah memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambaNya tersebut. Lantas masalahnya selesai? Tentu tidak tapi aku bisa sedikit tenang. Pernah dengar istilah menghadapi masalah dengan kepala dingin bukan? Pepatah ini cukup sulit dilakukan terutama ketika kita sedang menghadapi masalah besar dan menyangkut orang-orang yang kita sayangi. Namun ketika sudah mulai tenang, kita pelan-pelan mulai bisa melihat akar masalahnya, perlahan kita pun bisa menyadari bagaimana cara menghadapinya.
Aku pun mendengar satu cerita dari teman hebatku, Kak Verena Purwandiri. Kira-kira ceritanya begini.
Semua orang punya level masalah yang beragam dan ekstrem selama pandemi. Mungin terkait kehilangan orang terkasih atau bahkan segalanya. Saya jatuh dan sekaligus diberikan kesempatan bangkit lagi dalam hampir tiga tahun ini. Keluarga kami terdampak langsung dari pandemi. Apalagi saya dan suami adalah tulang punggung keluarga yang juga dikaruniai dua anak perempuan yang masih kecil saat ini. Kami bertengkar dan berdebat setiap hari karena masalah ekonomi dan impian kami yang harus kembali didiskusikan. Terima kasih kepada pandemi juga, pisah rumah selama beberapa bulan akibat emosi ada di puncak kepala jadi terjustifikasi. Hingga akhirnya kami memutuskan solusi perjuangan ini. Kami memutuskan untuk bertahan dan berproses, menjalani hidup hari demi hari.
Mungkin sementara waktu ini mimpi kami masih harus menjadi gambar yang ditempel di dinding kamar. Tapi tidak ditinggalkan. Saat ini, kami memilih merayakan setiap momen kecil yang membahagiakan anak-anak memberikan kami banyak senyuman dan canada tawa. Tidak seperti keluarga lainnya, saat anak-anak menanyakan kapan mereka bisa pergi ke tempat-tempat yang mereka inginkan kami bisa menjawab dengan diplomatis di mata anak-anak, “Nanti ya kalau pandemi sudah musnah dari muka bumi.” Iya, sedih ketika menjawab itu, tapi ternyata anak-anak hanya perlu diberi pengertian dan diajak kerja bersama dan belajar fokus dari rumah dulu.
Mungkin sementara waktu ini mimpi kami masih harus menjadi gambar yang ditempel di dinding kamar. Tapi tidak ditinggalkan.
Ketika kami menengok ke belakang pada awal tahun 2020, selamat dan bertahan hingga sekarang juga adalah prestasi. Bahkan mulai bermunculan potensi baru yang tidak terbayang sebelumnya dari lingkaran-lingkaran pertemanan berbeda. Di sisi lain, orang tua kami juga telah menjadi sistem pendukung yang baik. Mereka memberi semangat. Sangat membantu ketika mereka bisa mandiri selama krisis. Jadi walau masalah belum hilang sepenuhnya, kami punya rumah dan “rumah” yang nyaman untuk kami pulang.
Kami diingatkan dan diuji bahwa dalam pernikahan itu satu tambah satu bukan dua, tapi sepuluh. Jadi seharusnya memang motivasi kita untuk terus berusaha itu luar biasa banyak. Kalau kita memutuskan berangkat dengan hati positif dan lebih banyak mau memberi daripada menerima, maka kita punya kapasitas yang jauh di atas bayangan kita sebelumnya. Kebahagiaan perlu kerja keras, kerja tim, dan kesabaran supaya bisa meraih bahagia sesuai yang kita inginkan dan tepat pada waktunya. Ini adalah perjalanan. Bukan tujuan.
Kami diingatkan dan diuji bahwa dalam pernikahan itu satu tambah satu bukan dua, tapi sepuluh. Jadi seharusnya memang motivasi kita untuk terus berusaha itu luar biasa banyak.
Jadi, ketika kita sedang dalam krisis, yang perlu disiapkan adalah bagaimana kita menyikapi krisis tersebut, perlu hati yang positif dan pikiran yang tenang untuk menghadapinya, berdoa dan berserah kepada Tuhan. Terakhir adalah menerimanya dulu agar bisa menjalani hari di tengah krisis sampai akhirnya kita menemukan jalan yang tepat untuk memenangkan keadaan.
Jadi, ketika kita sedang dalam krisis, yang perlu disiapkan adalah bagaimana kita menyikapi krisis tersebut, perlu hati yang positif dan pikiran yang tenang untuk menghadapinya, berdoa dan berserah kepada Tuhan.
Mengutip kalimat bang Alam Urbach waktu aku ngobrol tentang kehidupan dengannya, “Kamu lagi diuji, karena kamu disiapkan untuk sesuatu yang besar. Ingat satu hal, jujur dan jadi orang baik adalah kunci kita sebagai manusia”.
Jadi, ketika kita dihadapkan dalam krisis, bisa jadi kita memang sedang diuji karena sedang dipersiapkan untuk sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Ingat untuk tetap jadi manusia yang jujur, baik dan bahagia. So, keep moving on and fighting! I believe, sun will shine :)