Dunia terus bergerak, zaman terus berubah, inovasi-inovasi baru terus bermunculan. Suka atau tidak hal-hal baru akan terus timbul. Karena satu-satunya hal yang pasti adalah perubahan, maka daripada kita menolak hal baru lebih baik kita punya sikap yang terbuka pada hal baru ini. Hal-hal baru ini akan membingungkan, dan sesekali menakutkan. Tapi perubahan adalah hal yang tak terelakkan. Sehubungan dengan karier, tidak pernah ada masalah memulai sesuatu yang baru setelah berpengalaman di bidang yang berbeda. Yang penting adalah bagaimana kita bisa mengasah soft skill, seperti kemampuan berpikir kritis, rasa ingin tahu, kegigihan, kecakapan berkomunikasi, kepemimpinan, cara membangun hubungan antar manusia, dan lain-lain.
Hard skill hampir selalu bisa dipelajari di tempat kerja karena di setiap tempat kerja biasanya memiliki SOP (Standard Operation Procedure) dan cara kerja yang berbeda,sehingga pasti semua karyawan akan dilatih lagi tentang cara kerja yang baru. Sedangkan soft skill selalu bisa dimanfaatkan di mana pun kita bekerja. Misalnya dulu saya bekerja selama lima tahun di dunia marketing di sebuah korporasi. Karier saya setelah itu tidak ada yang sebidang. Setelah itu saya menjadi guru SD, memimpin sebuah yayasan, lalu bekerja di pemerintahan. Hard skill tentang pengetahuan brand-brand tersebut tentu saja tidak terpakai. Tapi, ilmu soft skill yang saya dapatkan selama saya bekerja di korporasi itu sampai sekarang masih bisa diterapkan.
Kadang-kadang kita mengira bahwa bos selalu berusaha menguji kita. Padahal organisasi ini pasti mempekerjakan kita dengan harapan agar bisa berkinerja sebaik-baiknya.
Ketika hendak mencoba pengalaman baru dan saat sedang berada di awal perjalanan pengalaman tersebut kita harus mengetahui bagaimana untuk mengubah mindset. Dalam hal karier, salah satu pesan yang paling penting yang pernah saya dapatkan adalah kadang-kadang kita mengira bahwa bos selalu berusaha menguji kita. Padahal organisasi ini pasti mempekerjakan kita dengan harapan agar bisa berkinerja sebaik-baiknya. Untuk itu, seharusnya bos ingin membantu kita agar kita bisa melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Jadi saya belajar bahwa saya tidak boleh malu bertanya dan tidak boleh sungkan meminta tolong. Kemudian tentang sikap. Rendah hatilah. Banyak-banyaklah bertanya. Di mana pun kita berada, selalu akan ada hal yang tidak diketahui. Biasanya saya selalu berusaha untuk banyak bertanya tentang apa saja, banyak mencatat, dan banyak merefleksikan hal-hal yang baru saya pelajari.
Kebiasaan bertanya ini menjaga agar saya selalu rendah hati, karena saya memosisikan diri sebagai orang yang tidak tahu. Proses bertanya ini juga membantu saya untuk memulai hubungan dengan orang-orang yang sudah lebih lama berada di sana. Lewat interaksi-interaksi inilah saya akan banyak menemukan insight yang mungkin akan membantu dalam beradaptasi, seperti, “oh ternyata kalau di kantor ini, kita bekerja dengan cara seperti ini”, atau “oh ternyata di organisasi ini si x memiliki peran sebagai abc” dan begitu banyak “oh ternyata-oh ternyata” yang lain. Di setiap lingkungan selalu ada aturan tertulis dan aturan tak tertulis. Misal, dengan melihat dokumen struktur organisasi kita akan selalu bisa tahu siapa yang memimpin siapa. Tapi hanya dengan berinteraksi dengan orang-orang di dalam organisasi ini kita akan bisa menemukan siapa saja orang-orang yang bisa menjadi kunci jika kita ingin menyelesaikan sesuatu.
Posisi yang paling baik ketika menjadi 'orang baru' adalah menjadi orang yang selalu ingin tahu.
Posisi yang paling baik ketika menjadi 'orang baru' adalah menjadi orang yang selalu ingin tahu. Banyaklah bertanya. Jika ada sesuatu yang kita tidak sepakati, cari tahu-lah kenapa orang-orang di lingkungan ini bisa menyepakati hal tersebut. Nah, untuk itu penting untuk tahu apa yang perlu ditanyakan. Berlatihlah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang substantif dan kritis, sehingga kita bisa menemukan fakta-fakta dan masukan-masukan baru. Tentu saja aspek-aspek ini akan berbeda-beda, tergantung dari hal baru dalam bidang apa. Tapi secara umum, saya akan setuju melakukan hal baru jika (1) saya akan bisa belajar hal-hal baru di sini, (2) saya akan bisa memberikan dampak yang lebih luas dengan saya berada di sini atau melakukan hal baru ini, (3) hal baru ini seru atau menyenangkan.
Selain itu sebisa mungkin cobalah untuk mengontrol ekspektasi kita pada sesuatu hal agar tidak kecewa. Kekecewaan terjadi ketika ekspektasi kita melebihi hasil yang kita dapatkan. Seringkali, kita tidak bisa mengontrol sepenuhnya hasil yang kita dapatkan. Maka biasanya yang saya lakukan untuk mengelola ekspektasi adalah dengan hanya berharap bisa belajar sebanyak-banyaknya di sini. Apapun hasilnya, yang penting saya sudah berjuang sekuat tenaga. Jika kita sudah berjuang sekuat tenaga tapi ternyata masih gagal kita tidak akan terlalu kecewa. Tapi kalau kita hanya mencoba sekadarnya dan kita gagal, kita akan selalu bertanya-tanya apakah seandainya kita mencoba lebih keras kita akan berhasil.
Sebisa mungkin cobalah untuk mengontrol ekspektasi kita pada sesuatu hal agar tidak kecewa. Kekecewaan terjadi ketika ekspektasi kita melebihi hasil yang kita dapatkan.