Pernahkah kamu mengalami momen kehilangan? Karena seseorang yang meninggalkan kita untuk selamanya atau karena sebuah hubungan yang selesai?
Ada banyak emosi yang bercampur saat kita menghadapi momen kehilangan. Aku banyak mendengar cerita dari teman dan kerabat mengenai bagaimana cara mereka melalui momen mengikhlaskan sebuah hubungan yang harus selesai. Biasanya hubungan tersebut sebenarnya mereka coba bawa lebih jauh, mungkin ingin diubah statusnya menjadi pernikahan, tapi nyatanya niat tersebut tidak terwujud.
Kalau aku bisa menarik kesimpulan dari berbagai cerita yang aku dengar, ada satu garis yang menghubungkan semua cerita tersebut yaitu keikhlasan. Ada hikmah dari iklas yang akhirnya mereka temukan saat sebuah hubungan harus berakhir, meski ada rasa kehilangan yang tentu saja harus dilalui.
Aku sendiri juga pernah merasakan kehilangan dari sebuah hubungan yang selesai. Salah satu yang paling berat sebenarnya saat harus kehilangan sahabatku yang harus meninggalkan dunia ini secara tiba-tiba. Jujur, memang proses merasakan kehilangan bukan momen yang menyenangkan. Setelah serangkaian kesedihan dan kekecewaan sudah berakhir, aku belajar untuk melihat setiap momen dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Jujur, memang proses merasakan kehilangan bukan momen yang menyenangkan. Setelah serangkaian kesedihan dan kekecewaan sudah berakhir, aku belajar untuk melihat setiap momen dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Melalui momen kehilangan atau proses berdamai dari sebuah hubungan yang harus selesai pada akhirnya memungkinkanku untuk lebih mengenali diri sendiri. Ada bagian dalam diriku yang sebenarnya ikut berproses untuk bisa merelakan dan menerima momen yang sedang aku alami. Dengan menerima segala emosi yang aku rasakan dan belajar memproses emosi yang aku miliki, aku jadi bisa lebih bersiap pada momen kurang menyenangkan lainnya, karena aku sudah tau seperti apa rasanya.
Salah satu guru dalam hidupku, yang mengajarkan bagaimana cara berproses dan menemukan keikhlasan adalah nenekku. Beliau pernah menghadapi momen yang mengharuskan dirinya meninggalkan sesuatu yang kurang baik. Dari situ aku melihat kekuatan dan keikhlasannya menerima sesuatu yang memang tidak bisa lagi dipaksakan. Lalu mencoba melihat momen kurang menyenangkan dari sudut pandang yang lebih positif.
Kumpulan cerita dan pengalaman dari sebuah hubungan yang harus selesai ini akhirnya aku rangkum dan bagikan dalam lagu terbaruku yang berjudul “Semestinya”. Di lagu ini aku juga berkolaborasi dengan Kak Bilal Indrajaya. Sebelumnya kami sempat bertemu di project orang lain dan aku memang sudah menikmati karya-karya Kak Bilal. Kebetulan di project ini cocok dan akhirnya kami bisa berkolaborasi untuk lagu “Semestinya”.
Lagu ini juga sebenarnya aku hadiahkan untuk nenek dan kakek aku. Ini juga salah satu alasan kenapa aku menambahkan melodi-melodi yang akan mengingatkan kita pada masa lalu di lagu ini. Selain karena aku juga memang selalu suka melodi dan lirik yang dibawa dari masa lalu. Rasanya kita bisa membayangkan bagaimana manusia pada masa itu bertutur, bercengkarama, dan melalui lagu ini aku mencoba untuk kembali ke masa itu.
Saat berhadapan dengan momen-momen kurang menyenangkan dalam hidup terkadang musuh terbesar yang kita alami ternyata adalah diri sendiri. Ketika kita bisa mengerti apa yang diri kita butuhkan, harusnya kita tidak bisa menyudahi perang batin yang ada dalam diri. Semoga teman-teman yang mendengarkan lagu “Semestinya” alan tetap bisa percaya dan terus mencari hikmah dari fase hidup yang sedang kita rasakan. Untuk diri kita di masa ini dan hari-hari mendatang.
Saat berhadapan dengan momen-momen kurang menyenangkan dalam hidup terkadang musuh terbesar yang kita alami ternyata adalah diri sendiri. Ketika kita bisa mengerti apa yang diri kita butuhkan, harusnya kita tidak bisa menyudahi perang batin yang ada dalam diri.