Secara garis besar, saya menjalani hidup yang kurang lebih serupa dengan banyak orang di dunia. Sehari-hari saya bekerja di sebuah perusahaan sebagai seorang product manager di salah satu perusahaan IT di Indonesia. Di sela waktu luang, saya cukup tertarik untuk mempelajari topik terkait dengan pengembangan diri, untuk mendukung karir dan juga kemampuan saya sebagai seorang individu. Ini juga yang kemudian saya bagikan melalui @mindset.bertumbuh.
Setiap orang memiliki tantangan hidupnya sendiri-sendiri, begitu pun saya. Salah satu momen yang mungkin bisa dikatakan titik tersulit yang pernah saya hadapi adalah ketika saya mendapat kabar bahwa saya menjadi salah satu orang yang terkena layoff di perusahaan sebelumnya. Tentu, ini adalah hal yang berada di luar kendali saya. Setelahnya saya juga harus mulai mencari jalan keluar dari momen sulit itu.
Alih-alih langsung berusaha berpindah tempat, saya justru mengambil jeda untuk menjernihkan pikiran sekaligus liburan singkat. Menurut saya, saat menghadapi masalah pikiran yang jernih adalah modal awal yang harus kita miliki untuk menyusun rencana yang tepat. Waktu jeda tersebut saya gunakan untuk merefleksikan kembali value apa yang saya miliki. Saya coba runutkan kembali apa keunggulan yang ada dalam diri saya.
Saat menghadapi masalah, pikiran yang jernih adalah modal awal yang harus kita miliki untuk menyusun rencana yang tepat.
Saya juga paham, mungkin sebagian orang justru lebih kesulitan untuk menentukan value atau nilai diri yang ia miliki. Menurut saya, menemukan nilai diri bisa dimulai dengan melihat hal-hal yang bisa kita kerjakan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Kalau belum terlihat, kita bisa mulai dengan hal yang kita suka. Kemudian validasi akan nilai diri bisa kita coba temukan. Bisa dengan beragam cara, misalnya ikut dalam kompetisi, menjadi pimpinan dalam sebuah organisasi, atau paling tidak coba ambil kesempatan yang datang walau saat ini terasa berat. Berbincang dengan orang-orang yang lebih senior juga bisa membantu kita dalam proses menemukan value yang kita miliki.
Berangkat dari situ saya mulai menemukan strategi yang tepat untuk bisa mulai mencari pekerjaan yang baru. Waktu yang diperlukan juga tidak instan butuh waktu sekitar dua bulan bagi saya untuk bisa melepas status “pengangguran”. Meski begitu, saya rasa ini tetap keputusan yang tepat karena saya tidak gegabah dan bisa mempersiapkan diri dengan lebih optimal.
Di masa-masa sulit, kemampuan beradaptasi atau agility sering kali menjadi kemampuan yang amat krusial. Agility atau kemampuan untuk berubah dan beradaptasi adalah sebuah kemampuan yang datang dari seberapa besar tekat yang kita miliki.
Apakah kemampuan beradaptasi bisa dilatih?
Menurut saya jawabanya bisa, tapi hal yang pertama yang seharusnya dipahami adalah kesadaran bahwa kemampuan ini penting untuk dimiliki. Kesediaan dan kesadaran diri untuk bisa beradaptasi dengan perubahan datang dari tujuan yang jelas dan kemauan yang keras. Saat kita paham bahwa apa yang sedang kita kerjakan akan membantu kita mencapai tujuan yang selama ini diinginkan, harusnya kita akan dengan suka rela berusaha belajar dan bertahan dengan segala situasi sulit yang sedang dihadapi.
Kesediaan dan kesadaran diri untuk bisa beradaptasi dengan perubahan datang dari tujuan yang jelas dan kemauan yang keras.
Hal ini berkaitan dengan mental tahan banting atau resilience. Bagi saya, mental tahan banting adalah pola pikir seseorang yang tidak mudah menyerah untuk mewujudkan tujuan yang ia miliki dalam hidup. Entah itu mencari pekerjaan, mencapai posisi tertentu, berkarya, atau hal-hal lainnya. Ketika tujuan jelas, segala kesulitan dan hal-hal rumit yang terjadi di prosesnya tidak akan membuat kita menyerah. Justru, kita akan mencoba berbagai macam strategi untuk sampai pada tujuan yang kita inginkan. Singkatnya, metal tahan banting adalah pola pikir yang membuat seseorang tidak menyerah dengan apapun yang sedang ia usahakan.
Ketika tujuan jelas, segala kesulitan dan hal-hal rumit yang terjadi di prosesnya tidak akan membuat kita menyerah. Justru, kita akan mencoba berbagai macam strategi untuk sampai pada tujuan yang kita inginkan.
Beberapa tahun terakhir banyak anggapan bahwa generasi muda saat ini kurang tahan banting dan cenderung ingin hasil yang instan. Saya rasa dalam beberapa aspek mungkin benar. Kalau ditarik lebih jauh, salah satu alasannya bisa jadi adalah banyaknya cerita-cerita manis tentang kesuksesan instan di media sosial yang bisa diakses dengan sangat mudah. Padahal, saya cukup yakin sebagian besar hal yang kita lihat di media sosial adalah palsu, sebuah potongan hidup yang sudah dipilih dengan sedemikian rupa untuk terlihat luar biasa.
Berkaca dari pengalaman pribadi, menurut saya kita harus melihat sebuah tantangan atau masalah dari sudut pandang yang lebih luas, see the bigger picture. Dengan melihat dari gambaran yang lebih luas, kita bisa merasakan bahwa sebenarnya masalah yang kita alami tidak sebesar yang kita lihat selama ini. Ia akan terasa kecil.
Sering kali, kita kesulitan untuk melihat gambaran yang lebih besar terhadap tantangan yang kita hadapi kalau kita hanya melihatnya berdasarkan sudut pandang sendiri. Sehingga, kita perlu untuk mengakses ilmu dan pengalaman orang lain. Hal ini bisa dilakukan dengan beragam cara. Banyak membaca buku atau konten, terutama dari orang-orang yang berhasil juga akan membantu. Dengan catatan, jangan hanya terpaku pada kisah suksesnya.
Katakanlah seseorang bercerita bisa mendapatkan 1 juta dolar dalam 1 tahun, kita juga harus memahami bahwa strategi tersebut telah ia kembangkan selama 20 tahun prosesnya berkarir. Maka, kita harus melihat 20 tahun proses yang ia lalu untuk belajar menjadi individu yang lebih tahan banting. Pada akhirnya value diri, tujuan, dan kesediaan untuk terus berjuang adalah kunci untuk bisa berproses menjadi seseorang yang lebih tahan banting dalam hidup.