Self Lifehacks

Bangkit Dari Kegagalan

Ben Soebiakto

@Bensoebiakto

Pebisnis Kreatif & Editor-in-Chief GREATMIND

Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Akan tetapi saya percaya setiap orang dapat menjadi lebih baik dan bijaksana. Setiap orang memiliki kesempatan untuk bertumbuh menjadi orang yang lebih dewasa di mana kegagalan dapat menjadi salah satu hal yang membantu kita bertumbuh. Tidak terkecuali saya. Kegagalan yang saya alami tidak hanya seputar pekerjaan saja melainkan juga di hubungan. Bahkan berkali-kali. Awal mengalami kegagalan pasti ada perasaan menyesal atau menyalahkan diri. Tapi setelahnya saya tahu ada yang namanya konsekuensi. Kesalahan demi kesalahan yang dibuat justru memberikan ruang belajar lebih banyak. Dari kegagalan kita bisa berevolusi jika mau melakukan evaluasi diri. Apa yang salah dari keputusan kita. Mungkin cara berpikir kita yang salah. Mungkin kita harus mengubah cara berpikir. Akhirnya inilah cara kita untuk melihat nilai diri kita sendiri dan untuk lebih dewasa. 

Kesalahan demi kesalahan yang dibuat justru memberikan ruang belajar lebih banyak. Dari kegagalan kita bisa berevolusi jika mau melakukan evaluasi diri.

Setiap kali jatuh proses bangkitnya tentu saja berbeda. Pertama kali merasakan jatuh saya sangat down karena sebelumnya belum pernah mengalami masalah tersebut dan tidak tahu bagaimana menyelesaikannya. Masalah yang saya hadapi di kala menjadi seorang pebisnis tidak sama ketika saya masih duduk di bangku sekolah. Tidak sesederhana ketika saya dulu tidak naik kelas. Ketika kita kecil horizon hidup juga masih terbatas. Hanya sebatas belajar, pertemanan, suka sama anak perempuan di kelas, dan keluarga. Meski perasaannya tetap sama, tetap tidak enak, tapi cara menghadapinya amat berbeda. Ketika ada masalah di usia dewasa di mana masalahnya lebih besar, begitu juga tanggung jawab dan ketakutannya, kita sebenarnya sedang belajar membentuk sistem menghadapi kegagalan. Ada kesalahan yang bisa kita evaluasi apakah kita terlambat mengambil keputusan, tidak mengambil keputusan atau bahkan salah mengambil keputusan. Sehingga ketika kedua, ketiga kali terjadi masalah serupa kita semakin mudah berada dalam problem-solving mode.

Ketika ada masalah di usia dewasa di mana masalahnya lebih besar, begitu juga tanggung jawab dan ketakutannya, kita sebenarnya sedang belajar membentuk sistem menghadapi kegagalan.

Saat sedang berada di masalah yang besar sekali sampai menuntun pada kegagalan, saya meyakinkan diri bahwa pasti akan ada pembelajaran yang sangat besar pula. Utamanya adalah kekuatan mental. Setelah mengalami kegagalan kita seakan sedang melatih mental untuk ekstra hati-hati dalam melangkah dan mempertimbangkan matang-matang segala keputusan. Pengalaman gagal melatih mental untuk memahami bahwa kita tidak akan selalu dapat yang diinginkan. Akan tetapi yang terpenting adalah kita sudah berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Akhirnya inilah yang menguatkan kita di kemudian hari .agar tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama. Seberapapun tidak enaknya gagal, kita bisa bilang, “Besok pasti akan lebih paham dan lebih mengerti lagi.” Contohnya dulu saat saya mengalami kegagalan di kondisi legal dan kesulitan finansial. Walaupun membutuhkan proses untuk bangkit lagi tapi setelahnya saya jadi punya imunitas dalam masalah legal yang dihadapi berikutnya. Saya jauh lebih tenang menghadapinya seolah dalam benak  ada yang bilang, “Kamu pernah merasakan ini, Ben, dan kamu pernah melewatinya. Sekarang pun pasti bisa.” Ya, kegagalan mengasah kemampuan mental kita untuk terus berjuang dan optimis dalam melangkah.

Kegagalan mengasah kemampuan mental kita untuk terus berjuang dan optimis dalam melangkah.

Saya percaya pada konsep talenta yang telah ada pada diri. Talenta itu pun harus bisa digandakan sebagai penghargaan kita akan hidup yang diberikan. Dulu saya memang bukan orang yang percaya diri akan talenta yang dimiliki. Dari kecil saya suka seni, suka menggambar hanya itu talenta yang saya tahu sehingga tidak dikembangkan. Suatu masa saya menemukan kesempatan untuk menyalurkan passion dan hobi sampai bisa memiliki nilai ekonomi. Akhirnya saya mengasahnya untuk membuat sebuah bisnis. Perlahan saya menyadari ternyata talenta yang dimiliki bisa dilipat-gandakan. Saya hanya cukup terus mencoba mengembangkannya. Sehingga selama masih diberikan kesempatan untuk memperluas talenta yang dimiliki selama itulah saya terus mencoba hal baru. Tidak perlu bisa sempurna di setiap bidang yang digeluti, tidak perlu juga harus mengerjakan semuanya. Hanya kalau ada kesempatan saya berusaha mengoptimalkannya supaya jangan sampai kehilangan talenta yang sebenarnya bisa diasah. Keinginan untuk tidak menyia-nyiakan talenta sekecil apapun itu menjadi motivasi saya untuk terus bangkit dari keterpurukan.

Talenta itu pun harus bisa digandakan sebagai penghargaan kita akan hidup yang diberikan.

Namun memang, terkadang kegagalan membuat kita kesulitan untuk memerangi pikiran negatif. Meskipun sebenarnya saya percaya pikiran positif bisa dibentuk dari apa yang kita konsumsi: apa yang dibaca, didengar atau ditemui. Ketika sedang terpapar energi negatif dari pengalaman gagal, saya biasanya akan mengisi pikiran dengan mencari buku, tontonan atau audio yang bisa memberikan inspirasi. Menyaksikan film biopic, misalnya, dapat membangkitkan kembali semangat saya untuk berpikir optimis. Film dengan genre ini biasanya memperlihatkan bagaimana karakternya bisa kembali bangkit setelah mengalami kegagalan. Inilah yang saya pilih. Saya memilih untuk memotivasi diri dengan mengonsumsi hal-hal positif demi membentuk optimisme. Sebab saya tahu jika saya memilih untuk banyak mendengarkan atau sering bertemu dengan orang yang pesimis, saya hanya akan seperti mereka.

Saya memilih untuk memotivasi diri dengan mengonsumsi hal-hal positif demi membentuk optimisme. Sebab saya tahu jika saya memilih untuk banyak mendengarkan atau sering bertemu dengan orang yang pesimis, saya hanya akan seperti mereka.

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024