Sangatlah wajar jika setiap manusia bisa merasakan emosi marah sebab itu adalah sesuatu yang amat manusiawi. Hanya idealnya, jangan sampai kemarahan kita sampai menyakiti hati orang lain. Kita tidak pernah tahu apa yang dipikirkan atau rasakan orang lain ketika kita marah pada mereka. Kita tidak tahu seperti apa respon mereka terhadap kemarahan kita. Bisa saja memperburuk situasi yang ada. Untuk aku pribadi, aku mencoba agar emosiku tidak melebihi batas kewajaran hingga berpotensi menyakiti orang lain. Walaupun sebenarnya dalam diriku sendiri sering kali ada emosi yang terasa sulit untuk keluar.
Jangan sampai kemarahan kita sampai menyakiti hati orang lain.
Emosi tersebut berada dalam diri terutama ketika ada rencana yang tidak berjalan sesuai harapan. Tapi aku jarang sekali menunjukkannya pada orang lain. Aku berusaha untuk terlihat tenang saat berhadapan dengan orang lain. Bukan bermaksud untuk memendam emosi, tapi karena aku punya batas yang tidak ingin menyakiti orang lain. Selain itu karena aku sebenarnya cukup memahami diriku bahwa dapat mudah kembali baik-baik saja. Semudah mencari makanan enak, nonton film, atau membuat ruang personal untukku kembali tenang. Jadi, ketika mulai merasakan energi yang kurang baik biasanya aku mencoba untuk menyendiri dulu dan menenangkan diri dengan caraku.
Langkah menenangkan diri dengan memiliki personal space atau ruang personal tentu saja tidak datang sejak dulu. Aku harus melewati proses untuk bisa nyaman dengan diri sendiri. Dua tahun lalu, aku adalah seseorang yang jauh lebih mementingkan kepentingan orang lain ketimbang diri sendiri. Ketika mau melakukan sesuatu aku selalu memikirkan orang lain dan memikirkan apakan orang lain akan senang atau tidak. Dulu aku nyaman untuk bergantung pada teman. Sebentar-sebentar menghubungi teman untuk ngobrol. Sedikit bosan langsung mencari teman untuk jalan-jalan. Seakan aku tergantung sekali dengan orang lain dan tidak punya waktu untuk menghabiskan waktu dengan diri sendiri.
Tapi seiring berjalannya waktu, sekarang aku memiliki banyak waktu untuk sendiri dan menikmatinya. Ternyata, dengan memberikan waktu untuk diri sendiri tersedia waktu untuk memikirkan banyak hal tentang diri. Termasuk hal-hal yang bisa meningkatkan kualitas diri sehingga aku bisa lebih memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan dan mana yang tidak. Maka, aku pun bisa semakin belajar untuk tidak selalu mendahulukan orang lain dan tidak harus selalu cerita pada orang lain. Hingga kini aku terus belajar mengembangkan diri. Sedikit demi sedikit, aku sudah bisa mementingkan diriku sendiri dan tidak menggantungkan kebahagiaan pada orang lain. Kini, aku yakin bisa membuat diriku sendiri bahagia.
Ternyata, dengan memberikan waktu untuk diri sendiri tersedia waktu untuk memikirkan banyak hal tentang diri.
Proses aku menemukan diri sendiri akhirnya aku tuangkan pada single lagu terbaru yang berjudul “I’m Okay”. Dalam lagu ini, meski temanya adalah hubungan tapi kurang lebih pesannya serupa dengan perjalananku menemukan diri sendiri. Aku ingin bilang bahwa kita harus bisa membahagiakan diri sendiri dulu sebelum membahagiakan orang lain. Kalau diri sendiri saja tidak merasa puas, bagaimana bisa berada dalam satu hubungan dengan orang lain? Jadi di lagu ini aku mau bilang bahwa lebih baik aku mendapatkan diriku 100% sebelum memberikan 100% untuk orang lain. Single ini pun sebenarnya merupakan rangkaian lagu yang menjadi lanjutan dari lagu-laguku sebelumnya. Aku membayangkan proses hidup dan proses membuat lagu sesungguhnya cukup mirip. Sesuatu yang berkelanjutan seakan menulis sebuah cerita bersambung dan kita tidak akan berhenti di satu titik saja. Kita terus berproses untuk menjadi versi yang lebih baik dari diri kita saat ini.