Banyak orang di sekeliling kita menginginkan dan menggapai sukses. Mereka mewujudkannya melalui beragam cara. Dari sekian banyak yang ada kemudian menerapkan tolok ukur sukses dengan materi yang melimpah, tingkat pendidikan yang tinggi, fisik yang bagus, atau hal-hal lain.
Bagi saya, sukses adalah ketika saya bisa bermanfaat untuk orang lain. Bahagia bagi saya adalah ketika saya mampu bersyukur atas kesuksesan yang saya raih. Keduanya berkelindan satu sama lain. Sehingga tidak mungkin keduanya jalan sendiri-sendiri. Pendeknya, saya tidak akan sukses jika saya tidak bahagia, dan saya tidak bahagia jika tidak sukses.
Saya tidak akan sukses jika saya tidak bahagia, dan saya tidak bahagia jika tidak sukses.
Ini adalah hasil pemikiran, perenungan, dan pergulatan hati saya yang kemudian membuat saya merilis sebuah buku baru. Setelah 10 tahun merintis Young On Top dari nol hingga bisa menjadi sebuah organisasi komunitas, brand, dan perusahaan holding yang memiliki tiga anak perusahaan, saya sadar bahwa semuanya bisa terjadi karena kepercayaan banyak pihak atas ketekunan saya menjalankan tujuan hidup. Menariknya, tujuan hidup itu saya temukan secara tidak sengaja setelah merilis buku Young On Top pada April 2009 dan mendapatkan sebuah surat elektronik berisi ucapan terima kasih dari seorang anak tidak mampu di Medan.
Surat itu membuat saya sadar, bahwa dalam buku Young On Top, saya mengajak anak-anak muda untuk memiliki pola pikir serta attitude yang baik untuk bisa sukses di karir ataupun bisnis. Kini saya merasa punya obligasi moral untuk berbagi bahwa kebahagiaan dan kesuksesan yang sesungguhnya adalah ketika hidup kita bermakna – ketika kita menjalankan tujuan hidup kita.
Kebahagiaan dan kesuksesan yang sesungguhnya adalah ketika hidup kita bermakna – ketika kita menjalankan tujuan hidup kita.
Dari banyak perjalanan, di antara yang sukses ada pula yang tidak sukses. Tapi perlu diingat, sukses itu tergantung dari artinya bagi masing-masing orang. Kalau kita menilai sukses itu dari karir, uang, atau jabatan, seringkali seseorang tidak sukses karena empat faktor yakni: tidak jelas apa yang ingin dituju, tidak berani bermimpi, tidak kenal dengan diri sendiri sehingga tidak tahu passion, kelebihan dan keunggulannya, dan yang terakhir tidak punya karakter sekaligus tidak punya perilaku yang baik. Perilaku yang tidak baik itupun bisa dicontohkan dengan banyak hal misalnya punya pemikiran negatif, tidak mau bekerja keras, atau bahkan tidak bisa bekerja sama karena sangat egois.
Nah, kemudian mengapa orang tidak bahagia? Orang tidak bahagia seringkali karena mereka sendiri tidak tahu apa tujuan hidupnya. Mereka tidak tahu kenapa dan untuk apa mereka dilahirkan di dunia ini. Mereka tidak tahu apa yang ingin mereka tuju. Demikian mereka yang hidup tanpa tahu ini semua, tidak akan pernah merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Orang tidak bahagia seringkali karena mereka sendiri tidak tahu apa tujuan hidupnya.
Meskipun keduanya sudah diraih dan dalam zona aman, jangan buru-buru merasa tenang. Ada hal yang mendistraksi kebahagiaan dan kesuksesan orang. Salah satunya adalah rutinitas. Yang kedua adalah kehidupan yang tidak jelas arahnya. Sebaliknya dalam konteks sukses dan bahagia, sebaiknya kita tidak boleh lupa untuk bersyukur. Bagi saya, bersyukur wajib untuk dilakukan setiap saat, kalau perlu setiap detik. Mungkin saya adalah orang yang paling bersyukur di dunia saat ini. Setiap hal kecil yang saya rasakan, lihat, lewati setiap hari, selalu saya syukuri. Itulah kenapa saya bisa benar-benar bahagia setiap hari.
Bersyukur wajib untuk dilakukan setiap saat, kalau perlu setiap detik.