Pernah nggak kamu kepikiran, sebenarnya aku hidup tuh ngapain, sih?
Kekhawatiran akan identitas dan makna diri sangat mungkin terjadi dari waktu ke waktu. Bahkan sudah mulai hadir sejak kita kecil, dengan skala yang berbeda-beda. Menurut beberapa penelitian, biasanya hal ini terjadi di tiga rentang usia yaitu 20-an, 40-an, dan 60-an. Usia dimana seseorang sudah dianggap dewasa dan dirasa sudah bisa memegang tanggung jawab terhadap dirinya sendiri atau bahkan mungkin anggota keluarga lainnya.
Kekhawatiran akan identitas dan makna diri sangat mungkin terjadi dari waktu ke waktu. Bahkan sudah mulai hadir sejak kita kecil, dengan skala yang berbeda-beda.
Momen-momen ini kemudian dikenal sebagai existential crisis atau krisis eksistensialisme. Dimana seorang individu mulai mempertanyakan alasan dan makna kehadirannya di dunia.
Alasan kenapa seseorang bisa mengalami krisis eksistensialisme juga berbeda-beda. Bisa jadi karena mengalami kegagalan dalam bidang akademis, patah hati, kehilangan seseorang yang dicintai, atau bahkan saat semuanya terasa terlalu baik-baik saja dan monoton.
Saat berada dalam fase ini seseorang bisa saja merasa hampa, kurang percaya diri, sedih, atau bahkan ingin me-reset hidup dan mulai semuanya dari awal. Tapi berada dalam krisis eksistensialisme tidak selamanya buruk, kalau dilalui dengan baik, ini bisa jadi proses penemuan jati diri dan hal-hal yang membuat hidup jadi lebih tenang.
Terus, apa yang bisa dilakukan saat berada dalam fase ini:
Temukan “flow” dalam keseharian.
Flow adalah keadaan dimana kita bisa berkonsentrasi penuh dengan apa yang sedang kita kerjakan untuk mencapai tujuan tertentu. The feeling of being in the zone. Kita bisa mulai dengan mengingat kembali hobi lama yang membuat kita rela menghabiskan banyak waktu untuk melakukannya, bahkan tanpa imbalan rupiah, piala, atau tepuk tangan.
Rancang kembali makna sukses versi dirimu sendiri.
Setiap orang menjalani hidup dengan rute yang berbeda dan tantangan yang juga beragam. Kita nggak harus selalu meng-amini makna sukses yang orang lain pegang. Bisa jadi sukses tidak melulu tentang karir atau jabatan, mungkin justru tentang memiliki hidup yang damai dan aman.
Beranikan diri untuk coba hal baru.
Kalau hidup sudah terasa dalam pola yang terus berulang, wajar sekali kalau kita mulai mikir, jadi sebenarnya manfaat kita di dunia itu apa?
Berada dalam rutinitas yang itu-itu aja, secara tak sadar bisa membuat kita lupa melihat peran-peran kecil yang sebenarnya kita berikan. Bertemu dengan teman baru atau rutinitas baru, boleh jadi menawarkan kita kesempatan untuk melihat kontribusi kita di dunia. Nggak perlu jadi pemenang nobel untuk berkontribusi, jadi teman yang lucu juga bisa jadi peran kita di dunia yang kadang terlalu serius.
Bertemu dengan teman baru atau rutinitas baru, boleh jadi menawarkan kita kesempatan untuk melihat kontribusi kita di dunia. Nggak perlu jadi pemenang nobel untuk berkontribusi, jadi teman yang lucu juga bisa jadi peran kita di dunia yang kadang terlalu serius.
Krisis makna dan identitas bukan hal yang aneh, justru sangat wajar dialami oleh manusia. Jadi kamu nggak sendirian. Tidak peduli seberapa besar atau kecilnya peran kita di dunia, semua manusia tetap penting dalam porsinya masing-masing. Menghadapi momen kebingungan akan diri sendiri mungkin bisa terasa melelahkan. Tapi kamu bisa anggap momen ini sebagai kesempatan untuk menemukan dan memahami perasaan, emosi, serta jati dirimu sedikit lebih dalam.
Referensi:
https://www.bbc.com/worklife/article/20220929-the-unsettling-power-of-existential-dread
https://www.youtube.com/watch?v=Ws2Y2cWme8c