Aku akan memulai tulisan ini dengan sebuah potongan cerita yang menginspirasiku untuk mulai menulis artikel yang sedang kamu baca. Ini adalah sebuah cerita tentang Wandi, di suatu kesempatan ia berlari kecil sembari berolahraga sore sambil melihat sejumlah burung bercengkrama sebelum mencari habitat baru. Lalu ia melewati dua ekor kucing yang berguling-guling sambil berteriak entah sedang bermain atau bertengkar. Sesekali Wandi berhenti dan duduk untuk mengatur napas lalu ia melihat seekor ulat kecil di dahan. Wandi kemudian berpikir,
“Ulat ini mencari apa, ya?”
Karena ulat ini tidak pernah berhenti walaupun jalannya berkelok dan ia tetap berjalan meski telah melewati banyak tempat berteduh dari terik matahari. Lantas Wandi berpikir dan menarik kesimpulan seraya bergumam “aku bebas.”
Aku terinspirasi dengan cerita Wandi, dengan beberapa kalimat saja, aku sudah mendapat beberapa pesan dan pertanyaan. Apa yang aku lihat dari cerita Wandi sebenarnya tidak sekedar hanya hewan, tapi persepsiku terhadap aktivitas hewan-hewan yang dilihat Wandi dan bagaimana Wandi mendapat kesimpulan yang menurutku cukup dalam.
Saat ia melihat kawanan burung, bukan kah itu esensi dari kelangsungan hidup? Dengan bersosialisasi, bercengkrama, berkembang, serta mencari tempat berlindung baru? Kucing yang sedang berguling di tanah sambil berteriak, menurut aku itu adalah proses penerimaan kita terhadap ketidakjelasan. Mana lah kita tahu suara keras yang kita dengar keluar dengan emosi positif karena bermain atau negatif karena bertengkar?
Saat ia melihat kawanan burung, bukan kah itu esensi dari kelangsungan hidup? Dengan bersosialisasi, bercengkrama, berkembang, serta mencari tempat berlindung baru?
Apalagi kisah ulat berjalan, tentu ini terlihat dengan sangat jelas. Aku ingin menggaris bawahi bagian bahwa ia tidak berhenti berjalan walau jalannya berkelok. Aku teringat pernah menonton sebuah video Youtube berupa pemaparan dari Profesor Biologi dari Harvard bernama Rob Lue mengenai tujuan belajar (the purpose of learning), kutipan ini sangat mendukung fenomena ulat berjalan ia mengatakan,
“One of the fundamental features of all living things is that you change over time, and to stay still – in biochemical terms – to reach equilibrium is to die. So living things are always in the process of change. They’re always in a dynamic state.”
Makhluk hidup, hadir dari kata yang sudah sangat jelas, hidup. Selalu bergerak, berubah, dan berkembang. Kalau tidak bergerak, makhluk hidup berarti mati. Ulat berjalan berarti ulat sedang menghidupi dirinya sendiri. Apa yang dia temukan di jalan seperti barang-barang kecil untuk berteduh mungkin bisa membuat dia belok-belok, tapi yang penting, dia tetap berjalan.
Terakhir, the most powerful message, ditutup dengan ekspresi “aku bebas.” Kebebasan ini tidak hanya bermakna saat Wandi bertemu para hewan-hewan ini saat berolahraga dan tidak juga hanya menggambarkan keberadaan waktu Wandi untuk berolahraga di sore hari, tetapi yang lebih dalam. Menurutku makna yang paling penting adalah cara pikir Wandi dalam mengekspresikan kebebasannya dengan mengakui keberadaan hewan-hewan tersebut dalam posisi terbaik yang mereka lakukan saat itu.
Dari cerita Wandi, aku ingin memberikan pesan bahwa cara pikir kita akan menentukan cara hidup kita, dan seberapa jauh kita mau bebas akan hidup kita bergantung pada definisi cara pikir kita. Dengan berkata “aku bebas”, Wandi menyimpulkan bahwa ia mengakui keberadaan burung-burung, kucing, dan ulat melakukan aktivitas mereka masing-masing, selain adanya kesibukan Wandi untuk berlari di sore hari. Wandi bisa membagi fokus dia terhadap aktivitasnya dalam berolahraga dan mengobservasi hewan-hewan yang ia temui, tanpa adanya penilaian tertentu. Kalau dia bertanya, lebih ke arah penasaran saja lah, tapi bukan mengarahkan ke cara pikir tertentu.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah kebebasan Wandi dalam cerita ini tidak bisa diberlakukan untuk semua orang. Kamu mungkin memiliki cerita kebebasan tersendiri, tidak hanya dari melihat hewan saat olahraga sore. Menurutku, kunci terpenting dalam memahami cara pikir, cara hidup, ataupun cara untuk memaknai bebas adalah refleksi diri dan ketenangan. Dengan banyak refleksi diri, kamu akan masuk ke dalam diri untuk bisa melihat dirimu yang asli tanpa suara-suara pikiran yang mengganggu. Ketika kamu memiliki ketenangan, harapannya kamu akan lebih objektif dalam mendefinisikan emosi dan pikiran dalam kepalamu.
Menurutku, kunci terpenting dalam memahami cara pikir, cara hidup, ataupun cara untuk memaknai bebas adalah refleksi diri dan ketenangan.
Awal aku mempraktikkan cara seperti ini, jujur, sangat tidak mudah. Apalagi kalau disaat emosiku sedang bertumpuk. Meskipun begitu, latihan memiliki cara pikir positif seakan menciptakan jembatan yang makin lama makin jelas tujuannya. Tidak ideal dan kadang tidak sesuai ekspektasi, tapi yang terpenting adalah kita tetap berjalan.
Referensi:
HarvardX. (2017). What is the purpose of learning? Accessed in Mar 20 2022, throughWhat is the purpose of learning?