Self Health & Wellness

Menangis Bukan Berarti Cengeng

Gupta Sitorus

@guptasitorus

Praktisi Branding & Pemasaran

Ilustrasi Oleh: Tommy Chandra

Tidak ada yang tahu pasti tujuan dari mekanisme tangis dalam tubuh manusia. Charles Darwin pernah berpendapat bahwa menangis, meskipun membantu manusia mengurangi rasa menderita, sesungguhnya tak memiliki kegunaan sama sekali. Sementara itu, dalam Perjanjian Lama disebutkan bahwa tangisan merupakan hasil dari hati seorang manusia yang melemah dan berubah menjadi air.  Pada tahun 1600-an muncul pula teori yang mengatakan bahwa emosi yang dirasakan manusia – terutama cinta, membuat hati menjadi panas dan mengeluarkan uap untuk mendinginkannya. Uap-uap itu kemudian naik ke kepala dan berkumpul dekat mata hingga akhirnya tumpah dalam bentuk tangisan. Semuanya terdengar cukup aneh, ya?

Menangis, terutama yang digerakkan oleh emosi, hanya terjadi pada manusia. Hewan sesungguhnya juga memiliki perilaku ini. Namun pada hewan tangisan umumnya merupakan sebuah perilaku fisiologi yang berhubungan dengan proses mereka melumasi mata. Dalam beberapa kasus pernah ada yang menuliskan mengenai tangisan emosional pada hewan, namun manusia lah yang lebih sering menangis karena perasaan sedih atau perasaan kompleks lainnya.

Yang menarik, manusia kerap menangis karena suatu perasaan tertentu yang terkadang dapat bertolakbelakang. Kita bisa menangis di pemakaman karena kehilangan seseorang, namun sebaliknya kita juga dapat menangis saat melihat seorang bayi baru dilahirkan. Kita bisa menangis karena patah hati saat sebuah hubungan berakhir, namun sebaliknya kita juga dapat menangis haru saat melihat sebuah hubungan diikatkan dalam sebuah pernikahan. Emosi-emosi yang dirasakan dalam momen-momen tersebut adalah perasaan yang sulit diungkapkan dalam kata-kata dan umumnya ada di spektrum perasaan yang melebihi kesedihan atau kebahagiaan. Bisa jadi tangisan pada akhirnya menjadi cara diri kita untuk mengomunikasikan perasaan dalam cara yang tidak bisa disampaikan oleh bahasa.

Apa pun alasan di balik sebuah tangisan, yang pasti berdasarkan sebuah riset, perilaku menangis pada manusia berbeda-beda tergantung pada gender dan juga budaya masyarakatnya. Menurut riset oleh seorang neuroscientist bernama William Frey, wanita diperkirakan menangis hingga 5,3 kali dalam satu bulan sementara pria hanya menangis 1,4 kali sebulan. Bicara mengenai durasi, wanita rata-rata menghabiskan enam menit untuk menangis, sementara pria hanya butuh dua hingga empat menit saja. Namun menariknya, estimasi perbedaan frekuensi dan durasi tangisan antara pria dan wanita ini dapat berbeda-beda tergantung pada budaya masyarakat setempat.

Sebagai penyaluran emosi, tangisan nyatanya mampu meningkatkan semangat dan membuat kita merasa lebih baik. Menurut penelitian, saat kita menangis tubuh akan melepaskan oxytocin dan endorphin yang bermanfaat untuk memperbaiki mood seseorang. Selain itu konon air mata yang meluap dari tangisan membawa sejumlah hormon stres seperti prolactin yang merupakan painkiller alami yang dilepaskan tubuh saat dalam tekanan. Jadi wajar saja bila setelah menangis kita akan merasa lebih lega dan tenang.

Menurut psikologi, selain sebagai outlet penyaluran emosi, tangisan juga menjadi pemberi sinyal bagi orang di sekitar bahwa kita sedang berada dalam sebuah tekanan. Sinyal ini menjadi mekanisme manusia dalam mencari rasa nyaman, pertolongan, atau dukungan dari orang lain. Misalkan saja saat kita ditempatkan pada posisi antagonis oleh seseorang, kita akan menangis untuk mendapatkan simpati – orang-orang akan lebih merasa empati dan memberi pertolongan saat melihat air mata. Atau misalnya saat kita menangis di pemakaman, tangisan dapat menjadi bentuk ‘validasi emosi’ yang membuat kita lebih dekat dengan orang-orang lain. Artinya, tanpa disadari, tangisan justru lebih efektif untuk membangun sebuah hubungan dibandingkan dengan kata-kata.

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024