Ketika tidak ada dia hidup kita terasa hampa. Ketika tidak ada dia kita merasa gundah, gelisah. Hidup terasa tidak tenang, aman, dan nyaman. Seperti dihantui perasaan selalu ingin bertemu. Kalau bisa setiap hari, setiap waktu. Perasaan apa ini? Apakah secara tidak sadar keterikatan ini lambat laun berubah menjadi ketergantungan? Bisa dibilang begitu. Lalu salah tidak jika kita ingin terikat dengan seseorang?
Jawabannya tentu saja tidak salah ketika kita ingin memiliki ikatan tertentu dengan seseorang yang spesial. Hanya kalau kita terlalu terikat sampai ketergantungan dampak negatif di kemudian hari bisa saja muncul. Biasanya saat kita memiliki keterikatan yang berlebihan dengan seseorang akan ada harapan besar yang kita gantungkan pada orang tersebut. Nantinya saat dia tidak bisa melakukan apa yang kita harapkan atau tidak menjadi seperti yang kita inginkan, kita akan amat kecewa dan sedih yang berlebihan pula. Padahal kita tidak bisa membuat seseorang menjadi seperti yang diinginkan. Lalu bagaimana? Pertama-tama kita harus tahu dulu apa penyebab keterikatan berlebihan kita pada dia.
Saat kita memiliki keterikatan yang berlebihan dengan seseorang akan ada harapan besar yang kita gantungkan pada orang tersebut.
Pada dasarnya kita bisa terikat pada seseorang karena kita merasa orang tersebut melengkapi kekosongan diri. Kalau tidak ada dia, kita merasa sendiria dan sulit berjuang sendiri menghadapi hari-hari. Bisa jadi alasannya adalah karena kurangnya penerimaan diri kita. Kurangnya rasa mencintai diri sendiri sehingga selalu merasa tidak bisa sendiri. Tidak merasa utuh menjadi diri sendiri dan punya keyakinan bahwa kita pun bisa mencintai diri sendiri. Namun pemahaman ini jangan sampai disalahartikan. Bukan berarti karena sudah menerima dan mencintai diri lalu tidak butuh orang lain dan tidak butuh ikatan dengan orang lain. Tetap saja kita hidup di dunia ini membutuhkan orang lain. Tidak ada yang salah juga dengan ikatan pernikahan. Hanya saja kita harus menanamkan pada diri agar tidak tergantung pada pasangan meski sudah di dalam ikatan pernikahan. Memahami bahwa tidak selamanya pasangan akan selalu ada di samping kita. Situasi bisa berubah, bisa saja ada perceraian atau suatu saat dia dipanggil Yang Maha Kuasa. Dengan pemahaman ini kita pasti nantinya akan sedih tapi bukan menjadi pribadi yang rapuh dan tidak bisa melakukan apa-apa lagi kalau tidak ada dia. Kita bisa kembali berdiri di atas kaki sendiri setelah melewati masa sulit kehilangannya.
Pada dasarnya kita bisa terikat pada seseorang karena kita merasa orang tersebut melengkapi kekosongan diri.
Keterikatan ini juga dapat semakin menjadi-jadi karena kurangnya kepercayaan kita pada Tuhan, semesta, atau hal-hal “besar” lain yang ada di dunia ini. Sehingga kita kurang menaruh kepercayaan bahwa kita akan baik-baik saja meskipun sendirian. Meskipun orang yang amat kita cintai itu tiba-tiba pergi. Walaupun menurut saya kita juga tetap harus berhati-hati dengan konsep ini. Jangan sampai salah kaprah dengan kepercayaan yang dianut. Harus benar-benar obyektif dalam memikirkan konsep Tuhan dan semesta. Terkadang kita sebagai manusia memiliki konsep Tuhan yang berdasarkan pemikiran kita sendiri. Sehingga yang salah kaprah adalah bagaimana kita menerjemahkan konsep Tuhan itu tanpa berpikir realistis. Sebagai contoh nyata, saya dulu adalah seorang ekstremis Muslim. Pernah ada masa saya hendak melakukan apa saja demi konsep Tuhan yang dipercaya. Tidak tanggung-tanggung, saya tidak keberatan kalau harus menyakiti orang lain demi masuk surga. Itulah yang saya percaya. Tentu saja ini jadi pemikiran yang salah sebab kepercayaan yang saya anut itu hanya berdasar pada pemahaman sendiri. Saya menyadari betapa terikatnya diri pada konsep Tuhan atau agama yang saya percaya. Sampai-sampai tidak berpikir realistis.
Kadang kita memang sulit menyadari bahwa kita memiliki ketergantungan pada seseorang atau sesuatu. Sebab di masyarakat kita masih kurang sekali topik tentang keterikatan dibicarakan. Sehingga sebagian dari kita kurang menyadari apakah saat ini sebenarnya kita sedang bergantung pada orang lain. Biasanya mereka menyangkal karena tidak ingin dicap sebagai orang yang lemah dan tidak bisa hidup sendiri. Tapi kalau fokus kita sehari-hari sering terganggu dengan hanya memikirkan orang tersebut saja, seolah tidak ada yang bisa dipikirkan selain orang itu, sudah pasti ini pertanda kita terlalu terikat dengannya. Jadi yang harus kita sadari adalah semua ada porsinya. Mau sebaik apapun seseorang atau sesuatu di luar diri, sebaiknya kita tetap tidak bergantung padanya. Walaupun jangan juga menjadikan keterikatan alasan untuk tidak hidup berdampingan dengan manusia lainnya. Bergantung pada diri sendiri berarti kita tidak menaruh kebahagiaan kita pada orang lain. Tidak berharap mereka akan berbuat seperti yang diinginkan. Kita harus bisa melengkapi diri dengan cinta yang bersumber dari diri sendiri.
Mau sebaik apapun seseorang atau sesuatu di luar diri, sebaiknya kita tetap tidak bergantung padanya.