Circle Planet & People

Tak Perlu Canggung Bahas Pendidikan Seksual

Zhafira Aqyla

@zhafiraiha

Peneliti & Kreator Konten

Saat ini aku sedang menjalani peran sebagai research student di Osaka University. Topik riset yang sedang aku jalankan saat ini seputar pendidikan seksual untuk komunitas minoritas muslim di Jepang dan harapannya jurnal penelitian ini juga bisa dipublikasikan pada akhir tahun 2022.  Kalau ditanya tentang ketertarikanku akan dunia pendidikan, sebenarnya bukan hal yang sudah sangat lama aku dalami. Butuh eksplorasi personal yang cukup banyak, hingga di tahun ketiga perkuliahan, aku mengambil kelas sexuality and education. Dosen pengampu di kelas tersebut menjabarkan perbedaan data dari negara dengan pendidikan seksual yang sudah tertata, umumnya negara-negara barat, dibandingkan dengan negara-negara timur seperti Jepang, Indonesia, atau kawasan Timur Tengah.

Faktanya angka kasus HIV/AIDS, aborsi pada remaja, pernikahan anak, dan kasus-kasus serupa di negara-negara timur jauh lebih tinggi. Aku rasa, sebagai orang yang paham dan sadar dan memiliki kesempatan untuk belajar lebih dalam mengenai topik ini harus mengambil tanggung jawab untuk bisa memberikan pendidikan seksual yang lebih layak dan efektif. Aku selalu berpegang pada prinsip untuk menjadi orang dewasa yang kita butuhkan semasa kita kecil, to be the person that you needed when you were younger.

Bagiku, ketika aku masih duduk di bangku SMP atau SMA aku merasa butuh sosok orang dewasa yang bisa diajak ngobrol dengan lebih terbuka mengenai topik-topik yang selama ini dianggap tabu. Jadi, tujuanku untuk mendalami pendidikan seksuall adalah agar topik ini dapat dinormalisir pembahasannya di negara kita. Di dalam undang-undang, dikatakan bahwa setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan, termasuk di dalamnya pendidikan mengenai reproduksi. Tapi apakah realitanya sudah berjalan? Aku yakin harusnya ini bisa direalisasikan dan tidak hanya berupa tulisan saja. 

Hal lain yang menarik menurutku adalah dalam agama, kebetulan aku adalah seorang muslim, pendidikan seksual bukanlah sesuatu yang tabu. Kalau kita baca di Al-Qur’an banyak penjelasan mengenai topik seksualitas, contohnya mengenai bagaimana proses terciptanya bayi yang berawal dari seonggok daging.

Maka, sebenarnya pembahasan mengenai pendidikan seksual harusnya tidak bertentangan dengan agama. Justru, mempelajari pendidikan seksual yang sesuai dengan ideologi kita, dalam caraku yaitu dengan perspektif Islam, ini adalah caraku untuk menghidupi agama yang aku yakini.

Anggapan bahwa topik seputar edukasi seksual adalah tabu sebenarnya kemungkinan besar diakibatkan dari banyaknya asimilasi antara agama dan budaya. Kalau kita mengatakan bahwa rasa canggung untuk membahas ini hanya karena agama mayoritas di Indonesia saja, nyatanya negara-negara seperti Jepang atau Korea juga masih belum terlalu terbuka akan topik ini. Jadi, menurutku ini adalah sebuah tantangan bagi kita khususnya diriku sendiri untuk dapat mengklarifikasi bahwa hal ini tidak hanya datang karena agama tetapi juga budaya.

Citra tabu pada pendidikan seksual juga bisa ditepis dengan memberikan sumber-sumber referensi yang jelas. Aku sendiri juga sedang mengembangkan Tau Lebih, sebuah platform pendidikan seksual berbasis Islam yang aku buat pada November 2021. Banyak cerita akan kesalahpahaman seputar pendidikan seksual yang aku dengar, salah satunya mengenai topik menstruasi. Banyak teman-teman yang bercerita bahwa saat mereka mengalami haid pada hari-hari awal lalu mengalami kram perut, mereka terpaksa meminta tolong adik atau kakak laki-laki mereka untuk membeli pembalut dan justru dimarahi oleh ayahnya karena anggapan bahwa ini harusnya bukan urusan laki-laki. Padahal, tentu saja ini adalah sebuah kesalahpahaman.

Aku paham bahwa kecanggungan atau miskonsepsi yang terjadi saat membahas pendidikan seksual bisa jadi timbul karena istilah “seksual” yang digunakan. Padahal, seksualitas itu bukan hanya mengenai hubungan seksual saja, ada delapan konsep utama terkait hal ini bahkan lebih jika kita kaitkan dengan konsep keagamaan.

Pendidikan seksual pada dasarnya juga berhubungan dengan cara melindungi diri kita sendiri dari kekerasan yang bisa terjadi di mana pun. 

Dari riset yang aku lakukan di negara Pakistan dan Bangladesh, mereka akhirnya menggunakan penyebutan life skill education, karena ini adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk kita hidup. Pada tahun 2017, Kemendikbud, Kemenkes, dan Kemenag juga bekerjasama untuk merilis modul pendidikan seksual yang disebut dengan istilah modul kesehatan reproduksi untuk siswa-siswi Sekolah Dasar. Jadi, kita memang harus bisa mencari cara untuk mengemas kurikulum ini sehingga bisa dengan mudah diterima oleh masyarakat.

Pendidikan seksual pada anak juga bisa dilakukan sedini mungkin, tentu saja dengan menyesuaikan usia mereka. Bisa dimulai dengan mengenalkan organ tubuh dan tidak menggunakan istilah-istilah yang tidak relevan saat menyebutkan alat kelamin anak. Baru nanti seiring pertambahan usia diikuti dengan penambahan detail informasi lainnya.

Pendidikan seksual itu seharusnya dimulai bukan dari sekolah tapi dari rumah karena kalau ini dirasa terlalu sensitif untuk didiskusikan di sekolah berarti harusnya orang tua mengambil tanggung jawab akan hal ini 

Aku rasa dengan kita menghilangkan stigma tabu yang ada, kita bisa mewujudkan dialog terbuka antara remaja-remaja yang sedang belajar, di mana di antara mereka juga menjadi korban dari kekerasan seksual dengan pemahaman bahwa ini adalah sesuatu yang harus kita diskusikan. Dengan demikian akan lebih banyak orang yang bisa dengan berani melaporkan kasus-kasus yang terjadi pada mereka. 

Aku rasa dengan kita menghilangkan stigma tabu yang ada, kita bisa mewujudkan dialog terbuka antara remaja-remaja yang sedang belajar, dimana di antara mereka juga menjadi korban dari kekerasan seksual dengan pemahaman bahwa ini adalah sesuatu yang harus kita diskusikan.

Menurutku ini bukan hanya tindakan preventif tapi ini juga bisa menjadi suatu bentuk dukungan yang dibutuhkan oleh orang-orang yang sedang mencari penyembuhan. Aku ingin mengajak teman-teman semua untuk lebih membuka wawasan dengan porsi yang nyaman untuk kita. Aku bisa berbicara banyak tentang pendidikan seksual karena aku punya banyak kesempatan untuk belajar topik ini. Banyak kurikulum di luar sana yang bagusnya bisa kita petik dan yang tidak sesuai dengan ideologi kita tidak perlu kita paksakan.

Related Articles

Card image
Circle
Kembali Merangkai Sebuah Keluarga

Selama aku tumbuh besar, aku tidak pernah merasa pantas untuk disayang. Mungkin karena aku tidak pernah merasakan kasih sayang hangat dari kedua orang tua saat kecil. Sejauh ingatan yang bisa aku kenang, sosok yang selalu hadir semasa aku kecil hingga remaja adalah Popo dan Kung-Kung.

By Greatmind
24 November 2023
Card image
Circle
Pernah Deep Talk Sama Orang Tua?

Coba ingat-ingat lagi kapan terakhir kali lo ngobrol bareng ibu atau bapak? Bukan, bukan hanya sekedar bertanya sudah makan atau belum lalu kemudian selesai, melainkan perbincangan yang lebih mendalam mengenai apa yang sedang lo kerjakan atau usahakan.

By Greatmind x Folkative
26 August 2023
Card image
Circle
Berdaya dan Berkontribusi

Ketertarikanku untuk berbagi mengenai pengalaman dan tips pengembangan diri sebenarnya dimulai ketika aku bekerja di salah satu perusahaan konsultan keuangan di Jakarta. Saat itu, banyak yang bertanya melalui media sosial mengenai kiat untuk bisa bekarir di perusahaan tersebut. Lalu setelahnya, aku juga mulai berbagi mengenai topik pengembangan diri dan karir.

By Lavina Sabila
20 May 2023