Bunga, tidak hanya indah dipandang mata dan menghangatkan hati yang beku. Bunga juga bisa menjadi jembatan untuk membuka ruang dialog bagi siapapun pemberi dan penerimanya.
Bunga bagi saya seperti pancaran kebahagiaan di alam atau sering saya istilahkan sebagai "a soul blossoming in nature". Secara pribadi sebenarnya jarang juga menerima bunga sehingga saya begitu menghargai setiap tangkainya. Pengalaman pertama menerima bunga mungkin saat wisuda sarjana, perasaannya bahagia dan bersyukur. Bukan karena jumlah bunganya, tapi bagaimana orang-orang di sekeliling ternyata peduli dan menunjukkannya dukungannya dalam bentuk bunga tersebut.
Namun pernahkah terlintas di benak, bagaimana nasib bunga-bunga dekorasi atau bunga-bunga papan ucapan setelah acara selesai? Pernahkah terpikir bahwa bunga-bunga 'bekas' tersebut bisa dibagikan kembali pada orang lain seusai digunakan?
Sebelum tercetus Daur Bunga, awal gerakan pemanfaatan bunga bermula dari ide spontan mengumpulkan bunga-bunga dari resepsi kerabat terdekat yang kemudian digunakan untuk dekorasi salah satu acara perpisahan teman dekat yang saat itu akan melanjutkan pendidikan S2 di luar negeri.
Tidak dinyana ada respons positif hingga akhirnya komunitas Daur Bunga terbentuk. Tempat pertama yang tercetus adalah panti jompo, mengingat pengalaman pribadi saat kunjungan ke Panti Jompo, mereka begitu mendambakan kedatangan tamu untuk saling bertukar cerita. Dari panti jompo kemudian ke panti asuhan, panti perlindungan anak dan wanita, para penjaja kaki lima, dan masih banyak lagi. Jika ingin diambil benang merahnya, intinya adalah mereka yang dianggap kaum marginal.
Kaum marginal di sini tidak melulu dilihat dari aspek finansial namun pula dari segi sosial politik - misalkan anak-anak korban kekerasan, para lansia, anak-anak penderita penyakit serius, anak-anak jalanan, wanita eks-prostitusi, dan juga buruh. Karena alasan itulah kami jadi tidak pernah mendefinisikan apakah salah satu kaum sering atau jarang menerima bunga.
Bunga memiliki sebuah potensi untuk menjadi sebuah jembatan untuk mulai membuka ruang komunikasi sehingga kami bisa menunjukkan perhatian yang nyata. Pemberian bunga bukan menjadi fokus, karena bunga adalah media yang kemudian membantu untuk dapat saling bertukar sapa, cerita, dan semangat bagi orang-orang di sekeliling kami sembari turut serta melakukan upaya daur ulang dalam hal ini mendaur ulang bunga-bunga sisa dekorasi.
Bunga adalah media yang membantu untuk dapat saling bertukar sapa, cerita, dan semangat.
Itulah mengapa Daur Bunga juga tidak melulu membagikan bunga kepada yang marginal saja karena kemudian juga beberapa kali terlibat di acara demonstrasi buruh, di acara car free day, dan berbagai acara sosial lainnya.
Bunga yang biasa dibagikan hanya memiliki satu syarat yakni bunga-bunga yang kondisinya masih layak untuk diberikan. Semua bunga diterima tapi kemudian disortir dengan cara memotong tangkai yang panjang dan berduri, memilih kelopak bunga yang masih segar, serta membungkus atau menaruh bunga dalam botol kaca agar tetap segar. Dengan demikian bunga itu layak diberikan pada orang lain.
Bersyukur ada juga antusiasme datang baik dari para relawan yang ingin membantu di setiap acara Daur Bunga, para donatur baik itu dari calon pengantin ataupun dari para penyelenggara acara. Para pelaku usaha dekorasi juga antusias dan seringkali menyatakan bahwa mereka memiliki keprihatinan yang sama dengan bunga-bunga sisa dekorasi sehingga mereka begitu mendukung dan ingin berkolaborasi.