Terkadang kita bisa merasa kebingungan untuk memutuskan apakah hubungan asmara yang sedang dijalani harus diteruskan atau tidak. Hal termudah yang bisa dipertimbangkan adalah kenyamanan dalam hubungan itu sendiri. Apakah kita merasa ada yang salah dengan hubungan tersebut? Lalu coba pikirkan kembali prinsip-prinsip hidup apa yang sudah berbeda dan apakah si dia mendukung prinsip tersebut atau tidak. Ada pula satu tanda yang pasti untuk mengetahui bahwa hubungan yang sedang dijalani mulai tidak sesuai adalah perasaan terjebak dalam hubungan tersebut.
Tanda-tanda ini memang tidak semerta-merta bisa dijadikan alasan untuk langsung mengakhiri hubungan. Kita harus mencoba untuk berkomunikasi dulu dengan pasangan demi menemukan jalan keluar. Kemudian, cobalah untuk merefleksikan kembali apa yang terjadi di dalam hubungan. Misalnya, apakah ada unsur insecurity di dalamnya? Sebab insecurity bisa menuntun kepada hubungan toksik jika tidak dibicarakan. Insecurity dapat terlihat dalam bentuk perilaku cemburu hingga posesif. Apalagi misalnya sudah ada perilaku kekerasan (entah verbal, mental, terutama fisik), kita harus benar-benar mempertanyakan diri apakah harus meneruskan hubungan atau tidak. Selain itu, kita juga harus menyadari dan jujur pada diri sendiri apakah masih memiliki ketertarikan dengannya. Kalau sudah kehilangan ketertarikan, tidak lagi merasakan cinta dan kenyamanan, rasanya hubungan yang sudah dibicarakan dan diupayakan akan sulit dilanjutkan.
Kalau sudah kehilangan ketertarikan, tidak lagi merasakan cinta dan kenyamanan, rasanya hubungan yang sudah dibicarakan dan diupayakan akan sulit dilanjutkan.
Memang, memutuskan hubungan bukanlah sesuatu yang mudah. Begitu banyak perasaan tercampur menjadi satu. Nyatanya, tidak ada putus hubungan yang “baik-baik saja”. Dealing with break up is hard. Oleh sebab itu, kita harus benar-benar memikirkan apakah kita mau mengakhiri hubungan tersebut karena permasalahan yang terjadi di dalam hubungan, perilaku dari pasangan yang sudah tidak bisa diterima, atau sekadar emosi saja. Kita harus menyadari bahwa saat emosi yang mengambil alih pikiran adalah ego. Ia bisa membuat kita memutuskan sesuatu yang tidak dipikirkan matang-matang.
Memutuskan hubungan bukanlah sesuatu yang mudah. Begitu banyak perasaan tercampur menjadi satu.
Sebaliknya, jika keputusan untuk mengakhiri sudah bulat, kini saatnya melancarkan komunikasi yang penting. Gunakan kata akuan “saya” dalam mengekspresikan perasaan apalagi kalau masalahnya sangat personal. Mulailah dengan kata, “Saya merasa…” kemudian utarakan apa yang kamu inginkan dan yang terbaik untuk kalian berdua adalah untuk berpisah. Sebenarnya dengan begini, bukan berarti kita mementingkan dan menjaga perasaan dia. Tapi kita sedang memikirkan perasaan sendiri karena yang keluar dari pernyataan tersebut adalah perasaan kita. Reaksi atau perasaan mereka bukanlah tanggung jawab kita. Kita hanya bertanggung jawab dengan perasaan sendiri, apa yang kita inginkan dalam hubungan. Jadi, jangan merasa tidak enak untuk mengutarakan perasaan sendiri sebab kita harus menyelamatkan diri sendiri.
Berkata begini, bukan berarti kita juga tidak punya etika dalam mengakhiri hubungan. Baiknya, menurut saya, ketika hendak mengakhiri hubungan lakukanlah secara tatap muka. Bagaimana pun juga, kita memulai hubungan berdua dengan pasangan. Dalam menjalaninya pasti tidak hanya salah satu pihak saja yang melakukan kesalahan. Keduanya terlibat dalam perjalanannya hingga tidak lagi bisa diteruskan. Oleh sebab itu, butuh kedewasaan diri untuk mengakhirinya dan tatap muka adalah cara terbaik. Tentunya harus diikuti dengan komunikasi yang baik untuk menghindari terjadinya “drama” yang tidak diinginkan. Tapi, kita juga harus menyadari kelemahan diri masing-masing. Ada orang yang sulit memutuskan secara tatap muka karena tahu ia mungkin akan lemah saat bertemu langsung dan mengurungkan niat untuk mengakhiri. Cara terbaik kedua bisa lewat telepon atau teks, tapi tidak lewat media sosial. Apalagi hanya hilang begitu saja tanpa penjelasan.
Bagaimana pun juga, kita memulai hubungan berdua dengan pasangan. Dalam menjalaninya pasti tidak hanya salah satu pihak saja yang melakukan kesalahan.
Mengapa putus secara baik-baik diperlukan? Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Bisa saja dia ternyata menjadi bagian dari pekerjaan kita, atau ternyata kerabatnya menikah dengan kerabat kita dan membuat kita jadi satu keluarga. Pasti akan sangat tidak nyaman ketika kita harus terlibat dengan seseorang di masa lalu dengan histori yang kurang menyenangkan.