Setiap rasa dan fase dalam hidup tidaklah bisa dilompati begitu saja. Kita tidak bisa mencari jalan pintas untuk melewati pengalaman menyedihkan. Jika merasa sedih, sangatlah manusiawi jika kita merasakannya, tidak menyangkalnya. Inilah yang aku terapkan pada diriku dan orang lain. Ketika seseorang sedang mengalami kehilangan, aku tidak akan berusaha bilang, “Yang kuat, ya” atau “Kamu bisa, ayo semangat!”. Setiap kehilangan pasti butuh waktu hingga akhirnya bisa sampai pada titik untuk merelakan. Beratus-ratus orang yang menyemangati sekalipun, tidak akan bisa mengubah perasaan kehilangan tersebut.
Ketika aku sedang berduka, aku memilih untuk diam sendiri di kamar dan menangis hingga akhirnya tidak lagi ingin menangis. Aku tidak mau melakukan hal lain yang membuatku hanya melupakan sesaat masalah yang ada. Dengan begitu, aku tidak perlu berusaha baik-baik saja ketika tidak baik-baik saja. Aku kurang setuju dengan kalimat: kita harus selalu positif, harus bisa senang terus. Semua emosi yang ada penting untuk dirasakan agar hidup kita lebih seimbang. Jadi aku tidak lagi pernah melabeli perasaan senang itu positif dan menangis itu negatif. Aku perlu keduanya dalam menjalani kehidupan sebagai manusia seutuhnya.
Semua emosi yang ada penting untuk dirasakan agar hidup kita lebih seimbang.
Begitu pula ketika aku mengalami gagal nikah beberapa tahun lalu. Kurang lebih sebulan sebelum aku dan pasangan menikah, setelah berhubungan selama 4 tahun, aku memutuskan untuk berpisah. Suatu saat, handphone-ku tertinggal di rumah. Kemudian aku meminjam handphone dia untuk menghubungi asisten rumah tangga. Ternyata ketika membuka aplikasi pesan, aku menemukan beberapa pesan yang dia kirim untuk perempuan dengan kata-kata amat manis selayaknya sedang menggoda.
Sebenarnya, aku bukanlah tipe perempuan yang suka cemburu saat pacar memuji perempuan lain. Tapi yang aku tahu, mantan pacarku itu bukanlah seseorang yang memuji perempuan lain di depanku. Bahkan artis perempuan sekalipun. Aku pun terkejut saat membaca pesan yang dia tujukan untuk perempuan lain bernada memuji. Aku memikirkan apakah selama empat tahun berhubungan dengan dia, aku tidak benar-benar kenal. Kemudian mempertanyakan apalagi yang akan aku temukan nanti setelah menikah. Di momen membaca pesan tersebut, aku merasa takut dan terkejut dengan sisi dirinya yang belum aku kenal. Namun, aku tidak mengutarakannya dan menyimpannya selama kurang lebih satu bulan. Aku mencoba untuk menenangkan diri dan berpikir positif.
Tapi ternyata, perasaan gundah tersebut membuatku tidak lagi merasakan sayang yang sama padanya. Hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk berkata jujur. Dia menjelaskan bahwa perempuan itu hanya teman. Sayangnya, yang aku pedulikan bukanlah tentang dia selingkuh atau tidak melainkan sisi lain dirinya yang 180 derajat berbeda dengan yang aku kenal selama ini. Aku pun mengakhiri hubungan dengannya dan mengalami patah hati serta duka yang luar biasa. Selang beberapa waktu kemudian, aku sempat menyesali keputusan karena tergesa-gesa memutuskan dia. Namun kalau dipikir sekarang, aku tidak menyesali seluruh kejadian. Keputusanku untuk mengakhiri hubungan juga ternyata tepat. Sekalipun ada kesempatan untuk mengulang waktu, aku tidak ingin mengubah apapun. Aku bersyukur pernah mengalami kejadian menyedihkan itu dan melewatinya. Pengalaman tersebut adalah bagian dari hidup dan membuatku menjadi seorang Cantika Abigail yang sekarang.
Sekalipun ada kesempatan untuk mengulang waktu, aku tidak ingin mengubah apapun. Aku bersyukur pernah mengalami kejadian menyedihkan itu dan melewatinya.
Setelah kejadian tersebut, konsep hubungan untukku juga banyak berubah. Menurutku, cinta itu lebih dari sekadar perasaan. Cinta adalah kata kerja. Dan ini berlaku untuk segala jenis hubungan. Termasuk hubungan dengan keluarga atau teman. Hubungan dan cinta butuh “dikerjakan”. Dalam hubungan, pasti ada rasa bosan atau tidak lagi secinta sebelumnya. Oleh sebab itu, cinta adalah kata kerja. Mencintai berarti mau sama-sama bekerja sama untuk memperbaiki hubungan. Hubungan haruslah dikerjakan 24 jam dan butuh kesadaran kedua belah pihak bahwa hubungan butuh dikerjakan. Banyak orang yang baru merasa tidak nyaman sedikit langsung minta ruang untuk sendiri.
Cinta itu lebih dari sekadar perasaan. Cinta adalah kata kerja.
Memang terkadang ruang itu dibutuhkan, tapi di beberapa kasus kalau sampai dua-duanya tidak mau menyelesaikan masalah dengan duduk bersama, hubungan tidak akan berjalan dengan baik. Terkadang kalau dalam hubungan belum bisa beradu argumen dan hanya mau merasa nyaman serta senang-senang saja, berarti hubungan mereka belumlah dekat. Adalah lumrah untuk mendapati dan melewati berbagai ujian terlebih dahulu untuk meningkatkan kualitas hubungan. Dengan begitu, barulah komitmen yang kita bubuhkan atas cinta dan hubungan tersebut bisa terbukti. Selain itu, dalam hubungan sangatlah penting untuk menjadi sisi terbaik dari diri kita. Aku kurang setuju dengan kalimat "terima aku apa adanya". Memang kalau di awal, kita harus bisa menerima pasangan apa adanya. Tapi jika keduanya ingin sama-sama berkembang, keduanya tidak bisa berdiam dan tidak melakukan perubahan demi perbaikan diri.