Sebagian orang seringkali mengaitkan spiritual dengan agama. Memang agama kaitannya cukup erat dengan spiritual. Hanya saja sebenarnya pemahaman spiritual sendiri lebih banyak mengacu pada hubungan dengan diri sendiri di mana sisi kognitif (pikiran), emosi, dan perilaku dapat bersatu untuk terhubung satu sama lain. Jadi seseorang dengan sisi spiritual yang tinggi tidak hanya sekadar menjalankan ritual agama secara disiplin saja melainkan memaknai betul ritual yang dilakukan itu. Tidak hanya sekadar shalat lima waktu tapi memahami mengapa harus shalat. Jadi dari pemahaman yang dimiliki seseorang atas apa yang dilakukan itu meningkat energi baru dalam diri yang membuatnya sadar untuk mengenali diri dengan baik. Tentu saja dengan tingkat spiritualitas yang tinggi berarti kita bisa lebih mengerti apa yang baik atau tidak, apa yang dibutuhkan atau tidak dalam hidup. Tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri, spiritualitas juga penting untuk membina hubungan dengan pasangan. Dengan memiliki visi yang sama tentang spiritualitas kita dan pasangan bisa menciptakan keterikatan dan koneksi yang lebih dalam. Bukan sekadar memahami pemikiran, emosi dan perilakunya saja tapi juga mendalami jiwanya.
Dengan memiliki visi yang sama tentang spiritualitas kita dan pasangan bisa menciptakan keterikatan dan koneksi yang lebih dalam. Bukan sekadar memahami pemikiran, emosi dan perilakunya saja tapi juga mendalami jiwanya.
Pada dasarnya semua orang berbeda-beda. Kakak beradik atau bahkan kembaran yang tinggal di satu rumah yang sama saja bisa memiliki perilaku dan karakter yang berbeda. Apalagi kita dengan pasangan yang memiliki latar belakang berbeda. Sehingga ketika harus bersama-sama membangun hubungan dibutuhkan koneksi yang kuat agar bisa menyelesaikan beragam perbedaan itu. Inilah peran spiritualitas dalam hubungan. Dalam hidup kita memiliki beberapa lapisan sosial yang menentukan koneksi terhadap orang lain. Lapisan terluar adalah masyarakat, semakin dalam lapisannya semakin dekat kita dengan mereka. Pasangan bisa dipertimbangkan sebagai lapisan terdalam setelah kita dan diri sendiri. Jika kita memikirkan konsep hubungan jangka panjang, dialah yang akan menghabiskan waktu banyak dengan kita. Oleh karena itu seperti selayaknya koneksi internet dan gadget, kita harus bisa berupaya untuk terus terhubung dengannya agar dapat mencapai hubungan yang baik.
Menariknya, agar kita dan pasangan dapat terhubung secara spiritual dibutuhkan konflik yang nantinya bisa menjadi pembelajaran menghindari konflik. Ketika kita berada dalam konflik sesungguhnya kita sedang dalam proses mengenal pasangan. Kita belajar memahami pemikiran, emosi, perilaku dan spiritualitasnya. Seolah hari demi hari kita latihan untuk lebih mengenal lagi, menghindari kesalahan yang sama dan akhirnya menemukan cara-cara khusus untuk menangani konflik bersama. Misalnya sepasang suami istri yang baru menikah satu tahun. Di tahun pertama mereka bertengkar masih dengan teriak-teriak. Lalu di tahun kelima karena semakin terlatih, mereka sudah bisa menyelesaikan konflik dengan duduk bersama, ngobrol dari hati ke hati dengan intonasi suara lebih stabil. Tahun-tahun berikutnya mereka sudah memahami apa bahasa cinta yang dipergunakan agar dapat menghindari konflik. Sudah familiar dengan cara-cara komunikasi yang pas, menggunakan afirmasi positif yang ditentukan bersama, dan sebagainya. Sehingga nantinya ketika ada konflik, tidak lagi terasa sebesar sebelumnya sebab keduanya melatih untuk terus menciptakan koneksi yang dalam satu dan lainnya. Terkadang bahkan secara tidak sadar kita bisa seolah membaca pikirannya karena memiliki koneksi yang kuat tadi.
Ketika kita berada dalam konflik sesungguhnya kita sedang dalam proses mengenal pasangan. Kita belajar memahami pemikiran, emosi, perilaku dan spiritualitasnya.
Peran komunikasi pun menjadi amat penting di dalam proses penciptaan ikatan spiritual. Percuma jika sudah melewati banyak konflik tapi pola komunikasi tidak betul-betul diperhatikan. Dibutuhkan tidak hanya komunikasi dua arah tapi juga komunikasi yang terbuka dan mendalam satu sama lain. Setiap ada konflik cobalah untuk saling terbuka atas apa yang dirasakan. Sebaliknya, kita juga harus mau tahu dan mendengarkan apa yang pasangan rasakan. Tidak terbatas dengan adanya konflik, dalam keseharian pun kita harus berupaya untuk terbuka dengan pasangan dan mau tahu apa yang menjadi bagian hidupnya. Tidak perlu sampai harus menyukai hobi atau minatnya meski tidak sesuai dengan diri sendiri. Cukup tunjukkan kepedulian kita terhadap apa yang dia sukai. Tentu saja caranya dengan berkomunikasi. Misalnya pasangan suka bermain musik sedangkan kita tidak bisa dan bahkan tidak terlalu berminat pada musik. Bukan berarti kemudian kita tidak perlu melakukan apa-apa. Kita bisa sekadar mendengarkan dengan antusias tentang minatnya itu. Menanyakan seputar musik mesti tidak paham. Atau cukup ada di sana menemaninya bermain musik. Dengan begitu ia bisa merasakan kehadiran kita dan inilah salah satu cara yang bisa meningkatkan ikatan spiritual dengannya.
Bicarakan tentang definisi spiritual dari pertama berhubungan. Setiap orang punya cara yang berbeda-beda mengartikannya karena pengalaman spiritual yang dimiliki berbeda-beda. Dengan membicarakannya kita jadi tahu seberapa jauh tingkat spiritual diri kita dan dirinya. Kalau misalnya kita orang yang skeptis sedangkan pasangan adalah orang yang sisi spiritualnya tinggi, berarti jika mau meningkatkan koneksi dengannya kita perlu berupaya untuk mengurangi sisi skeptis diri. Caranya adalah dengan mengurangi sikap rasionalisasi yang dapat menjauhkan kita dari spiritualitas. Misalnya dengan berpikir bahwa spiritualitas tidak penting atau tidak peduli untuk membangun koneksi karena kesibukan diri. Definisi spiritual ini juga bukan berarti kita harus punya agama yang sama dengan pasangan. Tapi soal keyakinan diri bahwa ada sesuatu yang besar di luar diri kita. Keyakinan seperti inilah yang bisa menentukan seperti apa spiritualitas kita. Apabila kita bisa mencapai ikatan spiritual dengan koneksi mendalam dengannya, perselingkuhan yang menjadi salah satu permasalahan terbesar dalam hubungan bisa terhindari. Sebab memiliki spiritual relationship berarti kita membiarkan benak kita seolah menyatu dengannya. Seolah kita akan menyakiti diri kita sendiri kalau kita menyakitinya. Inilah yang akan membuat kita bisa jauh lebih menghargainya seperti selayaknya menghargai diri sendiri.
Apabila kita bisa mencapai ikatan spiritual dengan koneksi mendalam dengannya, perselingkuhan yang menjadi salah satu permasalahan terbesar dalam hubungan bisa terhindari. Sebab memiliki spiritual relationship berarti kita membiarkan benak kita seolah menyatu dengannya.