Betapa indahnya masa awal menjalin hubungan dengan pasangan. Ke depan, bayangan yang ada adalah hal-hal yang ideal. Candlelight dinner sepekan sekali misalnya, itu adalah mimpi yang indah bukan? Tapi apakah itu benar bisa dijalankan sesuai mimpi? Nah, jika memang tujuan romantis itu dibuat untuk membuat pernikahan tetap membara maka bisa diubah dengan cara lain yang lebih sederhana tetapi tetap harus menyertakan hati sehingga ada atensi. Contohnya bisa sesederhana makan bersama di rumah, menyantap es krim cokelat bersama, atau berusaha menjaga tradisi ciuman pagi dan menjelang tidur.
Ingat, dulu saat jatuh cinta pertama kali segalanya terasa mudah. Kesalahan pasangan akan mudah diterima dan dimaafkan. Hal ini karena jatuh cinta memicu hormon, pada perempuan testosteron dominan akan muncul dan lelaki maka esterogen dominan akan muncul. Tetapi seiring berjalannnya waktu, hormon itu akan kembali normal, inilah yang kemudian akan memicu banyak perubahan yang menjadi kegagalan awal sebuah hubungan. Ini bisa diawali dengan pertanyaan demikian, "Kok kamu berubah, tidak seperti dulu lagi?"
Dulu saat jatuh cinta pertama kali segalanya terasa mudah. Kesalahan pasangan akan mudah diterima dan dimaafkan.
Melewati tujuh tahun pernikahan dengan sangat baik, umumnya bisa membuat kita mengenali pasangan dengan baik. Selama masa itu kita dinilai sudah bisa memahami seperti apa kebiasaan pasangan. Hal-hal kecil yang menyebalkan, atau justru hal-hal yang baik yang dilakukan pasangan.
Waktu bersama menjaga komitmen itulah yang selalu diuji setiap saat. Pasangan kita bisa saja menjadi partner-in-crime, tetapi biar bagaimana pun, sejauh kita bisa menjaga komitmen, maka kita bisa tetap menjaga pernikahahan membara dengan cara melihat sisi bagusnya meski tetap harus bisa menerima kekurangannya. Ada seseorang yang misalnya tidak suka pasangannya tidak bisa memasak tetapi pintar mengurus anak. Nah, cobalah lihat sisi baiknya. Yang terpenting adalah untuk memiliki kesadaran yang mendalam – a very deep awareness.
Di era masa kini, menjaga pernikahan tetap dalam jalurnya memang ada seninya tersendiri. Waktu awal menikah – belum mapan dan belum mempunyai anak – biasanya konflik besar belum muncul. Tunggu setelah punya anak, keaslian sifat mulai muncul, adaptasi dengan kultur yang berbeda, agama, tradisi, sifat keluarga – itu semua jadi potensi masalah yang harus diwaspadai.
Belum lagi di era media sosial. Social cheating itu sangat mudah terjadi. Pasangan ada di sebelah kita, tetapi kita bisa saja ngobrol dengan orang lain. Awalnya memang curhat, tetapi lama-lama perasaan bisa terlibat. Cheating on the feeling itu jauh lebih berbahaya bagi pernikahan karena demikian, bagaimana bisa curhat kepada orang lain selain pasangan yang telah kita pilih untuk berkomitmen? Kita harus tahu batasannya, mana yang bisa hanya dilihat, mana yang tidak boleh dilakukan.
Mengapa seseorang melakukan cheating atau selingkuh? Pada prinsipnya, orang berselingkuh karena tidak mempunyai komitmen pada diri sendiri. Mengapa demikian? Tentu saja hal itu bisa terjadi karena bahkan kadang kita tidak tahu apa yang diinginkan oleh diri kita sendiri.
Pada prinsipnya, orang berselingkuh karena tidak mempunyai komitmen pada diri sendiri.
Ini adalah hal awal yang seharusnya ditanyakan pada diri kita sedari awal saat ingin membangun komitmen dengan orang lain sehingga ke depan jika terjadi suatu hal yang kurang berkenan tidak cenderung menyalahkan pasangan.
Sudah saatnya kita mengambil tanggung jawab pada diri sendiri. Awalnya memang sulit, tapi kita bisa memulainya dengan cara melakukan tiga komitmen mudah setiap hari, hal-hal yang positif, yaitu: tidak marah, tidak menghakimi, dan tidak memperkarakan hal-hal yang kecil.
Demikian kita juga membahas tentang pernikahan yang baik. Pernikahan yang baik adalah pernikahan yang jujur di mana tidak ada kepura-puraan di antara pasangan. Orang dengan banyak kesamaan belum tentu cocok. Bisa jadi teman terbaik merupakan pasangan yang tepat. Itulah mengapa ada soulmate – teman jiwa, bukan teman fisik.
Pernikahan yang baik adalah pernikahan yang jujur di mana tidak ada kepura-puraan di antara pasangan.