Circle Art & Culture

Mengasah Kreativitas Dengan Bermain

Dulu waktu Rinjani, anak pertama kami masih kecil, kami punya kegiatan rutin yang namanya #weekendproject (pakai hashtag karena kegiatan ini selalu kami dokumentasikan di blog). Sesuai namanya, kegiatan ini dilakukan setiap akhir pekan di mana kami sekeluarga membuat proyek-proyek DIY sederhana. Mulai dari membuat ketapel, kostum-kostum lucu dari kardus, tas kardus, dan lain-lain. Seiring dengan bertambahnya usia, kegiatan Rinjani semakin banyak. Mulai dari les piano, renang, sampai menari. Rutinitas #weekendproject jadi mulai tidak rutin tiap akhir pekan lagi. Apalagi sejak adiknya Rinjani lahir. Tapi walaupun sudah tidak rutin, setiap ada waktu kami selalu menyempatkan bikin prakarya bersama, atau setidaknya menggambar. Menurut kami kegiatan kreatif bersama keluarga ini sangatlah penting karena banyak hal positif yang didapatkan. Yang pasti karena melibatkan semua anggota keluarga, kegiatan ini jadi waktu berkualitas bersama, bisa semakin mendekatkan dan mempererat kebersamaan dan membiasakan bekerja sama dalam tim. Selain itu, dalam setiap kegiatan kreatif kami selalu mengasah kemampuan dasar dan matematika atau sains sederhana. Misalnya sesimpel cara menggunting, melipat kertas, mengukur dengan penggaris, memahami tentang bangun dan ruang. 

Kegiatan kreatif bersama keluarga sangatlah penting karena banyak hal positif yang didapatkan.

Membiasakan anak berkegiatan kreatif baik di dalam maupun di luar rumah itu lebih dari sekedar masalah stimulasi kreativitas itu sendiri. Selain menstimulasi kreativitas atau sense yang bagus, anak-anak juga belajar bekerja dalam tim, menghargai orang lain, menahan untuk tidak bossy (Rinjani banget!), bekerja sesuai instruksi, melatih fokus dan konsentrasi, sains sederhana dan kemampuan dasar lainnya. Semua ini untuk mengajarkan dia tidak hanya memiliki kemampuan dan selerai yang baik tetapi juga sifat kepemimipinan dan etika kerja yang baik. Berdasarkan pengalaman pribadi di dunia kerja sekarang, banyak fresh graduate yang memiliki kemampuan dan selera baik tapi tidak bisa diajak kerjasama dan tidak memiliki etika kerja yang baik.

Karena memang kami bekerja di bidang kreatif, di rumah terdapat ruang kerja yang memang didedikasikan untuk pekerjaan kreatif. Bisa dibayangkan, rumah kami dipenuhi berbagai jenis peralatan menggambar, stok kertas yang selalu ada, tumpukan buku sketsa, berbagai jenis lem, gunting, dan material-material lain. Kami juga terbiasa menyimpan benda-benda yang mungkin buat orang lain dikategorikan sebagai sampah. Selain itu, di dalam rumah juga banyak sekali tanaman, buku-buku, dan tentunya komputer dan iPad. Kami tidak pernah memaksa atau mendoktrin anak-anak untuk mengikuti ‘jejak’ orangtuanya untuk suka menggambar, atau jadi pekerja seni, mencintai tanaman, atau apapun, tapi kami percaya semua yang ada di dalam rumah adalah benda-benda yang bisa mereka jelajahi dengan cara dan pandangan mereka sendiri.

Membiasakan anak berkegiatan kreatif baik di dalam maupun di luar rumah itu lebih dari sekedar masalah stimulasi kreativitas

Kami termasuk orangtua yang jarang sekali membeli mainan buat anak, karena kami percaya, anak-anak itu punya naluri bermain yang sangat sangat besar. Di mata mereka, apapun bisa jadi mainan. Makanya, dengan naluri bermain yang besar itu, segala hal yang ada di rumah, gunting, cat, kertas, spidol, karton di mana-mana, bisa disulap jadi satu toko mainan. Sampai sekarang saya masih suka takjub dengan ide-ide Rinjani yang tidak ada habisnya. Selain fasilitas berkesenian, sama seperti anak-anak jaman sekarang, Rinjani kami bekali dengan iPad. Tapi mungkin agak berbeda dengan anak-anak lain, Rinjani kami biasakan untuk menganggap gadget (iPad, ponsel, laptop) itu hanyalah peralatan untuk membantu kami dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada pengajaran untuk menganggap gadget sebagai sesuatu yang sangat menyenangkan sehingga bisa menjadi hadiah jika dia berbuat baik. Tidak ada screen time, jadi tidak ada extra screen time sebagai reward apapun. iPad itu dipakai kalau memang perlu, dan itu saja. Perlu buat apa? Buat belajar, buat mencari tau berbagai informasi, buat mencari tutorial di Youtube, buat mencari resep makanan, mencari ide sarapan buat akhir pekan ini, dan tentunya buat hiburan main game atau nonton film. Dengan segala ‘fasilitas’ itu (Rinjani sudah punya iPad sendiri sejak umur dua tahun), terbukti dia tidak pernah kecanduan iPad. Tidak pernah tantrum ketika iPadnya disita. Penggunaannya sesuai dengan apa yang selalu kami tekankan bahwa benda itu ada hanya untuk memudahkan kegiatan. Dan terbukti juga Rinjani masih suka menyimpan bekas kotak susu atau botol air mineral. “Jangan dibuang, nanti aku mau bikin-bikin!” katanya. Wadah untuk koleksi anting dan ikat rambutnya saja dibuatnya sendiri pakai bekas dus sepatu.

Anak-anak itu punya naluri bermain yang sangat sangat besar. Di mata mereka, apapun bisa jadi mainan.

Rumah kami juga sebisa mungkin dirancang untuk membuat anggota keluarga nyaman berada di dalamnya. Buat saya, suasana nyaman tercipta ketika kita dikelilingi oleh segala hal yang kita inginkan dan kita butuhkan. Buat anak-anak, itu berarti keberadaan orangtuanya, mainan-mainan dan hasil karyanya, buku-buku yang dia suka, berbagai material untuk ‘bebikinan’, dan tentunya koneksi internet. Buat kami orangtua juga sama, selain benda-benda kesayangan, keberadaan anak-anak di rumah juga jadi kunci kenyamanan. Makanya, hal-hal itu selalu kami usahakan untuk selalu tersedia di rumah, termasuk keberadaan semua anggota keluarga di rumah. Saya dan istri termasuk beruntung punya pekerjaan yang fleksibel dan memungkinkan kami untuk punya banyak waktu di rumah dan berkegiatan bersama-sama anak-anak. Tapi sebenarnya terlalu banyak waktu buat anak juga bisa jadi bumerang, karena kadang anak juga risih kalau terlalu diawasi. Keseringan sama-sama kadang malah bikin tidak nyaman juga.

Suasana nyaman tercipta ketika kita dikelilingi oleh segala hal yang kita inginkan dan kita butuhkan.

Kenyamanan di rumah itu penting untuk mencegah anak-anak mencari kenyamanan lain di luar rumah. Kalau mereka sudah mendapatkan semua yang mereka mau di rumah, mereka bakalan merasa tidak perlu lagi mencari apapun di luar. Kalau orangtuanya sudah bisa diajak jadi teman ngobrol yang seru, buat apa pergi-pergi sama teman ke luar? Tapi di sisi lain, kami juga selalu membiasakan Rinjani untuk tidak menggantungkan kebahagiaan pada orang atau benda lain. Kebahagiaan atau kenyamanan harus bisa diciptakan di mana saja dan dalam situasi apa aja. Makanya Rinjani dibiasain rajin baca buku, bermain musik, dan berbagai macam hobi biar dia punya bekal untuk menciptakan kenyamanannya sendiri dalam kondisi apapun. Saya selalu menekankan bahwa Rinjani bisa menjadi apapun yang dia mau. Kadang Rinjani masih terjebak dalam format cita-cita anak kecil zaman dulu; jadi astronot, jadi dokter, jadi insinyur, dan lain-lain. Mungkin karena pengaruh dari sekolahnya. Tapi saya selalu ingatkan, kenapa tidak jadi astronot sekaligus dokter, sekaligus insinyur saja sekalian? Kenapa berhenti di satu cita-cita saja?

Kalau kita bisa jadi apa saja yang kita mau, artinya kita juga bisa mulai mencoba sebanyak-banyaknya kegiatan sejak dini. Makanya, Rinjani yang memang kebetulan banyak maunya, kami izinkan mengikuti apapun kegiatan yang dia mau. Piano, renang, tari, gymnastic, biola, basket dan banyak lagi. Pelan-pelan dari sekian banyak kegiatan, satu persatu mulai terseleksi secara natural. Ada yang dia ingin terus lanjut, ada yang kita putuskan untuk tidak diteruskan. Tapi kami sepakat walaupun pada akhirnya nanti Rinjani tidak harus bekerja sesuai pendidikan formal, tapi pendidikan formal tetap jadi prioritas utama. Selain pendidikan formal dan kegiatan ekstrakurikuler, Rinjani juga banyak kami ajak melakukan kegiatan-kegiatan proyek DIY, ikut lokakarya, jalan-jalan ke berbagai tempat, mendaki gunung, dan banyak kegiatan lainnya. Tujuannya juga sama, mencoba dan tahu sebanyak-banyaknya untuk nanti dipilih mana yang ingin ditekuni.

Kenyamanan di rumah itu penting untuk mencegah anak-anak mencari kenyamanan lain di luar rumah.

Kami juga melibatkan Rinjani dalam penulisan blog www.babybirds.net. Sesimpel agar semua anggota keluarga terbiasa menulis, dan akhirnya senang membaca. Saya percaya, kemampuan menulis dan bercerita itu adalah kemampuan wajib yang harus dipunyai anak-anak zaman sekarang. Coba kalau boleh kita cari tahu, minat baca orang Indonesia sekarang ada di peringkat berapa dunia? Saya dan istri juga sering sekali menerima surel atau pesan dari orang-orang terutama anak-anak muda yang seharusnya pintar dan berpendidikan tapi tata bahasa dan etika menulisnya sangat buruk. Saya sangat khawatir, apalagi Rinjani sebagai generasi instan, termasuk anak yang tidak suka membaca. Buat dia, membaca itu adalah kegiatan yang lambat dan membosankan. Beda dengan kegiatan visual lainnya seperti nonton film atau komik. Makanya, dari sekian banyak trik yang sudah kami lakukan agar Rinjani suka membaca, salah satunya menurut saya adalah dengan membiasakan menulis.

Related Articles

Card image
Circle
Kembali Merangkai Sebuah Keluarga

Selama aku tumbuh besar, aku tidak pernah merasa pantas untuk disayang. Mungkin karena aku tidak pernah merasakan kasih sayang hangat dari kedua orang tua saat kecil. Sejauh ingatan yang bisa aku kenang, sosok yang selalu hadir semasa aku kecil hingga remaja adalah Popo dan Kung-Kung.

By Greatmind
24 November 2023
Card image
Circle
Pernah Deep Talk Sama Orang Tua?

Coba ingat-ingat lagi kapan terakhir kali lo ngobrol bareng ibu atau bapak? Bukan, bukan hanya sekedar bertanya sudah makan atau belum lalu kemudian selesai, melainkan perbincangan yang lebih mendalam mengenai apa yang sedang lo kerjakan atau usahakan.

By Greatmind x Folkative
26 August 2023
Card image
Circle
Berdaya dan Berkontribusi

Ketertarikanku untuk berbagi mengenai pengalaman dan tips pengembangan diri sebenarnya dimulai ketika aku bekerja di salah satu perusahaan konsultan keuangan di Jakarta. Saat itu, banyak yang bertanya melalui media sosial mengenai kiat untuk bisa bekarir di perusahaan tersebut. Lalu setelahnya, aku juga mulai berbagi mengenai topik pengembangan diri dan karir.

By Lavina Sabila
20 May 2023