Momen. Suatu hal yang tak dapat diulang. Memang kita tidak bisa berharap momen itu menjadi sempurna. Tapi paling tidak kita bisa menikmatinya. Sebab waktu bisa terasa begitu cepat saat kita merasa bahagia. Bahkan di momen yang tidak berjalan sesuai harapan kita. Terkadang kita hanya perlu menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan senyuman. Tanpa disadari hanya dengan mengatur napas panjang dapat membuat kita relaks dan berpikir lebih jernih. Bahkan mengembalikan kita menjadi diri yang apa adanya. Membantu kita dapat lebih menikmati momen pada saat itu meski dalam situasi yang cukup rumit.
Terkadang kita hanya perlu menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan senyuman.
Sama halnya seperti pada pesta pernikahan. Telah menjadi fotografer untuk pernikahan membuat saya memiliki empati tersendiri pada para pasangan. Saya melihat banyak pasangan yang kurang fokus pada diri mereka sendiri. Seringkali mereka dipusingkan dengan faktor eksternal. Memastikan para tamu nyaman sampai lupa bagaimana menikmati hari besar mereka. Banyak dari mereka berharap pesta pernikahan akan menjadi sempurna. Padahal tidaklah mungkin. Pada saat acara pasti ada yang tidak sesuai dengan direncanakan, dijadwalkan. Namun itu semua wajar. Menurut saya yang menjadikan sebuah momen pernikahan sempurna adalah bagaimana mereka menikmati momen bersama orang-orang yang punya nilai sentimental terhadap mereka. Berbagi kebahagiaan mereka di hari pernikahan. Barulah suasana intim akan terasa. Dan bukankah itu yang seharusnya menjadi alasan sebuah selebrasi pernikahan?
Menjadikan sebuah momen pernikahan sempurna adalah bagaimana mereka menikmati momen bersama orang-orang yang punya nilai sentimental terhadap mereka. Berbagi kebahagiaan mereka di hari pernikahan.
Menurut saya pesta pernikahan adalah sebuah momen berkumpul bersama orang-orang yang bemakna bagi pasangan. Jadi cukup penting untuk mengetahui apa tujuan membuat selebrasi itu sendiri. Akan menjadi sangat berarti jika kita mau membuat perayaan karena kita mau. Bukan karena budaya apalagi hanya karena harus. Sejauh pengamatan saya momen pernikahan yang intim terbentuk ketika pasangan fokus pada hal-hal yang sangat personal untuk mereka. Sesimpel menentukan dekorasi acara. Tidak meniru pesta pernikahan lainnya atau mengikuti tren yang ada. Tapi mengambil inspirasi dari nostalgia. Begitu juga dengan para undangan. Jika mereka mengenal setiap tamu yang datang sebab mereka memiliki histori tersendiri dengan pasangan, saya yakin suasana yang lebih akrab akan terjalin selama perayaan. Tidak ada momen canggung tidak mengenal salah satu tamu yang entah dari mana asalnya.
Pernikahan adalah sebuah momen berkumpul bersama orang-orang yang bemakna bagi pasangan.
Sering kali dalam perayaan momen pasangan bersama para tamu atau bahkan momen para tamu saja yang saya abadikan. Mungkin terdengar sedikit asing untuk sebagian orang. Tapi menurut saya nantinya foto-foto itu akan punya arti tersendiri yang belum dirasakan saat itu. Misalnya foto-foto ayah dan ibu pasangan. Tanpa si pasangan sendiri. Jika suatu saat ayahnya meninggal, foto-foto tersebut akan jadi sangat berharga sekali. Meskipun foto tersebut tidak diambil dari segi yang berkonsep atau dengan nilai estetika tertentu. By time, those photos become memorable because it's a fragment of memory.
Pasangan juga bisa lebih menikmati momen, menciptakan kenangan yang tidak terlupa ketika kurang adanya distraksi di sekitar. Itulah mengapa saya terkadang menganjurkan untuk menerapkan unplugged wedding. Yaitu kondisi para tamu tidak mengambil foto dengan gadget mereka selama perayaan. Ini bisa mengurangi adanya distraksi sehingga mereka pun bisa menikmati jalannya perayaan yang kerap kali bersifat sakral. Saat mengangkat layar handphone, mereka tidak akan fokus pada apa yang ada di depan mata. Tapi pada layar handphone mereka. Akhirnya justru tidak fokus menyimpan memori indah yang sedang terjadi. Kemudian berkuranglah makna kehadiran mereka pada pernikahan itu sendiri.
Saya menemukan distraksi yang hadir dalam perayaan dapat membuat pasangan tidak menjadi dirinya sendiri. Mulai tidak fokus dengan perasaan dan emosi mereka. Ini yang bisa membuat kurangnya kemesraan terjalin antara dia dan pasangan pun dengan para tamu yang hadir. Terkadang ketika saya melihat pasangan sudah mulai panik, saya akan mulai mengingatkan mereka untuk bernapas. Seperti yang katakan di awal. Satu tarikan napas panjang yang dihembuskan dengan senyum sudah bisa sedikit membantu pikiran dan perasaan lebih tenang. Kembali berpikir jernih untuk fokus pada satu hal dalam situasi tertentu. Untuk sebuah hasil foto yang cantik dibutuhkan pasangan yang merasa nyaman menjadi diri mereka sendiri dalam situasi relaks. Fokus pada satu sama lain. Sehingga mereka tak lagi merasa seperti sedang berada dalam sesi foto namun sedang menikmati momen yang ada. Fotografi bukanlah soal penampilan tapi soal perasaan. When we feel good about ourselves, the picture will reflect the best version of us. Ketika bahagia, dalam foto pasti akan terpancar. Begitu pula ketika sedang dalam suasana hati yang buruk. Pasangan yang berpura-pura baik-baik saja padahal sedang bermasalah pasti akan terlihat juga lewat pandangan matanya. Keintiman itu tidak bisa dibuat-buat.