Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk hidup, sehingga kita butuh teman dalam menjalani keseharian. Tidak mungkin bisa hidup sendiri. Kita butuh mencintai dan dicintai. Akan tetapi, jika bicara tentang cinta, setiap orang pasti punya pemahamannya sendiri. Adalah hak masing-masing orang untuk mengartikan cinta sesuai pengalaman dan observasinya. Tiap individu bebas mengungkapkan perasaan cinta mereka dalam bentuk apapun. Tidak hanya karena ia masih remaja lalu dianggap belum matang membicarakan cinta.
Pernah aku menduga asumsi orang lain terhadapku yang menulis lagu-lagu bertemakan hubungan asmara. Aku mungkin masih sangat muda untuk membicarakan cinta. Aku menyadari itu. Tapi aku hanya ingin menjelaskan cinta versi yang kutahu saja. Soal pandangan orang lain akan penyampaianku, itu terserah mereka. Seperti ketika aku menulis lirik lagu “A Letter to You” yang menceritakan tentang seseorang yang sulit menyampaikan perasaan pada orang spesialnya. Aku hanya ingin menampilkan sedikit gambaran tentang diriku dalam sebuah hubungan yang kadang sulit mengutarakan perasaan secara langsung.
Bicara cinta, aku sendiri masih dalam proses memahaminya lebih dalam. Saat ini aku memahaminya sebagai sebuah komitmen di mana ketika seseorang berani mengatakan “cinta” pada orang lain, berarti ia siap berkomitmen dengan orang tersebut. Seiring berjalannya waktu pemahamanku tentang cinta mungkin saja berubah. Buktinya dari pertama kali memiliki hubunga hingga terakhir kali, aku memaknainya dengan berbeda. Cara berhubungan yang berbeda antara satu dan lainnya membuatku terus memperbarui arti cinta itu sendiri. Caraku memperlakukan perempuan, menunjukkan perhatian terus mengalami evolusi sebab setiap orang punya bahasa cintanya masing-masing.
Bicara cinta, aku sendiri masih dalam proses memahaminya lebih dalam. Saat ini aku memahaminya sebagai sebuah komitmen di mana ketika seseorang berani mengatakan “cinta” pada orang lain, berarti ia siap berkomitmen dengan orang tersebut.
Kini aku memang sedang sendiri. Namun aku masih ingin percaya pada cinta. Aku masih ingin percaya bahwa kita diciptakan untuk bertemu seseorang yang dicintai dan mencintai kita untuk selamanya. Walaupun aku juga percaya butuh jeda untuk menapaki hubungan yang baru. Butuh menjalani proses “penyembuhan” terlebih dahulu sebelum memulai kembali dengan yang lain. Tidak bisa langsung jatuh cinta setelah patah hati. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk aku memberikan waktu untuk diri sendiri dan mendekatkan diri dengan teman-teman. Waktu untuk aku banyak melakukan refleksi dan evaluasi atas apa yang pernah aku jalani sebelumnya. Menelaah kembali kesalahan apa yang kulakukan agar tidak mengulanginya di masa depan. Aku percaya mungkin ini adalah jalan terbaik untuk nanti aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi di hubungan berikutnya.
Aku masih ingin percaya bahwa kita diciptakan untuk bertemu seseorang yang dicintai dan mencintai kita untuk selamanya.
Menjalin sebuah hubungan asmara memang bisa menjadi waktu untuk aku mengenali diriku sendiri lebih dalam sehingga bisa belajar mendewasakan diri. Terlebih untuk bisa mengerti perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan cara pikir, perilaku, dan karakter tersebut mengharuskan kita terus belajar untuk menjalin hubungan yang lebih baik di hari esok. Mama dan kakak perempuanku juga punya andil besar dalam pendewasaanku. Khususnya ketika berada dalam sebuah hubungan asmara. Aku sering meminta nasehat pada kakak tentang bagaimana memperlakukan perempuan dan bagaimana bisa jadi laki-laki yang baik di dalam sebuah hubungan. Mereka tidak pernah lelah memberikanku pesan-pesan berharga. Aku selalu ingat kakakku sering menasehati agar aku bisa menghargai keputusan satu sama lain, saling mendengarkan, selalu jujur, dan yang terpenting adalah mengedepankan komunikasi dua arah.
Menjalin sebuah hubungan asmara bisa menjadi waktu untuk aku mengenali diriku sendiri lebih dalam, sehingga bisa belajar mendewasakan diri.
Tidak lupa juga, ia mengingatkanku agar tidak pernah berbuat kasar. Entah itu dari perlakuan fisik maupun perkataan. Meski sebenarnya tanpa dia memberitahu pun aku tidak mungkin melakukan, tapi aku tetap mendengarkannya baik-baik dan berterima kasih sudah mengingatkanku. Kakak dan mama sangatlah berpengaruh besar dalam segala aspek kehidupanku. Rasanya tidak mungkin aku berani menyakiti perempuan karena sama saja aku menyakiti mereka. Meskipun kenyataannya aku tidak banyak bercerita tentang hubunganku pada mereka, tapi aku sungguh mendengarkan dan menerapkan apa yang mereka katakan. Sedikit banyak aku belajar dari cara mereka berhubungan agar bisa lebih memahami perempuan dan tentunya arti cinta.