Everything happens for a reason. Semua kejadian yang telah kita alami dalam kehidupan tidak terjadi begitu saja. Semua hal terjadi karena ada sebab akibatnya meski terkadang sulit kita terima, tapi begitulah kenyataan. Ada alasan mengapa kejadian itu harus dialami. Terkadang pun butuh waktu lama untuk memahami mengapa kejadian itu harus terjadi. Tapi suatu hari kita pasti akhirnya akan memahami alasan di balik sebuah kejadian yang dialami dan ternyata memang harus terjadi untuk membawa kita pada kejadian lainnya. Seperti halnya sebuah perpisahan.
Setiap orang yang datang ke dalam hidup pasti memberikan pelajaran meski pada satu masa kita harus berpisah. Entah hal baik atau buruk, kita akan belajar dari mereka yang pernah hadir. Mungkin kita akan belajar dari perilaku atau pemikiran orang tersebut atau mungkin kita akan belajar dari kisah yang dirajut bersamanya. Perpisahan seringkali menjadi sesuatu yang sulit diterima. Ketika kita putus hubungan dengan akhir yang buruk, misalnya. Pasti sulit menerima keburukan kisah hubungan tersebut. Tapi kisah itu bisa membawa kita untuk tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama di hari depan. Di awal perpisahan kita mungkin akan diliputi kemarahan dan kekecewaan. Sungguh sangatlah wajar untuk memiliki perasaan tersebut dan memang butuh waktu untuk melepaskannya. Namun kita harus percaya bahwa pada satu titik tertentu, kita akan baik-baik saja kalau mau menyadari bahwa untuk menjadi seperti sekarang kita perlu melewati pengalaman tersebut.
Setiap orang yang datang ke dalam hidup pasti memberikan pelajaran meski pada satu masa kita harus berpisah.
Nothing lasts forever. Semua hal yang ada di dunia ini tidak akan selamanya berada dalam kondisi yang sama. Jadi perpisahan yang menyakitkan pun tidak selamanya menyakitkan namun dapat menjadi sebuah pembelajaran. Saat kehilangan seseorang, kita bisa belajar untuk menghargai apa yang dimiliki sekarang ini. Maka, jika kita belum bisa melakukan banyak hal dengan orang yang sudah pergi itu, kita bisa mengingat untuk tidak mengulanginya dengan orang-orang yang masih ada. Perpisahan tidak selalu menjadi sesuatu yang buruk. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Bisa jadi kita memerlukan perpisahan agar dapat terpisah dari hal-hal buruk. Mungkin selama ini kita bertahan dengan sesuatu yang memberatkan dan menjadi duri dalam daging sehingga perpisahan jadi perlu dilakukan.
Perpisahan yang menyakitkan pun tidak selamanya menyakitkan namun dapat menjadi sebuah pembelajaran.
Terkadang kita memang butuh waktu untuk bisa menyembuhkan segala kesedihan, kekecewaan atau kemarahan atas perpisahan. Namun waktu bukanlah jawabannya. Jika kita tidak memiliki niat dan keinginan untuk berdamai dengan perpisahan tersebut, waktu sekalipun tidak akan menyembuhkan. Ingatan tidaklah bisa diubah atau dihapus. Kita juga sebenarnya tidak perlu berupaya sedemikian rupa untuk melupakan sebab memori tak bisa hilang sepenuhnya. Yang perlu kita lakukan adalah berdamai dengan ingatan-ingatan buruk untuk bisa kembali melanjutkan hidup dan keluar dari perasaan kehilangan. Pada dasarnya kita selalu punya dua pilihan setelah kehilangan seseorang. Pertama adalah membiarkan diri terjerumus dalam kesedihan dengan terus mempertanyakan, “Mengapa ini harus terjadi?”. Atau kedua adalah belajar untuk menerima dan menjalani hari depan tanpa orang tersebut tanpa perlu melupakannya.
Menghadapi perubahan setelah kehilangan atau sebuah perpisahan tidaklah mudah. Baik dalam konteks hubungan asmara, pertemanan atau keluarga, perpisahan yang mengharuskan adanya perubahan dalam hidup pasti sulit untuk dilakukan. Akan tetapi, manusia pada dasarnya pasti akan bertemu dengan sebuah perubahan karena hidup selalu berputar, tak selalu sama. Jadi sebenarnya kita harus bisa beradaptasi. Dalam satu waktu kita pasti akan dipertemukan dengan kejadian yang memaksa untuk beradaptasi. Terutama jika kita mau berkembang. Adaptasi sangatlah diperlukan agar kita dapat lebih terbuka dengan berbagai kemungkinan, kejadian dan solusi-solusi atas berbagai masalah yang muncul.
Apabila kita mau kembali mengingat pertanyaan “everything happens for a reason” bahwa semua kejadian terjadi pasti ada alasannya, kita bisa menyadari perubahan perlu terjadi untuk mendewasakan diri. Dalam prosesnya dibutuhkan niat juga kejujuran diri untuk tidak menyangkal apapun yang sedang dirasakan. Terkadang sugesti untuk menjadi pribadi yang kuat dan bisa bertahan dalam kondisi apapun dapat membuat kita menyangkal perasaan-perasaan tersebut. Padahal kalau memang sedang merasa sedih, sulit untuk terlihat kuat, kita harus berusaha menerima agar tidak membebani diri.
Apabila kita mau kembali mengingat pertanyaan “everything happens for a reason” bahwa semua kejadian terjadi pasti ada alasannya, kita bisa menyadari perubahan perlu terjadi untuk mendewasakan diri.
Dalam album “Colors”, kami banyak membicarakan tentang perpisahan, tentang fase-fase perpisahan dari awal hingga akhirnya dapat merelakan. Menurut kami, banyak sekali perasaan-perasaan yang sering disangkal ketika berada dalam satu fase tertentu. Kita sering menyangkal kala merasakan sedih yang kemudian membuat kita melompati proses menyembuhkan kesedihan tersebut. Kami ingin mengingatkan mereka yang mendengarkan untuk dapat memberikan ruang berkabung pada diri saat menghadapi perpisahan. Menyampaikan agar kita semua tak lagi berupaya untuk menyangkal perasaan-perasaan yang timbul sebab itulah yang memanusiakan kita.