Pemahaman saya sebagai seorang sineas dalam hubungannya dengan membuat sebuah cerita adalah adanya keharusan untuk bisa jujur dalam menampilkan kisah yang orisinil. Ini berarti saya harus melihat apa yang dekat dengan saya, termasuk pengalaman-pengalaman yang pernah dirasakan dalam hidup. Begitu juga dengan sederetan kisah yang telah saya lahirkan di layar perak. Secara alami saya cenderung mengambil tema keluarga di mana saya mengambil sudut pandang anak atau orangtua. Akan tetapi dalam film-film tersebut saya tidak mengambil sisi kehangatan keluarga namun sebaliknya: ketidakhadiran suasana keluarga yang harmonis.
Lihat saja dalam film Pintu Terlarang yang berkisah tentang keluarga disfungsi di mana orangtua karakter utama memperlakukan anaknya dengan tidak baik dan tanpa kasih sayang. Begitu juga pada film Pengabdi Setan dengan ketiadaan figur orangtua. Sang ayah justru pergi ketika anak-anaknya membutuhkannya untuk melindungi mereka di saat sang ibu sudah meninggal. Sementara pada film A Mother’s Love memperlihatkan sosok orangtua dalam hidup seorang anak. Meskipun begitu, bukanlah keinginan saya untuk membuat sebuah pernyataan atas apa yang saya lalui ketika kecil. Cerita-cerita tersebut muncul dari alam bawah sadar secara otomatis karena perasaan dan pemikiran yang kuat dari dalam diri sebagai seorang anak yang merasa kekurangan figur orangtua. Lalu berkembanglah perasaan dan pemikiran tersebut dalam film.
Tidak lain saat saya membangun karakter ibu dalam kebanyakan film saya. Kalau dicermati, sosok ibu dalam film-film saya menunjukkan karakter kompleks yang terinspirasi dari ibu saya sendiri. Secara tidak langsung ini menjadi sebuah penghargaan untuk ibu saya. Beliau adalah sosok ibu yang kompleks. Bisa menjadi amat penyayang, bisa jadi sangat keras dan bisa jadi mengerikan juga. Itu semua karena tanggung jawab dan tugasnya yang berat. Beliau selalu mencoba untuk memenuhi kewajibannya tersebut sehingga karakternya berkembang menjadi kompleks.
Perlu kita sadari bahwa seorang ibu adalah seseorang dengan tanggung jawab paling besar di dunia. Profesi yang amat kompleks. Bagi seorang perempuan, pekerjaan menjadi seorang ibu adalah pekerjaan purna waktu sepanjang hidup. Pernikahan bisa saja berakhir tapi tugas dan tanggung jawab sebagai seorang ibu tidak akan pernah berakhir. Tanggung jawab tersebut pun meliputi hal-hal yang berkenaan dengan pemenuhan kebahagiaan seorang anak baik secara mental dan kecukupan secara materi.
Ibu adalah seseorang dengan tanggung jawab paling besar di dunia.
Sebenarnya secara tersirat lebih banyak pertanyaan dalam film-film tersebut mengenai keputusan sepasang insan yang hendak melahirkan seorang anak ke dunia. Menurut saya, dunia ini bukan sebuah tempat yang ideal untuk seorang anak tanpa dosa dilahirkan. Ya, memang berbeda tempat atau daerah anak tersebut dibesarkan pasti memiliki tantangan dan kondisi yang berbeda pula. Tapi secara umum dunia bukanlah tempat yang ideal kecuali sang orangtua benar-benar memiliki rencana matang tentang bagaimana membesarkan anaknya sebagai anak yang bahagia. Pengertian kebahagiaan mungkin terdengar amat sederhana. Banyak yang bilang bahagia itu sederhana. Faktanya tidak sesederhana itu.
Dunia ini bukan sebuah tempat yang ideal untuk seorang anak tanpa dosa dilahirkan kecuali sang orangtua benar-benar memiliki rencana matang tentang bagaimana membesarkan anaknya sebagai anak yang bahagia.
Berbicara tentang bahagia adalah berbicara tentang kebahagiaan yang menyeluruh; luar dan dalam. Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, baik dari segi mental seseorang merasakan kebahagiaan tersebut begitu juga secara fisik di mana kebutuhannya tercukupi. Itulah pertanyaan besar saya pada banyak orangtua: apakah sudah mampu atau belum memenuhi kedua faktor kebahagiaan tersebut ketika hendak menghadirkan seorang anak ke dunia? Kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga bukan semata-mata karena keinginan orangtua – bahkan orangtua pun tidak memiliki hak tersebut. Makna adanya seorang anak adalah untuk menghadirkan sebuah komitmen mereka dalam berkewajiban membuat anaknya bahagia. Komitmen mereka untuk menjaga seorang anak manusia agar dapat menjadi anak manusia yang bahagia.
Sehingga sepasang manusia yang memutuskan memiliki seorang anak harus memikirkan matang-matang rencana yang bulletproof demi kebahagian sang anak. Tidak boleh kelaparan, tempat tinggalnya harus aman, dan kehangatan kasih sayang keluarga. Sehingga kehadiran mereka di dunia pun tidak akan sia-sia begitu saja.
Kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga bukan semata-mata karena keinginan orangtua – bahkan orangtua pun tidak memiliki hak tersebut.