Kami kaum laki-laki seringnya tidak sadar betapa besar peran kami sebagai bapak dan suami di rumah. Bukan sekadar untuk mencari nafkah saja melainkan juga untuk ikut hadir secara emosional. Kami tidak menyadari betapa besar pengaruhnya terhadap kondisi mental istri dan anak saat kita setiap hari sibuk mencari uang tapi enggan untuk membantu istri mengerjakan urusan rumah tangga dan bermain dengan anak. Padahal mereka amat membutuhkan sosok kita untuk hadir, jiwa dan raga. Berinteraksi dengan mereka dalam balutan tawa maupun tangis.
Kami kaum laki-laki seringnya tidak sadar betapa besar peran kami sebagai bapak dan suami di rumah. Bukan sekadar untuk mencari nafkah saja melainkan juga untuk ikut hadir secara emosional.
Dulu saya juga menjadi salah satu pria itu. Merasa punya hak istimewa menjadi seorang suami karena sudah bekerja banting tulang cari nafkah hingga enggan untuk ikut terlibat soal mengasuh anak. Namun suatu saat saya menemukan banyak fakta tentang keluarga yang kehilangan figur pria walaupun sebenarnya ia tinggal satu rumah. Saya mulai menyadari adanya budaya di masyarakat kita yang memberlakukan kebiasaan tidak sehat itu. Sebuah keluarga yang lengkap bisa terasa tidak lengkap jika salah satu orang tuanya tidak menginvestasikan waktu dan pikiran untuk terlibat dalam interaksi anggota keluarganya. Saya pun mengingat bagaimana hancurnya saya dulu ketika bapak meninggal. Kala itu saya masih ada di bangku SMA. Kehilangan sosok bapak membuat hidup saya timpang. Bahkan saya belum sempat bertanya padanya bagaimana cara menjadi seorang suami dan bapak. Hingga ketika menikah dan punya anak, saya tidak punya bayangan sama sekali soal membina rumah tangga.
Inilah yang perlu disadari oleh kaum pria. Menjadi seorang suami dan bapak tidak ada buku panduannya sehingga kita perlu terlibat di dalam keluarga agar tahu bagaimana caranya, mengenal anggota keluarga satu per satu. Rasanya pemahaman suami kerja istri urus rumah sudah amat usang. Kedua tugas ini masih berlaku tetapi bukan berarti karena suami yang mencari uang jadi tidak perlu mengurus anak atau membantu istri dalam urusan rumah tangga. Baiknya kita bisa menganggap istri sebagai partner karena mengerjakan urusan rumah tangga dan mengasuh anak juga bukan sesuatu yang mudah sehingga kita perlu memberikan apresiasi padanya. Secara fisik mungkin kita lebih kuat, cara berpikir kita dengan wanita juga berbeda. Tapi bukan berarti kita, pria, lebih baik dari mereka.
Rasanya pemahaman suami kerja istri urus rumah sudah amat usang. Kedua tugas ini masih berlaku tetapi bukan berarti karena suami yang mencari uang jadi tidak perlu mengurus anak atau membantu istri dalam urusan rumah tangga.
Menurut saya kita laki-laki harus belajar untuk mengungkapkan emosi terhadap orang-orang yang dicintai. Menyatakan cinta pada pasangan, anak, bahkan orang tua dan saudara. Saya paham betul bagaimana budaya kita seolah tidak membekali kita dengan kemampuan mengolah emosi. Ketika memperlihatkan sisi sensitif kita seringkali diolok, dianggap tidak jantan. Padahal tidak ada salahnya menunjukkan sisi sensitif kita sebagai manusia. Kita perlu mengetahui perasaan yang dimiliki dalam diri. Rasa cinta dan sayang harus diekspresikan. Itulah yang dibutuhkan oleh istri dan anak kita. Tidak hanya sekadar lewat perkataan tapi juga lewat perbuatan. Dengan begitu barulah kita bisa menunjukkan pada istri dan anak betapa mereka berharga dan berarti untuk kita. Membuat mereka merasa dicintai.
Sekecil apapun keterlibatan kita sebagai seorang bapak dan suami bermakna besar untuk keluarga. Kita harus bisa melengkapi figur istri dalam mengasuh anak. Sekecil mengajak jalan-jalan untuk melihat kucing. Saya dan anak hampir setiap pagi berjalan kaki untuk mencari kucing. Dia suka sekali melihat kucing sama seperti saya. Sayangnya kami tidak bisa pelihara karena ibunya tidak suka. Akhirnya ini menjadi waktu istimewa kami untuk banyak berinteraksi termasuk waktu saya mengajarkan sesuatu. Biasanya yang saya lakukan adalah melatih memorinya di sepanjang jalan. Mengajarkan nama tumbuhan, cara menyeberang jalan, hingga mengajarinya untuk menyapa tetangga. Bisa dibilang yang banyak saya ajarkan adalah soal pembentukan pola pikir. Menurut saya penting sekali dia dapat pelajaran berpikir kritis dan problem-solving. Inilah yang saya bisa. Mungkin kalau menyuruhnya makan sayur saya tidak secakap ibunya. Tapi itulah indahnya, kami bisa saling melengkapi kekurangan masing-masing.
Sekecil apapun keterlibatan kita sebagai seorang bapak dan suami bermakna besar untuk keluarga. Kita harus bisa melengkapi figur istri dalam mengasuh anak.
Seorang bapak yang baik bukanlah bapak yang sempurna. Tetapi bapak yang dapat menaruh keluarga menjadi prioritas utama. Apalagi anak. Menjadi contoh yang baik untuk anak bukanlah menjadi bapak yang mengejar kesempurnaan melainkan bapak yang bisa hadir dan memenuhi kebutuhan psikologis keluarga.
Ditulis oleh salah satu bapak dari @bapak2id