Urusan berkisah haru tentang kehidupan dengan dua anak berkebutuhan khusus tidak ada dalam kamus. Hidup itu sesederhana apa yang telah didapatkan, itulah yang bakal kita hadapi.
Dua karunia besar dalam hidup adalah memiliki dua anak berkebutuhan khusus, mereka adalah anakku; Kahlia Adinda dan Arsa Nuraga. Cinta kami – aku dan suami, Jeffry Thung – tentu saja tidak berkesudahan untuk mereka berdua.
Memang ada tantangan dalam membesarkan keduanya karena kebutuhan mereka berbeda, dari sisi sekolah saja misalnya, kecepatan mereka menangkap pelajaran tentu saja lain. Itulah mengapa, apa yang direncanakan dari awal seperti pada usia sekian akan masuk sekolah dasar dan sebagainya tidak berjalan mulus. Dengan demikian, rencana ke depannya aku ingin memasukkan mereka ke sekolah inklusi yang lebih bisa menerima anak-anak seperti mereka. Namun tentu saja biayanya tidak murah.
Dengan kebutuhan mereka ini, apa yang kukerjakan semuanya tentu saja kupersembahkan untuk mereka. Meskipun tidak pernah melawan orang yang menanyakan mengapa aku meninggalkan anak-anak, aku tetap berupaya juga menjemput rezeki. Meninggalkan mereka sementara waktu muaranya dan semuanya tetap untuk keluarga, agar mereka bisa bersekolah yang layak sesuai kebutuhan mereka.
Jika ditanya adakah kisah haru dalam membesarkan mereka, aku sangat bisa menjawab: tidak. Semuanya mengalir seperti biasa. Melahirkan Kahlia pada awalnya memang menjadi tantangan karena bingung. Tapi saat kemudian lahir Arsa semuanya sudah lebih ringan karena aku telah terlatih melewati yang sebelumnya. Hanya saja penanganannya berbeda.
Hidup itu sesederhana apa yang telah didapatkan, itulah yang bakal kita hadapi.
Pujian-pujian kecil selalu terlontar saat mereka mampu melewati atau meraih prestasi kecil. Tapi tak dinyana, anak kedua justru jadi gila pujian. Tapi itu tidak mengapa, asalkan tidak membuatnya jadi besar kepala. Pujian itu tidak hanya untuk anak, tapi memang menjadi kebiasaan untuk dilontarkan pada orang lain; suami, teman, keluarga, siapapun yang dijumpai. Itu adalah hal spontan dilakukan secara random karena aku sangat menghargai hal-hal kecil baik yang dilakukan oleh orang lain.
Tidak ada definisi yang tepat untuk menggambarkan seperti apa arti keluarga untukku. Keluarga itu nomor satu. Segala sesuatu yang aku lakukan semuanya demi mereka. Sangat bahagia rasanya punya support system yang mendukung termasuk orangtua, suami, hingga orang-orang yang bekerja di rumah. Bersyukur juga rasanya selalu dikelilingi orang-orang yang baik. Tapi kembali lagi yang paling penting adalah berdamai dengan diri sendiri. Kalau sudah berdamai, segala arti keluarga atau apapun itu terdefinisi sendiri.
Keluarga itu nomor satu. Segala sesuatu yang aku lakukan semuanya demi mereka.
Selalu Positif
Menjadi pribadi yang positif itu juga penting. Ingin sekali selalu memberikan energi yang positif bagi orang lain. Ada kan orang lain yang kita jumpai tapi selalu murung atau bawaannya memancing emosi. Jadi sepertinya bagus kalau kita bisa jadi orang yang berbeda. Aku tidak mati-matian ingin kelihatan bahagia, tapi yang aku percaya dengan optimistis dan bahagia akan mampu membantu aktualisasi diri dengan baik dan juga berefek baik untuk orang lain.
Setiap orang ingin sekali punya hal-hal yang ideal termasuk dalam hal mengatur waktu dengan keluarga. Idealnya, ingin ada waktu untuk kerja yang tidak mengganggu waktu untuk anak-anak. Tapi bersyukur anak-anak belum punya banyak kebutuhan untuk pergi yang harus ditemani. Tapi sebagai orang rumahan, aku juga sangat menikmati waktu-waktu bersama melakukan aktivitas yang menyenangkan meski hanya di rumah. Waktu adalah hal yang paling berharga yang kita bisa berikan kepada orang lain karena kita tidak akan bisa memintanya kembali.
Waktu adalah hal yang paling berharga yang kita bisa berikan kepada orang lain karena kita tidak akan bisa memintanya kembali.