Circle Lifehacks

Hidup Di Beda Generasi

Berada di lingkungan dengan orang-orang yang berasal dari lapisan generasi berbeda sangatlah menarik. Kita bisa mendapatkan referensi, pandangan, dan motivasi yang beragam untuk menambah perspektif dan pandangan baru untuk pengembangan diri. Dalam hal karier, terutama, mereka yang lebih senior di industri tempatku bekerja memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dari pengalaman mereka. Aku bisa belajar hal baru dalam mengembangkan talenta. Misalnya saat mereka menceritakan bagaimana cara syuting di masa mereka bekerja. Aku jadi bisa memahami bagaimana perubahan di dunia film sehingga dapat mendalaminya lebih lagi. 

Aku termasuk orang yang beruntung karena sejak kecil sudah berada di keluarga yang hidup di generasi berbeda-beda. Papa yang lahir di tahun 40an merupakan generasi baby boomer dan mama yang berbeda cukup jauh dengannya berada di generasi berikutnya. Aku juga memiliki kakak yang berasal dari generasi milenial sedangkan aku adalah generasi milenial akhir yang mendekat generasi z. Bertumbuh dalam keluarga yang hidup dalam era berbeda ini membangun fondasi untuk aku dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang berasal dari berbagai lapisan generasi. Aku bisa bergaul dengan mereka yang berumur 40an karena orang tua mereka seumur dengan papaku. Sedikit banyak, kami mendapatkan didikan dari orang tua yang berada di satu era. Begitu juga ketika arus berhadapan dengan mereka yang berada di generasi mama dan kakak.

Bergaul dengan mereka yang berasal dari beda generasi juga membantuku untuk lebih toleran. Sejauh ini, aku merasa perbedaan yang paling menonjol antar generasi adalah cara berkomunikasi. Aku menemukan mereka yang adalah Generasi baby boomer, lebih suka berkomunikasi langsung seperti berbicara langsung lewat telepon. Sementara Generasi X lebih suka lewat surel dan Generasi Milenial lebih nyaman dengan messenger. Bedanya, Generasi Z lebih memilih berkomunikasi lewat media sosial. Mengetahui ini tentu memudahkanku untuk beradaptasi. Aku jadi tidak merasa aneh jika tiba-tiba mendapatkan tawaran pekerjaan film langsung lewat telepon karena itulah cara mereka berkomunikasi. 

Selain itu, aku juga melihat perbedaan cara pandang hidup yang cukup signifikan di antar generasi. Aku melihat orang-orang yang lahir di generasi sebelumku memandang hidup sedikit lebih santai. Ketika sudah melakukan hal-hal yang disukai tapi tidak berhasil, mereka lebih dapat menerima karena tahu bahwa tidak semua orang harus berhasil. Tidak semua orang harus menjadi orang besar atau membuat sesuatu yang besar di dunia ini. Sedangkan orang-orang yang berasal dari generasiku rasanya seringkali mudah merasa gagal. Menurutku, mungkin ini berasal dari budaya media sosial dan hadirnya informasi yang begitu banyak dan luas. Sebagian dari mereka merasa harus sukses dan berhasil saat sedang mencapai sesuatu karena melihat banyaknya kompetisi sehingga tidak mau kalah dengan orang lain. Jadi, ketika tidak mencapai sebuah mimpi mereka akan merasa jadi orang yang gagal dan sellau merasa tidak pernah cukup. Akhirnya mudah iri dengan orang lain karena sering membandingkan dan merasa hidup orang lain lebih enak, melihat dari berbagai konten yang diunggah di media sosial. Tentu saja ini bisa tidak sehat untuk hidup kita. 

Tidak semua orang harus menjadi orang besar atau membuat sesuatu yang besar di dunia ini.

Akan tetapi dari segala perbedaan yang kita miliki dari generasi ke generasi, sebenarnya satu yang menyatukan kita semua adalah esensi peran kita sebagai manusia. Kita sama-sama manusia menjalani kehidupan dengan permasalahan yang serupa. Inilah yang berusaha aku sampaikan lewat Podgazm (Podcast Dilema Tiga Zaman) bersama Iwet Ramadhan, Audie Fitradi, dan Tarra Budiman. Kami menemukan bahwa setiap orang yang berasal dari generasi berbeda pasti memiliki pemikiran berbeda. Audie dan Iwet yang berasal dari Generasi X pasti memiliki pemahaman yang berbeda dengan Tarra dan aku yang berasal dari Generasi Milenial. Mulai dari pekerjaan, hubungan asmara, hingga opini tentang pemerintahan atau politik, pasti amat berbeda. Tapi akhirnya kami pun memahami bahwa ternyata dari segala perbedaan itu, permasalahan kami sebagai manusia sebenarnya sama saja. Kemasan masalahnya saja yang tidak sama. Maka, perbedaan generasi hanyalah soal waktu dan situasi masyarakat yang berbeda saat kita lahir. Selama kita bisa saling menghargai dan tidak mempermasalahkan adanya perbedaan itu, kita semua bisa tetap terhubung dan nyaman hidup berdampingan satu sama lain. 

Perbedaan generasi hanyalah soal waktu dan situasi masyarakat yang berbeda saat kita lahir.

Related Articles

Card image
Circle
Perjalanan Menemukan Makna dan Pentingnya Pelestarian Budaya

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, kadang kita lupa bahwa pada akhirnya yang kita butuhkan adalah kembali ke akar budaya yang selama ini sudah ada, menghidupi kembali filosofi Tri Hita Karana, di mana kita menciptakan keselarasan antara alam, manusia, dan pencipta. Filosofi inilah yang coba dihidupkan Nuanu.

By Ida Ayu Astari Prada
25 May 2024
Card image
Circle
Kembali Merangkai Sebuah Keluarga

Selama aku tumbuh besar, aku tidak pernah merasa pantas untuk disayang. Mungkin karena aku tidak pernah merasakan kasih sayang hangat dari kedua orang tua saat kecil. Sejauh ingatan yang bisa aku kenang, sosok yang selalu hadir semasa aku kecil hingga remaja adalah Popo dan Kung-Kung.

By Greatmind
24 November 2023
Card image
Circle
Pernah Deep Talk Sama Orang Tua?

Coba ingat-ingat lagi kapan terakhir kali lo ngobrol bareng ibu atau bapak? Bukan, bukan hanya sekedar bertanya sudah makan atau belum lalu kemudian selesai, melainkan perbincangan yang lebih mendalam mengenai apa yang sedang lo kerjakan atau usahakan.

By Greatmind x Folkative
26 August 2023