Circle Planet & People

Eksplorasi Diri Bagi Anak

Ketika kita membicarakan bagaimana peran ibu dan ayah dalam keluarga, secara konsep kita perlu membicarakan konsep maskulin dan feminin. Kedua konsep ini kerap kali diasumsikan sebagai dua kutub, ayah harus maskulin dan ibu harus feminin. Konsep ini terasa umum, tapi sepertinya mungkin sudah waktunya untuk dilupakan. Konsep maskulin sendiri bagi saya biasanya identik dengan kepercayaan diri, pemikiran logis, kekuatan fisik, stabilitas, dan goal driven. Sementara di sisi lain, konsep feminin lebih mengarah kepada intuisi, kreativitas, kolaborasi, kemampuan penerimaan opini dan ide yang lebih baik, serta rasa terima kasih kepada sekitar. Sebetulnya, menjadi orang yang mapan bukan hanya dapat dinilai berdasarkan materi tapi juga kemampuan untuk menyeimbangkan kedua konsep ini.  

Ketika sang anak lahir hingga dewasa, sepasang suami istri secara bersamaan juga telah menjadi ayah dan ibu, yang harus mampu bersikap sebagai pembimbing dan perawat. Pada waktu tertentu ayah harus bisa melindungi, memastikan setiap anggota keluarga aman tetapi ayah juga harus punya sifat yang fleksibel. Ketika ibu tidak bisa mengerjakan pekerjaan tertentu, ayah harus siap membantu begitu juga sebaliknya. Contoh, saat istri saya bertugas di Manila dan tidak bisa pulang sekitar satu hingga dua bulan. Saya harus menjadi seorang ayah yang maskulin dan juga feminin. Saya harus mencoba membaca situasi, kapan saya harus menjadi pendengan yang baik, terutama ketika anak sedang memasuki usia remaja. Selain itu saya juga harus memastikan anak-anak saya mengonsumsi gizi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. 

Jadi, menurut saya kita harus membuang jauh-jauh konsep lama tentang patriarki jika kita ingin memiliki peradaban yang lebih maju. Cara ini juga dapat membantu anak-anak untuk dapat melihat bahwa peran orang tua bersifat holistik. Maka, peran laki-laki harus bisa mengambil dua posisi, feminin dan maskulin adalah sebuah spektrum yang artinya bisa berubah sesuai dengan situasi. Kita harus bisa mengambil posisi yang tepat di situasi yang tepat, sebagai ayah.

Jadi, menurut saya kita harus membuang jauh-jauh konsep lama tentang patriarki jika kita ingin memiliki peradaban yang lebih maju. Cara ini juga dapat membantu anak-anak untuk dapat melihat bahwa peran orang tua bersifat holistik.

Saya lahir di tahun 1975 dari kedua orang tua yang berprofesi sebagai arsitek. Ayah saya mungkin sebenarnya tidak terlalu berperan aktif dalam mengurus saya karena ada ibu dan juga ART di rumah, tentunya juga karena perbedaan zaman antara dulu dan sekarang. Jadi, ayah saya lebih sibuk kerja, tapi saya ingat kalau ayah saya sudah pulang beliau tidak pernah membahas mengenai pekerjaannya jadi kalau di rumah ayah selalu berada dan bermain dengan anaknya. Ayah saya juga orang yang rajin berolah raga, jadi saya dan keluarga sering diajak untuk mengajak melakukan sesuatu bersama-sama. Bonding antara ayah dan anak terjadi melalui kegiatan olah raga. Seperti tenis, karate, atau naik gunung sama-sama, lebih kepada kegiatan yang bersifat fisik. 

Saya dan anak saya juga pernah mengorganisasi klub tenis kecil, untuk membina pemain junior. Saya merasa punya bekal yang cukup dari ayah saya dalam hal latihan mental melalui olahraga individu seperti tenis. Saya juga menerapkan hal ini kepada anak-anak saya, kita coba terapkan juga hal yang sama. Kebetulan anak pertama saya, dia senang belajar balet mungkin dia adalah 1 dari 3000 anak laki-laki yang akhirnya tertarik belajar balet. Saya justru juga belajar kepercayaan diri dari anak sulung saya ini. Anak saya nomor dua juga punya cara sendiri untuk belajar bukan dari olah raga, salah satunya adalah dengan bermain rubik. 

Intinya, sebagai orang tua kita harus coba membawa mereka untuk mengeksplorasi beragam bidang, mulai dari olah raga, kesenian, sosialisasi, untuk bisa melihat bagaimana mereka mencerna ilmu. Saat ini saya merasa anak-anak saya sudah punya caranya masing-masing untuk belajar, tugas saya sekarang cukup menjadi penyemangan bagi anak memberi semangat dan membuka pintu apabila diperlukan dan juga mengajarkan mereka untuk membuka pintu kesempatan sendiri. Poin lainnya yang penting untuk diajarkan kepada anak menurut sudut pandang saya pribadi adalah belajar bekerja sama dalam kelompok, individualisme penting tetapi bekerja dengan baik dalam kelompok juga merupakan kemampuan yang perlu dipelajari.

Poin lainnya yang penting untuk diajarkan kepada anak menurut sudut pandang saya pribadi adalah belajar bekerja sama dalam kelompok, individualisme penting tetapi bekerja dengan baik dalam kelompok juga merupakan kemampuan yang perlu dipelajari.

Related Articles

Card image
Circle
Perjalanan Menemukan Makna dan Pentingnya Pelestarian Budaya

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, kadang kita lupa bahwa pada akhirnya yang kita butuhkan adalah kembali ke akar budaya yang selama ini sudah ada, menghidupi kembali filosofi Tri Hita Karana, di mana kita menciptakan keselarasan antara alam, manusia, dan pencipta. Filosofi inilah yang coba dihidupkan Nuanu.

By Ida Ayu Astari Prada
25 May 2024
Card image
Circle
Kembali Merangkai Sebuah Keluarga

Selama aku tumbuh besar, aku tidak pernah merasa pantas untuk disayang. Mungkin karena aku tidak pernah merasakan kasih sayang hangat dari kedua orang tua saat kecil. Sejauh ingatan yang bisa aku kenang, sosok yang selalu hadir semasa aku kecil hingga remaja adalah Popo dan Kung-Kung.

By Greatmind
24 November 2023
Card image
Circle
Pernah Deep Talk Sama Orang Tua?

Coba ingat-ingat lagi kapan terakhir kali lo ngobrol bareng ibu atau bapak? Bukan, bukan hanya sekedar bertanya sudah makan atau belum lalu kemudian selesai, melainkan perbincangan yang lebih mendalam mengenai apa yang sedang lo kerjakan atau usahakan.

By Greatmind x Folkative
26 August 2023