Dylan Sada

@dylan_sada

Model & Seniman

Fotografi Oleh: Olen Riyanto

Semua orang membutuhkan cinta dan ingin dicintai. Apa pun bentuknya - karena cinta punya definisi yang berbeda untuk setiap orang. Saya pribadi terkadang masih sulit untuk mendeskripsikan cinta karena berbicara tentang cinta adalah berbicara tentang perasaan. Perasaan “menggelitik” yang dirasakan meski tidak dapat dijelaskan seperti apa dan kenapa perasaan itu muncul. Cinta itu layaknya mantra, karena ia adalah emosi paling kuat yang dapat membuat kita terbuai di dalamnya hingga rela melakukan apapun untuk orang yang dicintai. Dari definisi ini saya memahami bahwa cinta sejati adalah perasaan memberi tanpa mengharapkan timbal-balik apapun. Di saat orang tersebut bahagia, kita pun bahagia. Cinta tidaklah bersyarat tapi dapat menjadi menakutkan dan membuat seseorang rela berkorban (hingga mati) demi orang yang dicintainya tetap hidup.

Tetapi tentu saja pemahaman tentang cinta dapat berubah seiring berjalannya waktu. Hubungan yang sehat akan bertumbuh dan berevolusi bersama dengan baik. Di awal hubungan biasanya kita sering kali mencoba untuk memberikan kesan terbaik seperti dengan berdandan secara maksimal, mengenakan baju seindah-indahnya. Kemudian datanglah tahap di mana perasaan nyaman dan penerimaan dimulai. Di tahap ini biasanya kita akan mulai menunjukkan diri yang sebenarnya, bangun tanpa menggunakan makeup dan si dia pun akan mengatakan kita cantik meski tanpa makeup. Fase ini juga yang kemudian menjadi bagian terpenting di mana kita mulai bisa menerima satu sama lain apa adanya. Di mana kita sadar bahwa hubungan tersebut bukan lagi seperti di cerita dongeng tetapi tetap ingin menjalaninya karena keinginan untuk bertumbuh bersama. Keinginan belajar dari berbagai kesalahan yang dibuat bersama, dan membangun hubungan yang lebih kuat lagi dari sebelumnya.

Setelah melalui berbagai macam perjalanan hubungan cinta yang pernah dilewati, pelajaran paling berharga dari hubungan di masa lalu saya adalah mengenai rasa sakit. Berada di hubungan yang bermasalah pernah membuat saya merasa berada di titik paling rendah dalam hidup. Namun, pengalaman tersebut memberikan pelajaran untuk terus bertahan dan melanjutkan hidup. Memahami bahwa tahap itu pun pada akhirnya akan berakhir. Memahami bahwa pasti suatu saat akan ada seseorang yang tepat. Memahami bahwa ketika kita memaksakan perasaan pada seseorang bisa saja itu berarti dia bukanlah orang yang tepat. Dan pada akhirnya saya mengerti bahwa cinta itu harus dirasakan secara alami di mana chemistry menjadi kunci langgengnya sebuah hubungan.

Ketika kita memaksakan perasaan pada seseorang bisa saja itu berarti dia bukanlah orang yang tepat.

Hubungan yang tidak sehat atau toxic relationship juga secara tidak sadar pernah saya alami. Salah satu tanda dari hubungan yang tidak sehat adalah kecemburuan berlebih. Saat tidak adanya lagi kepercayaan dan saling menghargai, tidak ada lagi hubungan yang sehat. Begitu juga ketika mulai ada tanda yang lebih ekstrem seperti verbal abuse. Hal ini terkadang justru lebih parah dari physical abuse. Lebam atau luka fisik dapat sembuh tapi ketika kata-kata menyakitkan yang ditujukan untuk kita, tidak lekang dalam ingatan. Walaupun begitu, kedua jenis abuse ini tetap tidak baik karena dapat mempengaruhi kesehatan mental. Sehingga ketika salah satunya sudah mulai muncul, mulailah waspada dan pertimbangkan kembali berada di hubungan tersebut. Peringatan ini juga berlaku untuk diri kita sendiri. Jangan sampai kita melakukan salah satunya pada pasangan. Ingatlah bahwa karma itu benar ada dan apa yang ditabur itulah yang dituai. Pilihlah untuk berada dalam pihak yang baik, menjadi manusia yang baik.

Saat tidak adanya lagi kepercayaan dan saling menghargai, tidak ada lagi hubungan yang sehat.

Pengalaman buruk di masa lalu pun pernah membuat saya ragu untuk dapat mencintai orang lain lagi. Perasaan ini sangatlah wajar karena pada akhirnya ternyata saya bisa mencintai orang lain lagi meski ada kemungkinan untuk berada dalam pertengkaran dan merasa sakit lagi kemudian berusaha mencintai lebih lagi. Ini semua hanyalah siklus dalam hidup. Tidak pernah ada namanya sebuah hubungan yang sempurna, karena kita hanya manusia yang tidak sempurna. Jadi mengapa harus berharap semuanya sempurna? Bukankah lebih baik untuk berharap akan segala yang seimbang? Lebih baik berusaha untuk membina komunikasi yang baik. Inilah poin terpenting dalam hubungan. Tidak hanya hubungan dengan pasangan tetapi dengan semua orang termasuk keluarga, teman, tetangga bahkan hewan peliharaan.

Akan tetapi jika pengalaman traumatik sudah terlanjur tertanam dalam diri, sebaiknya jangan menyimpannya sendiri. Mungkin saja orang lain yang mendengarkan pernah mengalami hal yang sama dan mereka bisa mengerti situasi kita saat itu. Saat sudah merasa nyaman untuk membicarakan rasa sakit yang dialami, di saat itulah kita bisa mulai merasa lebih baik karena akhirnya rasa sakit tersebut tercurah. Walau harus diingat bahwa kita memiliki hak akan masa lalu ktia sendiri sehingga tidak perlu semua orang tahu. Pilihlah orang-orang yang layak untuk mendengarkan cerita tersebut.

Banyak juga cara lain untuk mengatasi rasa trauma pada masa lalu. Semisal dengan menemukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan seperti jalan-jalan, bertemu teman baru, olahraga, memanjakan diri atau bahkan berwisata kuliner (yang satu ini selalu sukses membuat saya merasa lebih baik). Tidak ada jangka waktu yang spesifik untuk tahu kapan akhirnya rasa trauma itu akan hilang. Semua orang punya cara yang berbeda-beda untuk mengatasi permasalahan hidupnya. Beberapa orang mungkin dapat lebih mudah melewati fase sulit itu bukan berarti yang lain harus mencontoh mereka dan buru-buru move on. Setiap orang memiliki waktunya sendiri-sendiri untuk akhirnya sembuh dan orang-orang di sekitarnya hanya dapat mendukung segala keputusan yang terbaik.Hingga saat ini saya juga masih belajar mengatasi rasa trauma di masa lalu. Cara saya adalah dengan memilihara anjing. Secara tidak sadar rasa cinta yang saya miliki dapat disalurkan pada bentuk yang berbeda.

Mencintai diri sendiri juga kunci penting untuk mengatasi masalah tersebut meski tentu saja butuh proses. Jujur saja saya pernah kesulitan mencintai diri sendiri karena pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan. Saya pernah mengalami sexually abused saat saya masih kecil dan tinggal di Indonesia di mana isu ini sangatlah tabu dan sulit sekali untuk ditindaklanjuti. Pengalaman itupun membuat saya bertumbuh dewasa dengan penuh ketakutan dan rasa malu sehingga seringkali mendorong untuk melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri secara fisik dan mental.

Belajar mencintai diri sendiri adalah belajar untuk berhenti membandingkan diri dengan orang lain serta menerima diri sendiri meski amat berbeda dengan orang lain. Menerima apa yang membuat kita spesial, menemukan sesuatu yang benar-benar ingin dilakukan dalam hidup, sesuatu yang membuat kita bersemangat untuk bangun dari tidur setiap pagi. Babak ini akhirnya membuat saya lelah merasa depresi karena membuat tidak bahagia. Berkonsultasi pada ahli kejiwaan memang untuk sebagian orang dapat sangat berpengaruh tapi saya memilih untuk berhenti mengkonsumsi obat penenang dan justru beralih pada gaya hidup sehat. Berolahraga rutin, mengkonsumsi makanan sehat dan menjauhi orang-orang yang negatif ternyata dapat lebih bermanfaat untuk proses pemulihan mental saya. Memerlukan waktu yang cukup panjang memang, tetapi sekarang saya dapat melihat perbedaan besar. Hasilnya, pemahaman tentang self-love ‒ di mana kita mengerti bagaimana harus mencintai diri sendiri, juga dapat menuntun pada hubungan yang sehat: penuh kepercayaan, kejujuran dan saling menghargai.

Related Articles

Card image
Circle
Kembali Merangkai Sebuah Keluarga

Selama aku tumbuh besar, aku tidak pernah merasa pantas untuk disayang. Mungkin karena aku tidak pernah merasakan kasih sayang hangat dari kedua orang tua saat kecil. Sejauh ingatan yang bisa aku kenang, sosok yang selalu hadir semasa aku kecil hingga remaja adalah Popo dan Kung-Kung.

By Greatmind
24 November 2023
Card image
Circle
Pernah Deep Talk Sama Orang Tua?

Coba ingat-ingat lagi kapan terakhir kali lo ngobrol bareng ibu atau bapak? Bukan, bukan hanya sekedar bertanya sudah makan atau belum lalu kemudian selesai, melainkan perbincangan yang lebih mendalam mengenai apa yang sedang lo kerjakan atau usahakan.

By Greatmind x Folkative
26 August 2023
Card image
Circle
Berdaya dan Berkontribusi

Ketertarikanku untuk berbagi mengenai pengalaman dan tips pengembangan diri sebenarnya dimulai ketika aku bekerja di salah satu perusahaan konsultan keuangan di Jakarta. Saat itu, banyak yang bertanya melalui media sosial mengenai kiat untuk bisa bekarir di perusahaan tersebut. Lalu setelahnya, aku juga mulai berbagi mengenai topik pengembangan diri dan karir.

By Lavina Sabila
20 May 2023