Kecanggihan teknologi masa kini tidak hanya mempermudah pekerjaan kita sehari-hari, tapi juga mempermudah jalan kita untuk bertemu banyak orang. Online dating atau kencan secara daring, misalnya, dapat membantu kita menemukan pasangan hidup. Sekalipun ternyata tidak menjadi pasangan, kita tetap bisa memanfaatkannya untuk mencari teman baru. Di saat pandemi di mana bersosialisasi menjadi terbatas, kita sulit bertemu orang baru, media sosial dan sejumlah aplikasi kencan daring dapat membantu memenuhi kebutuhan sosial.
Banyak teman saya berhasil menjalin hubungan lewat aplikasi kencan daring. Saya pun pernah mencoba dulu walaupun ternyata saya tidak terlalu berminat berada di aplikasi tersebut. Pada dasarnya, dalam aplikasi kencan tersebut kita bertemu dengan orang asing. Oleh karena itu, kita harus ekstra hati-hati dan mengetahui betul latar belakang mereka dan tidak mudah percaya pada satu atau dua kali interaksi saja. Namun, seperti halnya media sosial, aplikasi kencan juga memiliki fungsi yang sama yaitu melatih kemampuan bersosialisasi. Kita bisa belajar untuk mengajak bicara orang baru yang tidak dikenal, melatih diri untuk berkomunikasi dan menjalin interaksi.
Memang, terkadang sulit untuk mencari topik yang bisa semua orang tertarik pada pembicaraan. Kita pasti sering dipertemukan dengan orang yang menarik perhatian di mana kita terus mencari bahan diskusi tapi ternyata orang tersebut tidak tertarik dengan topik diskusinya. Meski menantang, tapi inilah seni berkomunikasi. Menurut saya kuncinya adalah kita harus pintar-pintar mencari tahu ketertarikan orang tersebut. Memberikan candaan sebenarnya bisa menjadi langkah untuk mencairkan suasana dan membuat percakapan jadi lebih menyenangkan. Kalau tidak ada candaan, rasanya percakapan akan terasa hambar dan monoton. Tapi, kita tetap harus mencari tahu candaan seperti apa yang cocok untuknya. Apakah orang tersebut mudah tersinggung? Jika ya, berarti jangan sampai kita melontarkan candaan yang berlebihan dan sensitif untuknya.
Berkata begini, bukan berarti saya hanya bisa berkomunikasi dengan orang yang punya selera humor tertentu. Sekalipun orang tersebut tidak suka bercanda tapi pembicaraan kami mengalir dan terhubung, rasanya tidak akan jadi masalah untuk saya. Yang terpenting, orang tersebut bisa merespon pembicaraan sehingga terjadi komunikasi dua arah. Artinya, percakapan tidak hanya datang dari saya saja, tidak hanya saya yang mencari topik. Orang tersebut juga ada ketertarikan untuk mencari topik baru dan mengajar berdiskusi.
Melihat fenomena kencan secara daring, serta pengalaman saya menjadi pengguna media sosial, terciptalah lagu “Adinda”. Lagu ini memberikan isyarat bahwa kita bisa “jatuh cinta” pada siapapun yang kita lihat. Sekalipun ia adalah orang asing. Sekalipun kita hanya mengaguminya lewat foto-foto yang tersebar di galeri akun media sosialnya. Kita bisa menjadi pengagum rahasia untuk orang-orang yang bahkan belum kita kenal. Mungkin, ini juga sekaligus menyatakan bahwa saya percaya pada cinta pandangan pertama. Perasaan tersebut sulit dijelaskan dengan kata-kata. Pernah suatu kali melihat seseorang di media sosial lalu timbul perasaan mengagumi. Tiba-tiba rasa itu seolah tidak hanya sekadar tentang penampilannya yang cantik saja. Memang, kebanyakan cinta pada pandangan pertama menitikberatkan pada apa yang kita lihat. Tapi menurut saya tertarik akan penampilan seseorang tidak ada salahnya.
Banyak orang sering bilang, “Don’t judge a book by its cover”, atau jangan menilai seseorang hanya dari penampilan luar saja. Pernyataan ini tentu benar, tapi saya meyakini bahwa sehubungan dengan hubungan asmara, penampilan bisa jadi salah satu faktor pendukung ketertarikan kita terhadap seseorang. Pertama kali melihat seseorang, saya sering meneliti terlebih dahulu penampilan luarnya sebelum mengenali kepribadiannya. Bukan berarti saya tidak bisa menerima orang apa adanya. Ini saya lakukan agar dapat memelajari bagaimana cara saya membawa diri untuk berinteraksi dengannya. Lagipula, setiap orang punya standar sendiri dalam menentukan penampilan seperti apa yang menarik dirinya. Jadi sebenarnya penilaian terhadap penampilan seseorang sangatlah relatif. Ketertarikan tersebut hanya untuk diri sendiri, bukan untuk menyakiti orang lain.