Bulan puasa sering kali menjadi momen bagi kita untuk kembali bertemu dengan teman-teman lama. Terkadang kita sulit menemukan waktu yang tepat untuk bisa memulai percakapan dengan kawan yang mungkin dulu pernah menghabiskan banyak waktu dengan kita. Maka, tak jarang bulan suci ini juga menjadi momen yang tepat untuk digunakan sebagai cara menyambung kembali silaturahmi yang ada.
Setelah dua tahun lamanya kita harus membatasi hubungan tatap muka dengan orang-orang terkasih, di tahun ini kita sudah berkesempatan untuk kembali berkumpul. Terlepas dari gelombang omicron yang mungkin sempat hadir rasanya kita diberikan kesempatan untuk kembali berjumpa satu sama lain. Jadi, sudah berapa banyak acara bukber yang sudah kamu datangi? Semoga semua pertemuannya membahagiakan, ya.
Pada dasarnya manusia memang akan tetap butuh bersosialisasi, memang mungkin sekarang kita banyak dibantu dengan media sosial tapi rasanya bertemu langsung dan bertatap muka masih belum tergantikan. Dalam agama juga kita sering mendengar kalimat bahwa silaturahmi mampu memperpanjang umur. Salah satu asalannya adalah mungkin karena dengan menjalin silaturahmi dan bersosialisasi dapat membantu kita mengurangi tingkat stress yang ada di kepala.
Pada dasarnya manusia memang akan tetap butuh bersosialisasi, memang mungkin sekarang kita banyak dibantu dengan media sosial tapi rasanya bertemu langsung dan bertatap muka masih belum tergantikan.
Tidak hanya membantu untuk menjaga kondisi mental, berbincang dengan teman atau kerabat juga dapat memberikan manfaat bagi kesehatan jasmani kita. Sebuah penelitian dari Aging Research Center di Stockholm, Swedia, menemukan bahwa individu dengan aktivitas sosial yang cukup memiliki risiko demensia yang lebih rendah. Orang-orang yang secara general lebih terkoneksi secara sosial dengan orang lain ternyata menunjukan hasil yang lebih baik dalam tes ingatan dan kemampuan kognitif lainnya.
Itu artinya kita juga perlu untuk terus menjalin pertemanan yang membahagiakan untuk bisa hidup lebih sehat secara jasmani dan rohani. Kita tidak harus menunggu momen yang pas untuk bertemu dengan teman lama atau kerabat, sebenarnya itu bisa terjadi kapanpun selama kita bisa mengomunikasikannya dengan baik.
Kalau memang mungkin di sebelas bulan lainnya terasa sulit bertemu karena rasanya tidak ada momen yang tepat, kita sebenarnya juga bisa membuat momen tersebut. Memang harus diakui terkadang tanpa sadar ada beberapa teman kita atau mungkin diri kita sendiri yang perlahan mulai menjauh.
Tidak semua hubungan memang akan berumur panjang dan kita tidak harus lantas meratapi hal ini. Tidak ada salahnya untuk tetap bertukar kabar pada hari-hari yang selama ini kita anggap biasa
Ada banyak kejadian tak terduga saat kita kembali berkumpul dengan teman lama, ada yang mungkin masih sama saja, ada juga yang perubahannya sangat mengejutkan. Bukan berarti lantas kita mengurusi hidup orang lain tapi kembali bertukar kabar dengan orang-orang yang dulu selalu ada di hidup kita ternyata bisa jadi alasan untuk mensyukuri memori yang kita miliki bersama-sama. Pengalaman dan kenangan yang pada akhirnya membentuk diri kita hari ini.
Bukan berarti lantas kita mengurusi hidup orang lain tapi kembali bertukar kabar dengan orang-orang yang dulu selalu ada di hidup kita ternyata bisa jadi alasan untuk mensyukuri memori yang kita miliki bersama-sama. Pengalaman dan kenangan yang pada akhirnya membentuk diri kita hari ini.
Referensi:
Fratiglioni, L., Paillard-Borg, S., & Winblad, B. (2004). An active and socially integrated lifestyle in late life might protect against dementia. The Lancet Neurology, 3(6), 343-353.