Circle Lifehacks

Bergaul Dengan Siapa Saja

Terkadang untuk memahami bagaimana cara bergaul dibutuhkan inklusivitas. Kemauan untuk bergaul dengan siapa saja. Mereka yang sangat berbeda sekalipun. Untuk memahami inklusivitas itu sendiri terkadang memang butuh waktu dan pengalaman. Aku cukup beruntung bisa mendapatkan pengalaman itu. Sedari SMP, SMA, hingga kuliah S1 dan S2 aku selalu berada di kota bahkan negara yang berbeda. Apalagi aku sempat masuk asrama wanita dengan beragam kepribadian dan perilaku. Dulu aku sempat berpikir, “Kenapa papa mama justru membiarkanku jauh dari lingkunganku ya?”. Sekarang aku baru merasakan keuntungannya berada dalam berbagai macam komunitas. Aku jadi menyadari ketika bergaul secara inklusif justru bisa menambah wawasan, empati dan tentu saja inspirasi untuk memahami setiap orang punya cara sendiri-sendiri menjalani kehidupannya termasuk mencapai suksesnya. 

Aku jadi menyadari ketika bergaul secara inklusif justru bisa menambah wawasan, empati dan tentu saja inspirasi untuk memahami setiap orang punya cara sendiri-sendiri menjalani kehidupannya termasuk mencapai suksesnya. 

Meskipun kini aku meneruskan bisnis keluarga, tapi aku tidak memulainya langsung dari atas. Aku pikir mana ada yang mau bergaul denganku kalau tiba-tiba sudah di atas. Sedangkan untuk tahu benar bagaimana menjalankan bisnis aku perlu mengenal siapa saja yang bekerja di dalamnya. Apalagi waktu pertama kali aku bekerja di perusahaan keluarga usiaku masih tergolong muda. Rasanya pasti aneh kalau tiba-tiba aku menjadi atasan mereka yang seumuran denganku. Justru aku bersyukur memulainya dari bawah. Aku jadi punya teman, sahabat, mereka yang tetap mau makan siang bersama dan memasukan kontak aku ke dalam grup WhatsApp. Tidak ada rasa enggan. Aku juga tidak pernah berharap mereka menganggapku seperti orang seseorang yang lebih superior dari mereka. Sebab aku tidak pernah mau mencoba mendapatkan pengakuan atau diperlakukan istimewa. 

Dalam waktu-waktu tertentu memang jaga image juga diperlukan. Utamanya kalau berhubungan dengan menjalin jaringan berbisnis. Tapi aku tidak pernah mau berusaha sampai harus menjadi orang lain. Satu yang pasti adalah aku harus tetap bersikap baik pada siapa saja. Sekalipun misalnya ada pihak-pihak yang mungkin punya agenda tersembunyi. Meski aku juga tidak pernah punya prasangka buruk pada orang lain dan sejauh ini rasanya belum pernah ada yang seolah berteman hanya untuk memanfaatkan. Kalau pun ada tapi aku tidak menyadarinya, aku percaya jika mereka punya niat buruk, pasti akan menerima karmanya sendiri. Aku tidak perlu sampai mengabaikan mereka.

Beruntungnya sejauh ini teman-temanku yang akhirnya menjadi rekan bisnis pun adalah mereka yang sudah kenal lama. Jadi aku tidak merasa ada upaya keras untuk sampai jaga image. Begitu juga terhadap teman-teman di pergaulanku yang mungkin sekarang berada dalam lingkaran sosialita. Aku tidak merasa harus berpura-pura atau harus ikut-ikutan kalau memang tidak sesuai dengan kepribadian. Lagi pula dengan kondisiku yang sekarang sudah berkeluarga aku semakin paham siapa orang-orang yang memang layak mendapat waktu dan perhatian lebih mana yang tidak. Hanya perlu lebih bijak saja. Kalau pun ada mereka yang pergi dari lingkaranku, aku percaya itu semua pasti ada maksudnya. People come and go. We can’t make people stay. Tapi suatu saat kita pasti tahu maksudnya mereka ada di hidup kita itu apa. Mungkin tidak instan tapi pasti akan mengerti nantinya.

People come and go. We can’t make people stay. Tapi suatu saat kita pasti tahu maksudnya mereka ada di hidup kita itu apa.

Sedari dulu orang tuaku tidak pernah mengajarkan bagaimana harus bergaul atau harus bergaul dengan siapa. Mereka memberikan kepercayaan, kebebasan dan dukungan untuk aku bisa bertanggung jawab atas hidupku sendiri. Tidak perlu mencoba menjadi seperti mereka. Mereka selalu bilang, “Ambil yang bagus saja dari kami. Yang tidak bagus jangan dicontoh.” Mereka juga tidak pernah menuntut aku untuk jadi seperti yang mereka inginkan. Oleh karena itu juga aku menyadari betapa berharganya kepercayaan mereka terhadapku. Dari dulu selalu menjaga diri agar jangan sampai salah pergaulan.

Dengan begitu aku baru bisa membuktikan kepercayaan mereka tidak disia-siakan. Aku tidak menggampangkan atau memanfaatkan kebebasan yang diberikan. sama halnya saat akhirnya aku menjalankan perusahaan keluarga. Ada beberapa teman yang berpikir bekerja di perusahaan keluarga sendiri sudah pasti enak. Bisa mengatur waktu dengan mudah. Sampai ada yang suka bertanya, “Mit lo bukannya bebas ya di kantor sendiri, bisa santai? Kenapa masih suka pikir panjang kalau mau liburan?”. Aku paham mereka mungkin tidak mengerti bahwa bekerja di perusahaan keluarga tidak seenak dan semudah itu. Tentu saja aku tetap harus mengikuti peraturan. Jumlah cutiku tetap akan dikurangi sesuai jumlah ketidakhadiran. Semakin hari tekanannya semakin besar. Semakin tidak ada waktu untuk urusan yang kurang penting. Dan ini semua aku jalani karena rasa tanggung jawab yang besar terhadap kepercayaan yang diberikan oleh kedua orang tuaku itu. 

Ini semua aku jalani karena rasa tanggung jawab yang besar terhadap kepercayaan yang diberikan oleh kedua orang tuaku itu. 

Related Articles

Card image
Circle
Perjalanan Menemukan Makna dan Pentingnya Pelestarian Budaya

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, kadang kita lupa bahwa pada akhirnya yang kita butuhkan adalah kembali ke akar budaya yang selama ini sudah ada, menghidupi kembali filosofi Tri Hita Karana, di mana kita menciptakan keselarasan antara alam, manusia, dan pencipta. Filosofi inilah yang coba dihidupkan Nuanu.

By Ida Ayu Astari Prada
25 May 2024
Card image
Circle
Kembali Merangkai Sebuah Keluarga

Selama aku tumbuh besar, aku tidak pernah merasa pantas untuk disayang. Mungkin karena aku tidak pernah merasakan kasih sayang hangat dari kedua orang tua saat kecil. Sejauh ingatan yang bisa aku kenang, sosok yang selalu hadir semasa aku kecil hingga remaja adalah Popo dan Kung-Kung.

By Greatmind
24 November 2023
Card image
Circle
Pernah Deep Talk Sama Orang Tua?

Coba ingat-ingat lagi kapan terakhir kali lo ngobrol bareng ibu atau bapak? Bukan, bukan hanya sekedar bertanya sudah makan atau belum lalu kemudian selesai, melainkan perbincangan yang lebih mendalam mengenai apa yang sedang lo kerjakan atau usahakan.

By Greatmind x Folkative
26 August 2023