Pernahkah kamu mendengar tentang afeksi?
Prinsip dasar dalam afeksi adalah tentang perasaan untuk dicintai dan disukai. Afeksi adalah salah satu hal yang dibutuhkan oleh setiap individu, ini merupakan kebutuhan yang biasanya ingin kita dapatkan dari orang lain. Termasuk dari hubungan keluarga seperti orang tua dan saudara, guru, sahabat, hingga pasangan.
Sudah banyak pembahasan akan pentingnya afeksi dan pengaruhnya pada kesehatan mental maupun fisik seseorang. Pada penelitian yang dilakukan oleh Floyd pada tahun 2022 dikatakan bahwa saat kita menerima afeksi dari orang lain, hal ini bisa mempengaruhi secara positif kesehatan mental, fisik, serta performa akademis. Jadi, kasih sayang tidak hanya memberikan manfaat secara psikologis tetapi juga fisik.
Saat kita menerima afeksi dari orang lain, hal ini bisa mempengaruhi secara positif kesehatan mental, fisik, serta performa akademis. Jadi, kasih sayang tidak hanya memberikan manfaat secara psikologis tetapi juga fisik.
Sebaliknya, pembahasan akan manfaat yang didapatkan saat memberikan afeksi pada orang lain mungkin masih jarang kita temui. Memang penelitian ataupun pembahasan akan hal ini cukup terlambat dibandingkan manfaat penerimaan afeksi bagi orang lain. Kendati demikian, memberikan kasih sayang pada orang lain nyatanya tidak hanya bermanfaat pada satu pihak saja melainkan kedua belah pihak yang terlibat di dalamnya.
Dalam sebuah penelitian di tahun 2008, diungkapkan bahwa orang-orang yang membagikan kasih sayang pada orang lain dikatakan terbukti lebih bahagia, punya kepercayaan diri yang lebih tinggi, kesehatan mental yang lebih baik, memiliki tingkat stress dan depresi yang lebih rendah. Selain itu juga cenderung memiliki hubungan romantis yang lebih panjang, lebih nyaman dengan hubungan interpersonal, lebih aktif secara sosial, dan tidak terlalu takut dengan kedekatan personal.
Pada penelitian yang sama juga ditemukan beberapa inkonsistensi pada manfaat yang diterima individu saat membagikan afeksi pada orang lain. Hal ini dikatakan sebagai hasil dari latar belakang individu yang juga berbeda-beda.
Menjadi orang yang penuh kasih sayang tentu bukan hal yang terjadi begitu saja. Terlebih setiap orang tentu memiliki latar belakang yang berbeda, mulai dari keluarga, pengalaman, serta tantangan yang dilalui hingga saat ini. Cara pandang kita akan makna kasih sayang juga akan berbeda. Orang yang tumbuh besar di lingkungan keluarga yang terbiasa membahasakan cintanya dengan ungkapan kasih atau pelukan hangat mungkin akan berbeda dengan orang yang tumbuh dari lingkungan keluarga yang lebih memilih saling peduli dalam diam. Saat kita memberikan kasih sayang pada orang lain, ini juga dapat membantu mengurangi depresi dan rasa kesepian kita sendiri.
Orang yang tumbuh besar di lingkungan keluarga yang terbiasa membahasakan cintanya dengan ungkapan kasih atau pelukan hangat mungkin akan berbeda dengan orang yang tumbuh dari lingkungan keluarga yang lebih memilih saling peduli dalam diam
Privilese sebenarnya tidak melulu tentang harta, punya keluarga yang selalu mendukung dan hati yang penuh juga merupakan sebuah keuntungan yang bisa kita bagikan dari orang lain. Saat kita membagikan kasih sayang pada orang lain, kepada sahabat, pasangan, atau bahkan orang tua, sebenarnya tidak hanya membahagiakan mereka tetapi juga diri kita sendiri.
Privilese sebenarnya tidak melulu tentang harta, punya keluarga yang selalu mendukung dan hati yang penuh juga merupakan sebuah keuntungan yang bisa kita bagikan dari orang lain.
Tentu hal ini harus dilakukan kepada satu sama lain dengan teratur, agar kita tidak merasa berbagi sendirian. Saling menyayangi satu sama lain sesama makhluk di bumi juga adalah cara untuk bisa menjadi lebih bahagia.
Referensi:
Floyd, K., Hess, J. A., Miczo, L. A., Halone, K. K., Mikkelson, A. C., & Tusing, K. J. (2005). Human affection exchange: VIII. Further evidence of the benefits of expressed affection. Communication Quarterly, 53(3), 285-303.
Floyd, K. (2002). Human affection exchange: V. Attributes of the highly affectionate. Communication Quarterly, 50(2), 135-152.
Munthe, I. S., & Raharjo, S. T. (2018). Pemenuhan kebutuhan afeksi pada anak (peningkatan kemandirian dan kepercayaan diri di lembaga kesejahteraan sosial anak-LKSA). Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial, 1(2), 119-123.