Masuk ke kantor yang baru, setiap orang punya “isi perut”-nya masing-masing. Bagi mereka yang baru bekerja satu dua tahun setelah lulus kuliah, mungkin prioritasnya adalah mengejar percepatan karier selekas-lekasnya. Sehingga dengan cara apapun pasti mengusahakan untuk bisa berjuang di lingkungan tersebut. Bagi mereka yang sudah lama berpengalaman kerja, prioritasnya mungkin bukan lagi mengejar karier, tetapi keluarganya. Dalam memasuki setiap lingkungan kantor baru, penting untuk belajar #BacaIsiPerutnya supaya kita dapat memahami agenda setiap pribadi yang berbeda-beda di masing-masing kantor kita.
Dalam memasuki setiap lingkungan kantor baru, penting untuk belajar #BacaIsiPerutnya supaya kita dapat memahami agenda setiap pribadi yang berbeda-beda di masing-masing kantor kita.
Perihal diterima atau tidaknya kita di kantor, selalu menjadi dilema. Kalau kita menutup diri, sudah pasti nantinya akan menemukan kesulitan dalam bekerja. Tapi kalau kita terlalu mencari perhatian, bergaul sana-sini, lama-lama rasanya lelah juga melulu menyesuaikan diri dengan orang lain. Bagi saya, diterima orang lain dalam proses adaptasi di kantor itu penting, tapi tetap harus ada batasannya. Tentukanlah sendiri sejauh mana kamu nyaman berinteraksi dan bergaul dengan kolega di kantor, dan atur sendiri batasan-batasan antara ranah privat dan ranah profesional.
Beradaptasi dengan para kolega dapat dimulai dengan sederhana: dari waktu makan siang. Setiap orang pasti, cepat atau lambat, akan butuh makan. Dan setidaknya satu dari tiga kali waktu makan kita dalam sehari pasti kita lakukan di kantor. Bagi saya, disinilah kesempatan yang pas untuk memulai proses adaptasimu. Lewat makan siang dan ngobrol-ngobrol informal, kamu bisa mengetahui kepribadian, hobi, selera humor, sampai selera makan rekan kerjamu. Pengenalan dalam setting informal ini bisa menjadi landasan bagimu untuk membangun hubungan yang baik dengan rekan kerja.
Lewat makan siang dan ngobrol-ngobrol informal, kamu bisa mengetahui kepribadian, hobi, selera humor, sampai selera makan rekan kerjamu. Pengenalan dalam setting informal ini bisa menjadi landasan bagimu untuk membangun hubungan yang baik dengan rekan kerja.
Bagi kamu yang sudah lama bekerja di suatu tempat, tidak ada salahnya untuk mencoba makan siang dengan orang yang berbeda setiap harinya. Dapatkan perspektif, jejaring, dan kawan baru lewat meja makan. Dengan begini, kita dapat memperluas sudut pandang, dan mengumpulkan berbagai informasi yang mungkin dapat berguna untuk pengembangan dirimu ke depannya.
Dalam proses adaptasi, first impression itu baik. Namun, tidak seperti iklan minyak wangi yang sering kita lihat di televisi – kesan pertama bukanlah segalanya. Dalam dunia kerja, setelah kesan pertama, akan lebih penting lagi bagi kita untuk menjaga sikap, performa, dan reputasi nama yang baik secara konsisten untuk jangka panjang. First impression gets you through the door, but your reputation keeps you inside the house. Membuktikan kualitas diri sebagai seorang karyawan yang kompeten lebih signifikan daripada memikirkan bagaimana memberikan kesan pertama yang “begitu menggoda” pada tiap orang.
Dalam dunia kerja, setelah kesan pertama, akan lebih penting lagi bagi kita untuk menjaga sikap, performa, dan reputasi nama yang baik secara konsisten untuk jangka panjang.
Carilah mentor atau sponsor di kantor yang dapat melihat potensi dirimu. Yang dapat membantu “menjual” nama baikmu ke banyak orang, dan membantumu beradaptasi dalam lika-liku politik kantor. Seorang mentor yang baik juga akan senang melihatmu maju, dipromosi, dan naik gaji. Ia akan berbangga mendidikmu dan berbagi panggung kesuksesan denganmu.
Dengan begitu banyak penyesuaian ini, apakah kemudian kita tidak dapat menjadi diri sendiri di kantor? Pertanyaan saya: Siapa sih “diri sendiri” kita? Bukankah kenyataannya kepribadian kita tidak akan bisa sama di aneka ruang sosial yang berbeda? Setiap ruang sosial yang kita masuki memiliki ekspektasi yang berlainan. Contohnya ketika saya di rumah, istri akan mengharapkan saya menjadi ayah yang baik untuk anak kami, dan suami yang baik untuknya. Ketika berada di kantor, atasan saya tidak akan peduli bila saya seorang ayah yang baik atau tidak. Yang dipedulikannya adalah apakah saya bisa mencapai target yang ditentukan perusahaan atau tidak. Lain hal lagi di jalan raya, saya dinilai baik hanya sebatas apakah saya pengemudi yang ahli dan santun, atau tidak.
Bagi saya, menjadi dewasa adalah mengetahui bagaimana menempatkan diri dalam situasi yang berbeda, alih-alih berfokus pada “menjadi diri sendiri” tadi.
Akhir kata, semua pemahaman untuk #BacaIsiPerutnya ini harus didasari dengan satu prinsip yang berbunyi: Jangan menyakiti orang lain. Tanamkanlah prinsip ini baik-baik agar kita tidak menjadi insan yang merugikan orang lain. Kita tentu saja tidak bisa mengendalikan kolega yang memperlakukan kita tidak baik. Tapi kita bisa mengendalikan diri dengan meresponnya dengan baik.
Ingatlah bahwa dunia profesional teramat sempit. Suatu hari nanti kamu niscaya akan bertemu kembali dengan orang-orang tidak menyenangkan yang menyusahkanmu hari ini. Mungkin kolegamu yang kurang menyenangkan di kantor hari ini, lima tahun lagi boleh jadi dapat kamu temui lagi sebagai atasan barumu. Demi karir ke depan yang lancar, janganlah menyakiti, merugikan, dan menyusahkan orang lain.