Menampilkan keramahan bisa jadi salah satu strategi untuk menjalin hubungan kerja yang baik dengan orang lain. Baik dengan kolega maupun dengan klien. Menurut saya, ramah bisa dibagi menjadi dua. Pertama ramah ketika berinteraksi online bisa ditampilkan dengan menggunakan emoticon senyum atau dengan mengakhiri kalimat menggunakan panggilan: Mbak, Mas, Bapak, Ibu, atau menyebutkan nama orang lawan bicara. Sementara yang kedua adalah ramah ketika bertemu langsung. Tentu saja yang paling adalah menjaga intonasi. Diikuti dengan bahasa tubuh yang menunjukkan bahwa kita menghargai mereka seperti melihat mata lawan bicara ketika bicara.
Terutama dalam industri saya bekerja, perfilman, keramahan jadi amat penting untuk jadi perisai bertemu begitu banyak orang yang berbeda-beda. Dalam industri ini, secara tidak sadar sebenarnya saya dituntut untuk selalu ramah dan tidak boleh marah. Industri film di Indonesia belum sebesar Hollywood. Apalagi kita tahu sekarang ini masih terpusat di Jakarta. Jadi kami pasti akan kenal para pelaku di industri ini satu sama lain. Seringkali production house berbagi kru jadi lingkungannya kecil sekali. Jadi, mau tidak mau saya harus bisa menjalin hubungan yang baik, membangun kredibilitas diri yang mumpuni, sebab di kemudian hari bisa jadi saya akan bekerja dengan orang yang sama. Kalau sampai saya terlihat tidak ramah atau bahkan menampilkan perilaku yang membuat orang lain kurang nyaman, saya akan menemukan kesulitan bekerja di industri ini. Awalnya tentu saja saya merasa seperti terpaksa harus baik dan ramah pada semua orang. Tapi lambat laun saya merasa terbiasa. Maka, menurut saya dalam pekerjaan ini saya tidak bisa melibatkan perasaan. Semuanya adalah soal profesionalisme. Bukan personal.
Dalam industri perfilman, saya dituntut untuk bekerja cepat. Jika tidak, saya akan kehilangan kesempatan. Tidak jarang, saya dituntut untuk hadir 24 jam. Entah untuk berinteraksi dengan media, salah satu tim film, atau pemain. Tuntutan yang besar itu membuat saya harus bisa mengatur emosi sebab jika terbawa emosi, saya akan kehilangan waktu untuk melakukan pekerjaan yang lain. Sebagai seorang publisis film, setiap harinya saya harus berinteraksi dengan begitu banyak pemain, media, vendor, dan kru film yang perilakunya tidak bisa ditebak. Dalam satu hari, saya sudah tidak sempat memikirkan perasaan saya seperti apa. Tidak akan punya waktu untuk merasa tersinggung karena perkataan orang lain. Jadi yang paling penting adalah untuk selalu memiliki solusi atas setiap masalah yang dihadapi. Diikuti dengan kepala dingin dan ketenangan hati. Tidak bisa sedikit-sedikit terbawa perasaan. Orang yang profesional menurut saya adalah orang yang tidak mudah terbawa perasaan dalam pekerjaan. Dalam lingkup profesional, yang terpenting adalah menampilkan performa kerja yang baik. Itu saja.
Orang yang profesional menurut saya adalah orang yang tidak mudah terbawa perasaan dalam pekerjaan.
Bicara begini, bukan berarti saya tidak pernah marah seumur hidup dalam pekerjaan. Terutama ketika menyangkut kepentingan banyak orang, saya bisa marah pada pihak-pihak tertentu. Tapi semarah apapun itu, saya berusaha untuk tidak membuat urusannya panjang dan sebisa mungkin membicarakannya baik-baik. Fokus pada solusi ketimbang emosi sebab seperti yang saya bilang tadi, marah-marah hanya akan membuang waktu. Walaupun sebenarnya, saya merasa memang bukan orang yang suka marah-marah. Selain itu juga saya beruntung berada dalam tim thePublicist yang bukan bersumbu pendek. Kalau ada persoalan, kami biasanya saling meredam satu sama lain. Saya juga beruntung karena lebih sering bekerja sama dengan produser-produser yang selalu fokus pada solusi ketimbang emosi. Padahal banyak sekali persoalan dalam proses promosi film yang sangat menantang kesabaran.
Menurut saya, etika bekerja yang baik adalah kunci kesuksesan. Bicara dengan sopan, tidak menyakiti dan menyerang lawan bicara, serta yang paling penting untuk selalu ingat bahwa ketika bekerja kita tidak perlu membawa-bawa masalah personal. Termasuk dapat membedakan antara pertemanan dan pekerjaan. Penting sekali untuk menjaga sikap di depan klien untuk menjaga kredibilitas kita sebagai seorang profesional. Menurut saya, banyak sekali orang yang tidak nyaman bekerja dengan orang lain karena perilakunya. Sekalipun kemampuan intelektualnya baik.
Menurut saya, etika bekerja yang baik adalah kunci kesuksesan