Society Health & Wellness

Menghindari Kesepian di Saat Harus Menyepi

Krisis kesehatan yang sedang dihadapi masyarakat kita memang bisa membuat rasa paranoid untuk keluar rumah meningkat. Bukan hanya takut terjangkit tapi juga untuk membantu mengurangi jumlah penyebaran virus COVID-19. Pilihan untuk mengurangi keberadaan di ruang publik belakangan menjadi pilihan tepat. Sampai-sampai terminologi social distancing atau menjaga jarak dengan manusia lainnya pun dianjurkan (untuk sementara) diterapkan dalam keseharian. Akan tetapi harus disadari bahwa bersosial adalah kebutuhan kita sebagai manusia. Jangan sampai karena ingin tetap sehat dan diam di rumah seharian — atau bahkan mungkin dua, tiga harian, malah memunculkan krisis kesehatan lainnya: kesepian. Di saat seperti sekarang ini nampaknya kita harus mengaktifkan kreativitas agar tetap berada dalam suasana hati yang baik, menghindari kebosanan yang akhirnya menuntun pada rasa sepi yang mengganggu kesehatan pikiran.

Di saat seperti sekarang ini nampaknya kita harus mengaktifkan kreativitas agar tetap berada dalam suasana hati yang baik, menghindari kebosanan yang akhirnya menuntun pada rasa sepi yang mengganggu kesehatan pikiran.

Kala ini sepertinya merupakan keputusan tepat untuk memanfaatkan penciptaan media sosial yang ditujukan untuk mendekatkan yang jauh. Berkata begini bukan berarti juga kita harus menggunakan media sosial 24 jam sehari. Sebaiknya juga jangan berkomunikasi dengan banyak orang lewat media sosial hanya untuk membahas krisis yang sedang dihadapi. Tapi coba pikirkan waktu-waktu berharga yang telah kita lewatkan karena padatnya kesibukan di kantor sampai tidak memberi kabar pada orang tua yang ada di belahan kota lainnya. Atau coba ingat janji pada sahabat lama untuk mendengarkan ceritanya yang sampai sekarang tidak pernah ditepati. Mungkin berada di rumah saat ini, memanfaatkan fitur WhatsApp untuk menanyakan kabar keluarga atau sahabat lewat chat atau video call. Menunjukkan dukungan dan memberi semangat satu sama lain. 

Mungkin berada di rumah saat ini, memanfaatkan fitur WhatsApp untuk menanyakan kabar keluarga atau sahabat lewat chat atau video call. Menunjukkan dukungan dan memberi semangat satu sama lain.

Bagi kamu yang memutuskan untuk bekerja dari rumah, jangan menjadikan ini momen untuk bersantai-santai dengan tidur-tiduran. Justru mungkin momen ini bisa jadi saatnya kamu produktif tanpa harus ikut meeting berjam-jam yang sebenarnya kamu tidak begitu diperlukan. Coba lihat lagi to do list yang selama ini sulit dipenuhi. Cek semua pekerjaan yang tertunda. Pekerjaan yang mungkin sudah dari lama ingin dilakukan tapi terabaikan karena ada pekerjaan lain yang lebih prioritas. Seperti membenahi address book yang penuh dengan kontak-kontak penting untuk kelancaran berjaringan bisnis. Atau membenahi isi laptop yang sudah menumpuk akan dokumen dan segala macam unduhan yang sudah tidak relevan dengan keseharian sampai membuatnya lama memroses data. Kamu juga tetap bisa melakukan konferensi dengan para kolega kantor lewat Skype atau Zoom yang mempermudah meeting jarak jauh. Sehingga tetap bisa bekerja layaknya hari-hari normal meski tidak datang ke kantor. Buat suasana rumah terasa formal selayaknya berada di sana. Mungkin tetap menggunakan pakaian seperti hendak ke kantor agar tidak terasa sedang cuti berlibur di rumah?

Menyepi di rumah juga bisa jadi saat yang tepat untuk melatih otak kreatif kita berpikir out of the box. Misalnya mencoba kemampuan baru di luar pekerjaan yang selama ini tertunda karena alasan tidak ada waktu luang. Belajar memasak atau menggambar dari ribuan video YouTube yang dapat diakses mudah dan tanpa biaya. Menyaksikan tayangan-tayangan serial TV yang sudah sejak lama diunduh tapi belum sempat diputar. Atau menyusun lagu-lagu kesayangan di Spotify untuk menyemangati bekerja. Coba cek juga beragam buku yang sudah dibeli dengan halaman yang sudah terbaca dan disisipi pembatas buku namun belum diselesaikan. Pasti banyak dari kita yang menekan tombol pause pada buku-buku tersebut karena tersela kegiatan lainnya. Lanjutkan kembali bacaan tersebut ketimbang harus terus-terusan membaca thread Twitter tentang seberapa jauh perkembangan COVID-19 dan sudah berapa banyak korban yang terjangkit. Tentu kamu tetap butuh informasi tersebut tapi jangan dijadikan satu-satunya kegiatan.

Mungkin sebagian dari kita masih cukup resah mempertanyakan kapan krisis kesehatan ini akan berlangsung. Tapi satu yang pasti, sebaiknya jangan sampai kita memberhentikan laju kehidupan hingga tidak lagi melakukan apapun. Bagaimana pun juga kita dianugerahi akal budi untuk menemukan beragam cara bertahan hidup. Termasuk bertahan untuk tidak merasakan kesepian. Rasa kesepian datang karena kita memilih untuk merasakan kesepian tersebut. Nyatanya banyak upaya yang bisa dilakukan untuk tidak berada dalam suasana hati sendu seakan hari ini adalah akhir dunia.

Nyatanya banyak upaya yang bisa dilakukan untuk tidak berada dalam suasana hati sendu seakan hari ini adalah akhir dunia.

Related Articles

Card image
Society
Kembali Merangkul Hidup dengan Filsafat Mandala Cakravartin

Mengusahakan kehidupan yang komplit, penuh, utuh, barangkali adalah tujuan semua manusia. Siapa yang tidak mau hidupnya berkelimpahan, sehat, tenang dan bahagia? Namun ternyata dalam hidup ada juga luka, tragedi dan malapetaka. Semakin ditolak, semakin diri ini tercerai berai.

By Hendrick Tanuwidjaja
10 June 2023
Card image
Society
Melatih Keraguan yang Sehat dalam Menerima Informasi

Satu hal yang rasanya menjadi cukup penting dalam menyambut tahun politik di 2024 mendatang adalah akses informasi terkait isu-isu politik yang relevan dan kredibel. Generasi muda, khususnya para pemilih pemula sepertinya cukup kebingungan untuk mencari informasi yang dapat dipercaya dan tepat sasaran.

By Abigail Limuria
15 April 2023
Card image
Society
Optimisme dan Keresahan Generasi Muda Indonesia

Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda pada 2022 lalu, British Council Indonesia meluncurkan hasil riset NEXT Generation. Studi yang dilakukan di 19 negara termasuk Indonesia ini bertujuan untuk melihat aspirasi serta kegelisahan yang dimiliki anak muda di negara masing-masing.

By Ari Sutanti
25 March 2023