Society Food For Thought

Food for Thought: Cerita Tentang Ibu Kota

Sejak di masa sekolah, kita mungkin sudah berkali-kali mendapat pelajaran sejarah. Berbagai kisah tentang perjuangan para pahlawan berjuang melawan penjajah dan segala jerih payah membangun negeri. Namun, pernahkah kita benar-benar secara menyeluruh mencari tahu tentang kota di mana kita lahir dan besar? Faktanya, apa yang terjadi di setiap kota dapat memberikan kita inspirasi atas kehidupan. Entah motivasi untuk membangunnya menjadi lebih baik, ataupun energi untuk tidak lagi mengulang kesalahan yang pernah terjadi di kota tersebut.

Jakarta: History of Misunderstood City by Herald van der Linde (2020)

Ada yang bilang kota Jakarta adalah kota durian. Bukan, bukan karena di sini adalah tempat yang menjadi asal buah durian. Tapi kota ini diibaratkan sebagai sebuah durian. Ketika seseorang menyukai durian, ia akan sangat suka sekali. Bahkan tidak jarang akan ngidam dan merindukan rasanya yang manis dan legit. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak suka, akan benci sekali. Bahkan mencium wanginya saja tidak mau. Begitulah Jakarta, bagi mereka yang cinta, sulit meninggalkannya. Bagi mereka yang benci, hanya sumpah serapah yang terucap dan angan-angan untuk angkat kaki yang ada di kepala.

Bagi Herald van der Linde, penulis buku “Jakarta: History of Misunderstood City”, Jakarta adalah tempat yang sulit dilupakan. Ia yang adalah orang Belanda terkesima akan segala kebudayaan dan keragaman yang ada di ibu kota ini. Terlepas dari segala hiruk-pikuk dan kerumitan yang tinggal. Memiliki privilese untuk mengakses berbagai surat-surat peninggalan dari orang-orang Belanda yang dulu pernah bermukim di Jakarta ketika zaman penjajahan, ia mencoba untuk menguak sejarah yang mungkin belum pernah tercantum di buku lainnya. 

Mulai dari sistem perkotaan di abad ke-16, peradaban suku-suku yang datang dari luar Nusantara seperti Tionghoa, Arab, dan Spanyol, hingga tragedi-tragedi (yang ternyata terus berulang di masa modern) seperti pembunuhan massal suku Tionghoa, tertulis di buku ini. Tidak seperti buku sejarah, Herald mendaraskan setiap fakta bersamaan dengan cerita nenek moyangnya yang pernah tinggal di Batavia dahulu kala. Berbagai nilai-nilai budaya, kemanusiaan, serta nasionalisme tersemat di barisan kata. Seolah ia ingin meluruskan arah mereka yang seringkali memandang Jakarta sebelah mata. 

Londoners oleh Craig Taylor (2012)

Sebagian orang yang berada di luar London sering menduga bahwa kota ini adalah sebuah kota yang sempurna dengan segala macam kemajuannya. Padahal sebenarnya, London sama dengan kota-kota besar lain yang ada di dunia. Ia memiliki kekurangannya sendiri. Sang penulis yang juga seorang jurnalis, melakukan wawancara dengan sejumlah warga London dari berbagai latar belakang. Tidak hanya mereka yang lahir dan besar di London, tapi juga para imigran yang masih mengupayakan status sosial mereka di sana. Semua ras, suku, dan kewarganegaraan yang tinggal di London, memperkaya kota ini sendiri sehingga menjalin kehidupan yang dinamis. 

Tak hanya menceritakan kisah-kisah mereka yang mencari pekerjaan, jodoh, dan tempat tinggal di London, sang penulis juga menggali cerita dari orang-orang yang meninggalkan London dengan berbagai alasan. Segala ingatan atas kota ini bersatu padu membentuk gambaran lengkap tentang London. Kisah personal dan opini individu saja yang tertuang di buku ini juga disempurnakan dengan potongan-potongan sejarah yang krusial untuk London juga tertulis. Salah satunya adalah cerita tentang Margaret Thatcher, perdana menteri perempuan pertama di Inggris. Berbagai opini tentang tokoh bersejarah ini dipaparkan berdasarkan pemikiran para warga sipil. Tidak heran dalam sampul buku tertulis: the days and nights of London now—as told by those who love it, hate it, live it, left it and long for it (gambaran siang dan malam tentang London sekarang ini seperti diceritakan oleh mereka yang cinta, benci, hidup, pergi, dan rindu kota ini).

Related Articles

Card image
Society
Kembali Merangkul Hidup dengan Filsafat Mandala Cakravartin

Mengusahakan kehidupan yang komplit, penuh, utuh, barangkali adalah tujuan semua manusia. Siapa yang tidak mau hidupnya berkelimpahan, sehat, tenang dan bahagia? Namun ternyata dalam hidup ada juga luka, tragedi dan malapetaka. Semakin ditolak, semakin diri ini tercerai berai.

By Hendrick Tanuwidjaja
10 June 2023
Card image
Society
Melatih Keraguan yang Sehat dalam Menerima Informasi

Satu hal yang rasanya menjadi cukup penting dalam menyambut tahun politik di 2024 mendatang adalah akses informasi terkait isu-isu politik yang relevan dan kredibel. Generasi muda, khususnya para pemilih pemula sepertinya cukup kebingungan untuk mencari informasi yang dapat dipercaya dan tepat sasaran.

By Abigail Limuria
15 April 2023
Card image
Society
Optimisme dan Keresahan Generasi Muda Indonesia

Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda pada 2022 lalu, British Council Indonesia meluncurkan hasil riset NEXT Generation. Studi yang dilakukan di 19 negara termasuk Indonesia ini bertujuan untuk melihat aspirasi serta kegelisahan yang dimiliki anak muda di negara masing-masing.

By Ari Sutanti
25 March 2023