Ketika mendengar kata “seks” seringkali kita langsung memberikan konotasi negatif. Merasa kata tersebut bukanlah kata yang lumrah untuk diucapkan di keseharian kita. Membuat kita merasa seakan berdosa ketika leluasa membicarakannya. Memang, di Indonesia masih terdapat nilai agama dan budaya yang kental di mana seks adalah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Terdapat ajaran bahwa seks di luar nikah adalah dosa sehingga selalu menjadi topik yang dijauhkan dari diskusi. Saking dianggap tabu, tidak sedikit pasangan yang sudah menikah belasan tahun bahkan tidak pernah membahas seks. Terlepas dari kualitas hubungan seks mereka sendiri.
Belum lagi dengan adanya ketimpangan di masyarakat terkait gender. Di tengah masyarakat kita masih ada ketimpangan antara pria dan wanita berbicara soal seks. Berangkat dari norma dan kultur yang dianut masyarakat, wanita seolah dianggap menjadi rakyat kelas dua yang harus dijaga. Pemahaman ini bahkan tak jarang membuat wanita seperti disamakan dengan benda layaknya mahkota, permen dan sebagainya. Otomatis posisi wanita dibuat tidak sejajar dengan pria. Sehubungan dengan seks, banyak pria yang justru dikagumi jika bisa menaklukkan wanita. Berbeda dengan wanita yang dicap wanita tidak baik-baik jika bisa secara terbuka membicarakan seks. Padahal seks seharusnya bisa menjadi bahasan yang umum dan dibicarakan oleh kedua gender. Kapan pun kita butuh membicarakan seks kita bisa membicarakannya. Tidak lagi kaku dan membuatnya asing untuk didiskusikan. Kami berbicara dengan Jenny Jusuf, praktisi holistic sexuality, yang menjelaskan pengaruhnya bagi diri sendiri ketika bisa berbicara tentang seks dengan lebih leluasa.
Greatmind (G): Mengapa kita harus berhenti menganggap diskusi soal seks itu tabu?
Jenny Jusuf (JJ): Jika kita bisa membicarakan seks dengan leluasa akhirnya kita bisa lebih sadar pada isu yang tidak terakses selama ini. Contohnya sexually transmitted diseases atau penyakit kelamin yang menular, kesehatan organ reproduksi, dan pastinya soal relasi seksual dengan pasangan. Banyak wanita tidak tahu cara mencapai orgasme. Banyak juga pria yang tidak tahu cara membuat wanita orgasme. Saya pernah menemukan satu kasus di mana seorang pria sudah menikah belasan tahun, sudah punya 3 orang anak tapi tidak pernah tahu bagaimana memuaskan hasrat seksual istrinya. Dan sekarang mereka sudah cerai. Padahal hal seperti ini bisa dihindari dengan adanya komunikasi dua arah tentang relasi seksual mereka.
Jika kita bisa membicarakan seks dengan leluasa akhirnya kita bisa lebih sadar pada isu yang tidak terakses selama ini.
G: Lalu selain untuk para pasangan apakan membicarakan soal seks secara terbuka bisa berguna untuk mereka yang mungkin belum menikah?
JJ: Tentu saja. Membicarakan seks dengan terbuka juga bisa membuat remaja tidak lagi perlu takut untuk bertanya pada orang tuanya sehingga tidak perlu mencari informasi kurang akurat di luar sana. Akhirnya karena salah mencari informasi tidak sedikit orang yang mendapat referensi dari film porno. Sementara film porno sama sekali bukan panduan edukasi seks yang benar. Bagaimanapun juga film porno dibuat untuk kepentingan komersil. Bukan representasi kehidupan seks pada umumnya.
G: Oya? Apa pengaruh dari menonton porno terhadap kehidupan seks seseorang?
JJ: Saya pernah mendapatkan sejumlah pesan dengan isi di mana pria mengharapkan sang wanita untuk melakukan sesuatu yang tak bisa dilakukan. Sampai-sampai harapan itu menjadi beban bagi para wanita dan malah membuat wanita tidak bisa menikmati seks. Seakan-akan pemuasan kebutuhan seksual bukan sesuatu yang penting bagi perempuan. Kenyataannya wanita yang mengenal dirinya sendiri tanpa memiliki rasa malu atau aib untuk melakukan eksplorasi diri bisa mencapai orgasme yang lebih tinggi dari pria.
G: Apa pengaruhnya jika merasa sulit membicarakan soal seks?
JJ: Menurut saya lebih baik kita bisa membicarakan soal seks secara gamblang ketimbang disimpan sendiri. Manusia tidak bisa pura-pura membohongi dirinya akan keingin-tahuan soal sesuatu. Kalau disimpan dan disembunyikan, energi yang tidak disalurkan akhirnya mencari jalan lain yang tidak berakhir baik. Bisa saja tanpa pengetahuan seks yang cukup ia malah terkena penyakit kelamin atau hamil di luar nikah.
Kalau disimpan dan disembunyikan, energi yang tidak disalurkan akhirnya mencari jalan lain yang tidak berakhir baik.
G: Selain itu manfaatnya untuk diri sendiri apa?
JJ: Ketika menjelajahi tubuh kita jadi tahu titik-titik mana yang menyenangkan untuk kita. Hal-hal seperti apa yang buat kita nyaman. Saat mendapatkan pemahaman tentang diri sendiri yang mumpuni kita jadinya juga bisa membantu pasangan untuk memuaskan kita karena kita sudah kenal diri sendiri. Sehingga seks bukan sekadar aktivitas dua orang berhubungan intim.
Ketika menjelajahi tubuh kita jadi tahu titik-titik mana yang menyenangkan untuk kita. Hal-hal seperti apa yang buat kita nyaman.
G: Jadi sebenarnya pengetahuan dan diskusi tentang seks itu bisa dibilang menjadi cara kita mengenal diri sendiri lebih baik?
JJ: Ya, tepat. Seks adalah kegiatan mengenal diri sendiri di mana kita berbagi dengan orang yang kita cintai. Sekarang bagaimana kita mau intim dengan seseorang kalau kita tidak tahu apa yang ingin kita bagikan dengan orang tersebut. Seolah-olah seperti main tebak-tebakan. Kalau menyenangkan syukur, kalau tidak ya sudah. Dengan demikian kita juga jadi bisa menghadirkan komunikasi terbuka dengan pasangan. Bisa terbuka bilang, “Aku tidak suka di bagian itu, tapi aku suka kalau kamu melakukan ini.” Diskusi ini hanya akan terjadi apabila kita sudah bisa mencintai dan mengenal diri sendiri.