Hampir semua orang mengetahui kisah Malala Yousafzai, seorang gadis asal Palestina peraih nobel perdamaian termuda di saat usianya masih 17 tahun. Saat usianya 15 tahun, ia ditembak oleh tentara Taliban ketika ia sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah. Peluru menyerempet sisi kiri kepalanya, namun ia berhasil selamat setelah berbulan-bulan menjalani sejumlah operasi. Ia menjadi target penembakan karena ia aktif berbicara di depan publik, untuk menyuarakan tentang pentingnya pendidikan dan hak bagi perempuan untuk belajar.
Tidak jauh berbeda dengan Malala, bertahun-tahun sebelumnya, Nelson Mandela pun pernah berucap dalam pidatonya yang lantas banyak dikutip dalam sejumlah literasi. Ia menyebutkan bila pendidikan adalah senjata yang ampuh untuk mengubah dunia, dan rasanya kita semua sepakat akan hal ini. Pendidikan adalah suatu hal penting serta berhak bagi setiap orang dapatkan.
Setiap tantangan yang kita miliki memang tidak akan selalu sama. Namun, sama-sama akan ada selalu jalan keluar di depan mata bila kita mau mencoba melihat dan mengahadapinya.
Mungkin, permasalahan yang kita hadapi terkait pendidikan tidak sama dalam konteks Malala ataupun orang lain di belahan bumi lain. Setiap tantangan yang kita miliki memang tidak akan selalu sama. Namun, sama-sama akan ada selalu jalan keluar di depan mata bila kita mau mencoba melihat dan mengahadapinya. Rasanya pun, kita tidak mungkin akan selalu terhindar dari masalah. Akan selalu ada satu atau dua yang biasanya menanti, karena mau tidak mau, itu adalah cara bagi kita berproses dan bertumbuh. Termasuk, mengenai lanskap pendidikan di masa pandemi dan normal yang baru seperti saat ini, yang kini tengah mengalami perubahan serta penyesuaian.
Mengingat tidak mungkinnya melangsungkan pelajaran dengan melibatkan banyak orang berkumpul di satu tempat seperti sediakala, secara umum, seluruh sistem pendidikan di dunia, termasuk Indonesia, berubah ke arah digital dalam aktivitas yang dijalankannya. Mulai dari bagaimana pengajar menyampaikan materi, pengumpulan tugas, hingga kegiatan komunikasi dua arah yang berlangsung antara pengajar dan siswa menjadi berpindah ke ranah digital. Walaupun mungkin banyak hal yang masih perlu dipersiapkan dan dibenahi agar pendidikan yang berlangsung secara digital dapat berjalan efektif serta mampu merangkul banyak orang, namun pelan-pelan Indonesia mulai mengadaptasi sistem baru ini dan melakukan trial and error dalam perkembangannya. Sebuah transisi tidak selalu berjalan mudah pada awalnya, tapi pada akhirnya, kita mulai akan terbiasa dan berhasil melewatinya.
Sebuah transisi tidak selalu berjalan mudah pada awalnya, tapi pada akhirnya, kita mulai akan terbiasa dan berhasil melewatinya.
Masih terkait pendidikan, suatu pelajaran memang bisa diperoleh dari mana saja. Namun, untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas, kadangkala, perlu terdapat biaya yang tidak sedikit untuk memperolehnya di segala jenjang. Apalagi, biaya pendidikan cenderung untuk meningkat di setiap tahunnya. Secara bijak, kita harus mengatur anggaran dan memanfaatkan fasilitas perbankan yang ada bila kita ingin mencapai tujuan perencanaan keuangan yang kita inginkan. Menyiasati hal ini PermataKTA menawarkan sebuah solusi untuk membantu memberikan pendidikan terbaik untuk kita di segala jenjang pendidikan dalam bentuk fasilitas penyediaan dana tunai mulai dari Rp5 juta hingga Rp300 juta, proses pengajuan untuk dana ini 100% dilakukan online melalui PermataMobile X dengan persyaratan yang mudah dan bunga mulai dari 0,88%. Karena pendidikan begitu berarti untuk masa depan, bersama PermataKTA, mari kita wujudkan pendidikan terbaik saat ini juga.