Sepertinya kian hari negara kita menjadi negara yang begitu terbuka dengan berbagai kesempatan. Walaupun masih dikenal sebagai negara patriarki, Indonesia sudah tidak lagi seperti di zaman R.A Kartini dulu di mana wanita tidak boleh memiliki pekerjaan tinggi. Bahkan hanya boleh mengurus kerumah-tanggaan atau mengerjakan tugas yang dianggap feminin seperti menjahit dan memasak. Meskipun masih ada juga sebagian orang yang masih kurang setuju dengan posisi wanita dalam dunia pekerjaan namun negara kita makin menunjukkan bahwa dunia pekerjaan untuk semua gender.
Dewasa ini Indonesia sedang membuka banyak celah untuk teknologi. Bayangkan saja begitu banyaknya situs, aplikasi, serta produk dan servis digital yang menjamur di mana membutuhkan sumber daya manusia untuk mengurusnya. Sayangnya di industri ini, tidak banyak wanita dengan kepemimpinan tinggi yang dapat dijadikan contoh untuk bisa jadi panutan untuk memotivasi anak-anak wanita untuk menekuni industri ini. Seolah-olah industri ini dikenal pekat dengan para laki-laki. Padahal para wanita pun memiliki kemampuan yang sama untuk berada di dalamnya juga. Kesadaran bahwa tidak banyak wanita di bidang teknologi di Indonesia mendorongku – yang notabene bekerja sebagai software engineer, untuk memulai sesuatu.
Pemikiranku ini pun disambut baik oleh Nadine Siregar (Pendiri Generation Girl). Dia memikirkan hal yang sama dan sedang merintis Generation Girl dari awal. Kemudian mengajakku untuk membantunya menjadi web developer. Aku memang hobi membuat situs menggunakan HTML, CSS, dan Javascript di waktu luang, maka jadilah aku bergabung ke Generation Girl sebagai salah satu perintis awal. Alasan lain kami mendirikan komunitas ini pun karena kami ingin menyuarakan kesetaraan gender di industri teknologi. Pun menghilangkan stigma bahwa industri ini hanya untuk lelaki. Jika stigma ini hilang, wanita akan punya lebih banyak opsi untuk berkarier dan menekuni kemampuanya di bidang apapun.
Jika stigma industri teknologi hanya untuk lelaki bisa hilang, wanita akan punya lebih banyak opsi untuk berkarier dan menekuni kemampuanya di bidang apapun.
Faktanya adalah potensi wanita di industri teknologi sangat besar apalagi dengan banyaknya perusahaan digital di Indonesia yang memang mencari talenta, baik itu wanita atau pria, untuk terjun ke industri ini. Menurutku para wanita Indonesia juga sudah sangat melek teknologi. Kalau bisa kirim surel, bisa daftar untuk suatu akun, bisa bersosial media, aku rasa itu standar bagiku bahwa seseorang itu melek teknologi. Sekarang tinggal ditingkatkan lagi rasa keingintahuannya. Bagi pengguna Instagram misalnya, tanyakan pada diri sendiri tentang bagaimana Instagram diciptakan, bagaimana cara membuat visual yang kita lihat di sejumlah aplikasi, atau bagaimana cara kita bisa mendapatkan data. Untuk membantu para wanita memperluas ketertarikannya, Generation Girl pun membuat berbagai program untuk para wanita muda dengan kategori: (1) Rookie: wanita umur 12-16 tahun dan tertarik untuk belajar suatu yang baru, (2) Mentor: wanita di perkuliahan atau sudah berpengalaman kerja dan berada di bidang yang mereka akan ajari. Misalnya desainer, software developer, mobile developer, dan (3) Coordinators: wanita atau pria yang punya minat terhadap pemberdayaan perempuan Indonesia melalui jalur pendidikan di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika.
Aku rasa sebagai wanita di masa modern kita harus merasa beruntung dengan beragam kesempatan yang mungkin didapatkan. Aku pun merasa amat beruntung dapat menjadi segelintir wanita di Indonesia yang bisa menjadi role model bagi wanita lain yang ingin terjun ke industri yang sama. Terutama karena di perusahaan tempatku bekerja juga sangat mendukung. Aku merasa sama sekali tidak merasa terintimidasi dengan dominasi pria di dalamnya. Justru pengalaman yang sejauh ini adalah lingkungan yang terbuka dan sedikit drama. Kebanyakan rekan-rekan di kantor sangat terbuka untuk mengajarkan teknik, topik, dan berbagi gagasan tanpa membedakan gender.
Sebagai wanita di masa modern kita harus merasa beruntung dengan beragam kesempatan yang mungkin didapatkan.
Pemberdayaan wanita di Indonesia pun sudah semakin diakui banyaknya pemimpin wanita di berbagai macam industri di Indonesia. Hanya saja, aku masih melihat yang perlu ditingkatkan adalah penyesuaian ulang bagi wanita yang ingin kembali ke dunia kerja setelah beberapa tahun tidak bekerja; baik itu karena mengurus anak atau alasan lain. Perlu ada penyuluhan atau mungkin program yang bisa memastikan semua wanita yang ingin kembali bekerja bahwa mereka bisa dan mereka punya dukungan untuk melakukan itu. Mungkin dengan technical training ulang yang bisa digunakan untuk pekerjaan berikutnya.
Yang perlu ditingkatkan adalah penyesuaian ulang bagi wanita yang ingin kembali ke dunia kerja setelah beberapa tahun tidak bekerja; baik itu karena mengurus anak atau alasan lain.
Intinya adalah para wanita harus mulai mau terbuka dengan hal-hal baru dan memiliki kemauan untuk beradaptasi di lingkungan baru yang mungkin tampak asing. Menurutku faktor sukses di lingkungan pekerjaan baru ada banyak sekali. Tapi terdapat dua hal yang aku kira sangat penting. Pertama sikap. Kita harus tahu dengan siapa kita bekerja. Selalu berupaya untuk menjadi anggota tim yang baik di dalam tim kecil maupun besar. Baik itu dengan cara berkomunikasi secara sopan dan beradab. Punya rasa empati yang tinggi dan mau menolong siapapun yang perlu bantuanmu. Kedua secara teknis kita harus mau mempelajari alur bisnis sesuai juridiksi pekerjaan. Seorang programmer, contohnya, harus mempelajari dasar coding. Mengetahui bagaimana membuat data setelah diambil kemudian bagaimana data itu menjadi User Interface dari aplikasi yang dibuat. Lalu jangan pernah lupa untuk mengembangkan kedua faktor itu menjadi lebih baik.