Society Lifehacks

Tuntutan‌ ‌Sekolah‌ ‌di‌ ‌Luar‌ ‌Negeri

Alanda Kariza

@alandakariza

Penulis & Pebisnis Sosial

Sangatlah wajar jika sebagian orang memiliki pandangan bahwa bersekolah di luar negeri bisa meningkatkan taraf hidupnya lebih baik. Terutama masyarakat di negara-negara berkembang seperti di Indonesia yang memandang sekolah di negara-negara maju menawarkan pendidikan yang lebih baik. Akan tetapi seringnya mereka juga cenderung mengabaikan hal-hal yang lebih spesifik seperti pemilihan jurusan dan sekolah dengan kredibilitas tertentu. Tidak semua sekolah di luar negeri lebih bagus dari Indonesia. Tergantung jurusannya apa dan sekolahnya di mana.

Sama halnya dengan mengejar beasiswa untuk sekolah di luar negeri. Sebenarnya semua orang berhak mendapat beasiswa. Tapi saya cukup menyayangkan kurangnya kesadaran akan tujuan mengejar beasiswa itu sendiri. Masih banyak orang yang kurang bisa memanfaatkan beasiswa dengan baik. Bahkan saya masih mendengar ada orang yang bilang mau mendapat beasiswa hanya karena bosan tinggal di Jakarta. Kesannya beasiswa menjadi jalan pintas sebab ia tidak tahu tujuan hidupnya seperti apa. Terkadang yang mereka bayangkan hanya hal-hal yang enak saja sebab melihat para penerima beasiswa yang posting hal-hal menyenangkan ketika bersekolah di luar negeri. Foto mereka jalan-jalan di benua Eropa atau benua lainnya seolah memberikan gambaran bahwa sekolah di luar negeri enak sekali. Padahal faktanya banyak juga pelajar Indonesia yang sampai masuk rumah sakit karena tidak sanggup menerima tekanan belajar yang tinggi. Sebab sekolah di luar negeri tidak semudah dan seindah yang ditampilkan di media sosial. Tidak juga semerta-merta menjadi jawaban semua masalah hidup. 

Sekolah di luar negeri tidak semudah dan seindah yang ditampilkan di media sosial. Tidak juga semerta-merta menjadi jawaban semua masalah hidup. 

Menurut saya penggambaran tersebut juga seringkali diberikan oleh pihak-pihak yang sering menjadi pembicara tentang sekolah di luar negeri. Masih banyak yang tidak memberikan gambaran seimbang antara suka dukanya. Sehingga orang yang mendengar sering salah kaprah dan merasa kesuksesan mereka berasal dari bersekolah di luar negeri. Lihat saja bagaimana media kita menyoroti sosok selebriti yang diterima di sekolah top seperti Harvard dan Stanford. Sehingga secara tidak sadar memberikan gagasan pada masyarakat bahwa itulah target hidup yang harus dicapai. Kenyataannya semua orang punya kesempatan dan awal kesuksesan yang berbeda-beda. Bukan berarti dia yang bersekolah di Harvard dan sukses kita pun harus melakukan itu. Bersekolah di luar negeri bukan sebuah keharusan apalagi menjadi satu-satunya kunci sukses. Semua orang punya jalan masing-masing. Seperti juga ketika kita melihat Youtuber yang punya mobil dan rumah mewah. Apakah harus kita jadi Youtuber untuk mendapatkan itu? Tidak juga, kan? 

Bersekolah di luar negeri bukan sebuah keharusan apalagi menjadi satu-satunya kunci sukses. Semua orang punya jalan masing-masing.

Akan tetapi kalau memang menurut kamu jalan untuk mencapai tujuan adalah dengan mengejar beasiswa atau sekolah di luar negeri juga tidak apa-apa. Asal sadar betul bahwa langkah tersebut bisa dijalani sungguh-sungguh. Bukan sekadar hanya ingin seperti orang lain. Akan lebih bijak jika sebelum mendaftar beasiswa kita bisa memikirkan dulu apakah beasiswa itu bisa menjawab tujuan hidup dan apa yang ingin dicapai. Sebab belum tentu semua tujuan hidup bisa dijawab dengan sekolah di luar negeri. Kadang kalau mau jadi wirausaha, contohnya, tidak perlu harus dapat gelar dari Harvard dulu. Bisa dimulai dengan buka warung kecil-kecilan atau kuliah bisnis paruh waktu sambil mengembangkan usaha. Lalu kalau memang bercita-cita tinggal di luar negeri bisa cari kerja di luar negeri atau mendaftar visa working holiday di mana kita bisa bekerja sambil berlibur di negara-negara tertentu.  Sekolah bonafit dan jenjang pendidikan tinggi memang bisa membantu mencapai kesuksesan. Tapi seperti pepatah mengatakan: “banyak jalan menuju roma”. Mungkin beasiswa atau sekolah di luar negeri menjadi salah satu jalan menuju roma, tapi bukan satu-satunya. Masih banyak hal yang bisa membantu kita mencapai kesuksesan seperti: kerja keras, kesempatan, jejaring, kepemimpinan, pengalaman kerja dan banyak lagi. 

Akan lebih bijak jika sebelum mendaftar beasiswa kita bisa memikirkan dulu apakah beasiswa itu bisa menjawab tujuan hidup dan apa yang ingin dicapai. Sebab belum tentu semua tujuan hidup bisa dijawab dengan sekolah di luar negeri.


Sebenarnya saya pun berharap pemberian beasiswa tidak hanya mempertimbangkan kualifikasi pendidikan dan kemampuan saja (merit based) tapi juga kebutuhan (needs based). Sebab masih banyak dari mereka yang tidak memiliki akses untuk menempuh pendidikan. Jangankan pendidikan tinggi, sekolah dasar saja belum tentu bisa. Jika beasiswa hanya mempertimbangkan kualifikasi pendidikan dan kemampuan saja nantinya orang-orang yang benar-benar butuh karena tidak punya dana jadi tidak punya kesempatan. Sedangkan mereka yang sudah punya privilege (hak istimewa) memiliki kesempatan lebih besar mendapat beasiswa karena mereka memiliki awal (headstart) yang lebih baik dengan kecukupan gizi, pendidikan, dan finansial yang dimiliki orangtua semasa kecil. Saya pikir sudah sepantasnya mereka yang prestasinya kalah saing karena harus bekerja sembari sekolah dan membantu orangtua bisa mendapatkan kesempatan yang sama baiknya. Sayang sekali kalau kesempatan beasiswa yang bisa digunakan tidak hanya untuk diri sendiri melainkan juga untuk memajukan negara tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya. Nyatanya saya masih menemukan banyak orang yang mendapat beasiswa dengan syarat untuk kembali ke Indonesia dan mengembangkan potensi negara malah tidak kunjung merampungkan misinya. Padahal masih ada orang-orang yang benar butuh dan punya niat besar memajukan negeri ini.

Related Articles

Card image
Society
Kembali Merangkul Hidup dengan Filsafat Mandala Cakravartin

Mengusahakan kehidupan yang komplit, penuh, utuh, barangkali adalah tujuan semua manusia. Siapa yang tidak mau hidupnya berkelimpahan, sehat, tenang dan bahagia? Namun ternyata dalam hidup ada juga luka, tragedi dan malapetaka. Semakin ditolak, semakin diri ini tercerai berai.

By Hendrick Tanuwidjaja
10 June 2023
Card image
Society
Melatih Keraguan yang Sehat dalam Menerima Informasi

Satu hal yang rasanya menjadi cukup penting dalam menyambut tahun politik di 2024 mendatang adalah akses informasi terkait isu-isu politik yang relevan dan kredibel. Generasi muda, khususnya para pemilih pemula sepertinya cukup kebingungan untuk mencari informasi yang dapat dipercaya dan tepat sasaran.

By Abigail Limuria
15 April 2023
Card image
Society
Optimisme dan Keresahan Generasi Muda Indonesia

Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda pada 2022 lalu, British Council Indonesia meluncurkan hasil riset NEXT Generation. Studi yang dilakukan di 19 negara termasuk Indonesia ini bertujuan untuk melihat aspirasi serta kegelisahan yang dimiliki anak muda di negara masing-masing.

By Ari Sutanti
25 March 2023