Perundungan atau bullying dalam bentuk apapun adalah sebuah epidemik. Ironisnya, Indonesia berada dalam salah satu urutan tertinggi untuk kasus bullying di dunia. Inilah mengapa sebenarnya kita harus mulai membuka mata untuk melihat bahwa bullying merupakan masalah yang kita hadapi sehari-hari dan harus diselesaikan. Kalau kita mau negara kita semakin jaya, maju, masyarakatnya pun harus tumbuh dalam lingkungan yang sehat, positif dan mendukung perkembangan. Sebab seseorang yang mengalami bullying, terutama dari kecil, sistem kepercayaan dirinya bisa terganggu hingga dewasa. Tentu saja masa depannya juga akan terganggu. Menurutku, kita harus menyadari bahwa tidak semua orang bisa merasa cukup kuat untuk bangkit dari trauma-trauma yang pernah dialami. Orang-orang yang mentalnya kuat sekalipun bisa tetap merasakan luka yang mendalam setelah melewati pengalaman menyakitkan.
Kalau kita mau negara kita semakin jaya, maju, masyarakatnya pun harus tumbuh dalam lingkungan yang sehat, positif dan mendukung perkembangan.
Sayangnya, aku merasa banyak media-media di Indonesia masih menampilkan perilaku bullying yang dianggap normal. Bagaimana generasi selanjutnya bisa belajar apa yang benar dan salah kalau contoh yang mereka lihat seringnya negatif. Aku ingin sekali melihat anak-anak Indonesia di masa depan bisa terus berkembang, membuat generasi sebelumnya bangga dan dapat terpandang di mata dunia. Aku percaya salah satu cara yang paling baik untuk mewujudkannya adalah dengan meningkatkan kepercayaan diri pada jiwa-jiwa anak muda tersebut. Jadi masyarakat harus peduli dengan masalah bullying ini. Kalau tidak bagaimana kita bisa membantu para korban? Semuanya dimulai dari berkesadaran. Ketika seseorang tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya terhadap orang lain sebenarnya bentuk dari penindasan, bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah tersebut?
Apalagi sekarang ini media sosial menjadi bagian besar yang meningkatkan perilaku bullying. Disebut cyber bullying, perilaku ini sangat sering terjadi di sekitar kita dan terbilang cukup membahayakan. Terutama untuk anak-anak dan para remaja. Masa remaja adalah masa di mana kita masih mencari jati diri. Media sosial, secara tidak disadari, bisa membuat mereka tertekan dan mendorong untuk membandingkan diri dengan orang lain. Dampaknya tentu akan jadi negatif. Aku percaya terkadang kalau kita masih remaja, meskipun orang tua bilang, “Nggak usah peduli apa yang orang lain bilang”, tapi pasti akan tetap sulit karena para remaja masih sangat dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Sekalipun mereka sudah berusaha keras tidak terpengaruh. Saat ada orang yang mengomentari mereka di media sosial, mereka akan tetap sedih hingga mempertanyakan diri sendiri, “Apa yang salah dengan saya? Apa yang sudah saya lakukan?”.
Lalu, ada pula verbal bullying atau penindasan secara verbal. Entah dari teman-teman di sekolah atau lingkungan pekerjaan, secara langsung atau lewat voice chat, itu semua bentuk penindasan. Secara sosial, banyak juga bentuk-bentuk yang dapat dikategorikan menjadi sebuah penindasan. Seperti kalau kita lihat di film-film, ada seorang anak yang dijauhkan oleh satu grup pertemanan. Membuatnya merasa seakan ada yang salah padanya. Padahal tidak. Namun, memang yang paling membuatku sedih adalah physical bullying atau penindasan secara fisik. Aku banyak sekali baca berita, anak-anak sekolah di indonesia mengalami physical bullying dan terkadang mereka tidak mendapatkan keadilan yang pantas. Justru mereka diabaikan begitu saja.
Aku sendiri tidak terlepas dari bullying. Meskipun aku bersyukur sekali tidak pernah mengalami penindasan secara fisik. Tapi verbal atau cyber bullying seolah menjadi makananku setiap hari. Dulu waktu baru masuk ke dunia hiburan, aku mungkin artis pertama yang punya aksen. Seringkali aku mencoba menjelaskan pada media tapi mereka tidak mau mendengarkan bahwa aku tidak tumbuh besar di Indonesia. Bahasa pertamaku adalah Bahasa Inggris, dan aku bersekolah di sekolah internasional. Jadi, bahasa akademik yang dikuasai adalah Bahasa Inggris.
Dulu aku merasa cukup terganggu karena mungkin faktor usia yang masih remaja, masih mencari identitas diri. Mungkin sebenarnya kebanyakan dari mereka suka dengan aksenku dan merasa itu menghibur mereka. Tapi perspektif aku sebagai remaja saat itu membuatku merasa mereka mengejek. Sejak itu aku sering memiliki negative self-talk di benak. Sampai-sampai aku sering berpikir, “Apa yang sudah aku lakukan sehingga aku mendapatkan cemoohan seperti ini? Salahku apa?”. Dulu aku tdak mengerti bahwa itu bukan salahku. Mungkin hanya mereka yang tidak memiliki kepedulian sebesar itu untuk menempatkan diri di posisiku yang masih remaja.
Setelah beranjak dewasa, aku belajar untuk tidak mendengarkan orang-orang yang negatif. Aku menyadari bahwa selain ejekan mereka tidak membantuku menjadi seseorang yang lebih baik, kritik yang diberikan juga tidak konstruktif. Jadi, buat apa aku mendengarkannya kalau niat mereka saja tidak baik? Setahun belakangan, aku juga belajar arti memaafkan. Aku menemukan ternyata memaafkan sangat bermanfaat bagi diri sendiri. Setiap orang pasti mengalami trauma atau hal buruk dalam hidup yang mungkin didapatkan dari pengaruh luar diri. Tapi kita semua berhak bahagia, sehingga kalau kita terus menyimpan memori-memori menyakitkan dalam pikiran, bagaimana kita bisa bangkit? Hanya dengan memaafkan kita bisa mulai belajar untuk bahagia. Alhasil, belakangan aku merasa jauh lebih damai dan tenang.
Hanya dengan memaafkan kita bisa mulai belajar untuk bahagia.
Aku pun percaya bahwa seseorang yang suka menindas orang lain, sebenarnya mereka mungkin memiliki kehidupan yang sangat menyedihkan atau pernah disakiti. Maka, ia menyakiti orang lain karena ingin membuat orang lain merasakan kesakitan mereka. Menurutku, langkah terbaik yang bisa kita lakukan pada mereka adalah abaikan perilakunya yang menyakiti kita. Lagipula, kita tidak bisa membuat semua orang menyukai kita. Kalau ada orang yang tidak suka hingga ingin menjatuhkan kita, tidak perlu dihiraukan. Kita semua punya jalan hidup masing-masing di mana kita perlu fokus dengan gol dan target dalam hidup. Jangan biarkan hal negatif dari orang lain membuat kita mempertanyakan kemampuan kita. Lebih baik buktikan bahwa yang mereka pikirkan tentang kita salah. Work hard, achieve your dreams. Nantinya mereka sendiri yang akan menyesal telah menyakiti kalian di masa lalu.
Aku merasa bersyukur sekali dengan makna namaku dan karena itu pula aku merasa seolah bertugas untuk menyebarkan cinta. Aku tahu mungkin ini terasa menggelikan. Tapi dunia kita sekarang ini butuh lebih banyak cinta sebab dunia kita sudah penuh dengan kesedihan dan trauma. Kalau kita bisa berbagi rasa kasih sayang, kenapa tidak? Dengan pemikiran ini, aku pun membuat sebuah platform bernama “Surat Dari Cinta” di Instagram yang menyediakan ruang untuk orang-orang berbagi cerita. Nantinya, cerita-cerita mereka akan kami kurasi dan dijadikan buku. Aku percaya semakin kita berani bicara tentang kesulitan, kita akan semakin dekat dengan solusi permasalahan. Berbagi cerita juga dapat melepaskan rasa sakit di hati kita. Nantinya, akan ada psikolog juga yang akan membantu menjawab masalah-masalah para follower.
Aku percaya semakin kita berani bicara tentang kesulitan, kita akan semakin dekat dengan solusi permasalahan.
Selain itu, aku juga membuat program baru di Youtube dengan nama: Bicara Cinta yang berada dalam satu akun Youtube bernama Puella. Kata "Puella" ini sengaja aku pilih karena dalam Bahasa Latin, artinya adalah perempuan kuat, percaya diri dan independen. Dalam akun Youtube ini, kami ingin mengajak para remaja hingga dewasa muda untuk terpengaruh hal-hal positif. Aku merasa di Indonesia masih kurang menampilkan acara-acara TV dengan menampilkan role model yang membantu membentuk pola pikir positif. Jadi, aku akan mengundang para tamu yang masih muda dengan pemikiran dan perilaku positif mereka. Aku meyakini ini bisa jadi salah satu cara agar anak-anak muda belajar yaitu dengan melihat cara pikir idola mereka.
Aku berharap serangkaian program ini bisa membuat kita membantu satu sama lain untuk sembuh dari bullying dan membantu untuk saling membangun. Misi aku adalah untuk membuka hati dan pikiran orang-orang untuk menyadari risiko yang berdampak dari bullying. Aku merasa semua orang layak dan pantas berada di lingkungan yang sehat dan kalau aku bisa berkontribusi membuat situasi ini membaik, kenapa tidak? Karena sekarang, karierku di dunia hiburan bukan tentang menghasilkan lebih banyak uang atau lebih terkenal. Aku berada di fase di mana aku ingin segala karya yang aku buat; entah itu film, serial TV, atau buku, semuanya punya dampak yang positif untuk banyak orang. It’s not about me anymore. It’s about how I can help more people. Aku ingin bisa membantu orang-orang yang tidak bisa membantu dirinya sendiri dan dari semua yang dilakukan aku ingin menyebarkan nilai-nilai positif sebab itulah yang kita butuhkan sekarang.